Pergi dari Sini!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kenapa kamu baru menceritakan semuanya sekarang, Sayang?" Rey meraih tubuh Andrea dan memeluknya. 

Dengan suara lirih Andrea berkata, "Kamu gak tanya dia siapa, Kak. Dan akupun tidak menyangka jika dia adalah adikmu."

Rey menghela nafas panjang, ia memejamkan matanya sejenak dan berkata jika dia harus membuat perhitungan kepada Ann sekarang. "Baiklah, aku akan mencarinya sekarang."

Rey sangat marah saat itu, dia tidak bisa menahan emosinya meski Andrea meminta untuk menahannya. Namun, saat dia mendengar suara tawa dan kebahagian keluarga besarnya saat itu Rey mengurungkan niatnya. Dia tiba-tiba berpikir ulang, dia tidak ingin kedua orang tua serta keluarganya yang lain tahu tentang aib itu. Dia memutuskan mencari waktu yang tepat untuk berbicara kepada Ann secara pribadi.

"Maafkan aku, Sayang. Beri aku waktu untuk menyelesaikan masalah itu dengan Ann." Rey kembali masuk ke dalam kamar dan duduk di pinggiran ranjang bersama sang istri.

Andrea cukup mengerti bagaimana posisi Rey saat itu, untuk itu dia tidak terlalu mempermasalahkannya dan sebenarnya pun dia tidak berniat membuka luka lamanya. "Aku harap masalah ini tidak membuat hubungan Kakak dan keluarga Kakak merenggang. Tolong selesaikan secara baik-baik dengan Ann. Aku hanya ingin Ann melupakannya, mengubur dalam-dalam masalah yang pernah terjadi diantara kami sama seperti kita yang selama kita lakukan. Aku hanya ingin dia tidak muncul dalam kehidupanku sampai luka itu terkikis oleh waktu. Aku belum siap jika harus bertemu apalagi berpura baik kepadanya. Aku tidak bisa, Kak."


Setelah perbincangan menegangkan itu, Rey menemani Andrea beristirahat di kamar dan mengatakan kepada yang lain jika Andrea sedang tidak enak badan agar tidak ada pikiran negatif terhadap Andrea.

Di kamar tamu, Ann mengepalkan tangannya. Dia berjalan mondar-mandir bak setrikaan rusak. Dia mulai panik dan sedikit takut jika Andrea sampai membongkar keburukannya kepada kedua orang tua serta anggota keluarganya yang lain.

Ann mulai menyusun rencana untuk membuat Andrea tidak lagi berada dalam keluarganya. Itu sangat membuatnya tidak nyaman. "Sial! Dia pasti sengaja menggoda Kak Rey untuk membalas dendam kepadaku!"

"Aku harus bicara kepada dia! Aku harus segera membuat dia pergi dari kehidupan Kak Rey!"


Saat waktu makan malam tiba, Andrea turun bersama Rey. Rey terlihat begitu sayang kepada Andrea. Dia meraih kursi dan menariknya, membimbing Andrea untuk duduk di kursi tersebut dengan hati-hati. Setelah memastikan Andrea duduk dengan nyaman, Rey mengambil duduk disamping Andrea. Duduk mereka saling berhadapan dengan Risa dan Ann. Saat tatapan Rey bertemu dengan Ann, wajah Rey memandang tidak suka ke arah Ann. Itu bisa dilihat oleh Arum, dia bertanya mengapa Rey terlihat tidak suka kepada Ann? Apakah mereka sedang berselisih paham. Keduanya kompak berkata tidak, hal itu membuat Arum dan Hilman tenang.

"Ma, Pa, hari ini maaf ya aku sama Andrea harus tidur lebih awal. Soalnya Andrea sedang tidak enak badan, dia kan sedang hamil juga jadi biar dia banyak istirahat."


Arum tersenyum manis, dia menganggukkan kepala lalu turut bangkit dari tempat duduknya ketika Andrea dan Rey hendak pergi ke kamar. "Sayang, kamu jangan capek-capek dan jangan banyak pikiran ya? Tidurlah lebih awal, Sayang agar badanmu lebih segar besok."

Ann diam-diam memperhatikan keakraban dan sikap lembut sang ibu kepada Andrea. Dia semakin merasa tidak suka kepada Andrea. Dia merasa terancam.

***

Pagi itu mentari belum menampakkan sinarnya, semua keluarga belum bangun terkecuali Andrea dan Bu Asih yang telah sibuk di dapur mempersiapkan sarapan. Saat Andrea sedang menyiapkan makanan di atas meja Rey memergoki, Ann menarik lengan Andrea dengan kasar. Rey bergerak mendekat secara perlahan, dia diam-diam mendengarkan pembicaraan keduanya di balik dinding penyekat.


"Aw! Ssh! Apa yang kamu lakukan? Kamu menyakitiku," tutur Andrea meringis kesakitan. 

"Jangan menampakkan wajah memelas mu kepadaku, Andrea! Aku tidak akan pernah terpengaruh olehmu." Ann berkata dengan senyuman mengejek.

Dia lantas melangkahkan kakinya maju terus kedepan, memangkas jarak antara dirinya dan Andrea hingga Andrea terhimpit pada sudut dinding. "Kamu mau apa? Tolong jangan begini kepadaku."

Ann tersenyum miring, dia meraih dagu Andrea lalu berkata, "Tinggalkan Kak Rey! Menjauhlah dari keluargaku dan jangan membuat rencanaku berantakan! Lagi pula apakah kamu tidak sadar diri? Kamu itu pernah melakukan hubungan intim denganku, jika kamu lupa kamu pernah mengandung! Tapi mengapa kamu malah menggoda kakakku? Kamu sengaja melakukannya, huh?"

Kata-kata Ann sangat tajam dan menyakitkan bagi Andrea. Andrea tidak kuasa menahan air matanya dan berkata, "Jika kamu ingin aku melakukan itu, berbicaralah sama Kak Rey. Aku hanya akan pergi dari sisinya asal Kak Rey yang memintanya."

Rey memejamkan mata mendengar isakan tangis pilu sang istri, dia mengepalkan tangannya kuat-kuat, Rey tidak tahan lagi mendengar lebih banyak kata-kata yang keluar dari mulut Ann. Dia benar-benar tidak menyangka jika itu adalah adik manja yang selama ini menurut kepadanya.

"Jadi beginikah sikapmu sebenarnya?" Suara khas Rey membuat Ann dan Andrea menoleh secara bersamaan.

Sudah tidak tahan lagi! Rey akhirnya keluar dari balik tembok dan menarik kerah piyama Ann dan mengatakan jika Rey sangat malu memiliki adik seperti Ann yang memiliki sifat picik.

Bug! Bug! Bug!

Rey melayangkan beberapa bogem mentah pada wajah Ann yang menyebabkan sang empunya meringis kesakitan. "Kak Rey, jangan Kak nanti Papa sama Mama tahu." Andrea mencoba melerai tetapi Rey terlalu emosi sehingga dia mengindahkannya.

"Stop, Kak! Cukup! Dengerin penjelasanku dulu!" Ann akhirnya membuka suara.

Rey menghentikan pukulannya, dia tersenyum hambar ke arah Ann. Wajahnya begitu menggelap. "Penjelasan apa lagi? Bualan apalagi yang ingin kamu katakan? Sudah cukup aku tau, Ann. Aku sangat kecewa padamu! Aku malu! Kelakuanmu itu sangat menjijikkan! Bisa-bisanya kamu bersikap begitu kejam kepada wanita? Apakah Papa pernah mengajari hal seperti itu? Apakah selama ini contoh yang ku berikan itu kurang?"

Rey menjeda ucapannya sejenak, ia menghirup nafas dalam-dalam sebelum kembali membuka suara. "Dia, wanita pernah kamu sakiti dan kamu campakkan itu adalah istriku. Jangan pernah lagi bersikap kasar atau tidak sopan kepadanya! Jangan pernah sekalipun menyentuhnya, mendekat atau berbicara kepadanya! Aku melarang keras kamu melakukan itu kepadanya. Untuk perihal masa lalu, kamu tidak perlu khawatir. Cukup tutup mulutmu, jika kamu masih ingin menguasai perusahaan milik Papa. Sekarang pergilah dari rumah ini dan kembalilah meraih impian yang kamu idam-idamkan itu sebelum Papa, Mama dan semua orang di rumah ini bangun. Lakukan itu sebelum aku berubah pikiran!" Rey berkata dengan nada penuh penekanan dan sorot mata yang tajam.













Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro