28

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Laszlo terbangun akibat mendengar suara ribut di lantai bawah. Ia mengucek matanya sebelum membukanya sempurna. Kakinya melangkah turun dan tanpa sengaja menginjak sesuatu yang lembek hingga membuatnya kaget.

"Kenapa kau senang sekali menginjakku, Las?" omel Kaizen sambil memegangi perutnya yang diinjak oleh Laszlo.

Laszlo menggaruk belakang kepalanya kikuk. "Maaf," desisnya merasa bersalah. Seolah tersadar akan sesuatu, ia menegakkan badannya dan melotot sebal pada Kaizen. "Lagipula, kenapa setiap pagi posisimu jadi berada di lantai padahal di malam harinya kau tidur tepat di sebelahku?" balasnya tak mau kalah.

Kaizen membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. Berulang kali ia melakukan hal seperti itu sampai akhirnya ia berucap dengan nada ketus. "Bukan urusanmu sepertinya."

Laszlo mendecak. "Kalau begitu jangan protes!" semburnya tak mau kalah. Kalau mau dipikirkan kembali, bukankah ia tak bersalah sama sekali? Mana bisa ia tahu kalau Kaizen sudah berada di bawah lantai pada pagi harinya padahal pada malam hari Kaizen berbaring nyaman di sisinya.

Tak mau berdebat lebih lama dan membuat hubungan pertemanan mereka hancur, Laszlo menyambar handuk dan langsung keluar dari kamar. Ia menuju kamar mandi dengan langkah gontai, sedangkan Kaizen memilih untuk kembali tidur.

"Apa kau lagi-lagi menginjak Kaizen, Las?" tanya Emily sambil memamerkan senyum keibuan yang sangat dirindukan oleh Laszlo.

Laszlo tersenyum singkat, lalu mengangguk pelan. Ia berjalan menuju Emily dan memeluk wanita itu erat. Rasanya sudah lama sekali ia tak memeluk Emily. Ia juga merasa senang karena Emily menepati janjinya kemarin malam-berbicara padanya seperti biasa, layaknya anak dan ibu.

Emily membalas pelukan Laszlo dan mengusap belakang kepalanya lembut. "Anak manja," ejeknya membuat wajah Laszlo memanas.

Tanpa Laszlo ketahui, di belakangnya sudah ada tiga pasang mata yang memperhatikan tindak manjanya pada Emily. Begitu ia berbalik dan menemukan ketiganya, ia langsung mematung dengan wajah yang merah padam. Davin dan Yuri pengertian sekali karena bersikap seolah tak melihat apa pun, berbeda dengan Kaizen yang menatapnya dengan tatapan usil.

"Katakan saja apa yang ingin kau katakan!" sembur Laszlo sebal. Wajah hingga leher dan telinganya terasa amat sangat panas. Rasanya malu sekali. Ia berharap lantai di bawahnya bolong hingga ia bisa bersembunyi di dalam sana.

Saat pemikiran Laszlo selesai, ia dikejutkan dengan munculnya sebuah lubang hitam yang siap menelannya. Ia terjatuh bersamaan dengan kursinya. Beruntung Davin bergerak cepat dan menariknya sehingga ia selamat dari insiden mengerikan serta membingungkan tersebut.

"Kau harus mengendalikan kekuatanmu, anak muda," tegur Davin membuat kening Laszlo berlipat.

Remaja pria itu sama sekali tak mengerti apa yang dikatakan oleh Davin. Namun, jika ia memikirkan lebih jauh lagi arti di balik ucapan tersebut. Itu berarti lubang hitam itu ia yang melakukannya. "Tunggu! Maksudmu, itu aku yang melakukannya?" Laszlo menatap ngeri pada lubang hitam yang hampir menelannya itu.

"Tentu saja! Kau pasti berpikir agar ada satu lubang yang bisa menelanmu agar kau tak perlu merasakan malu lagi, 'kan?" Davin menatap Laszlo dengan sebelah alis terangkat.

Laszlo tak bisa menyangkalnya. Ucapan Davin benar, ia memang memikirkan hal tersebut. Akan tetapi, bukan berarti ia yang membuka lubang tersebut. Jika memang benar ia pelakunya, bagaimana caranya menutup lubang itu kembali?

"Hanya kau yang tahu bagaimana cara menutupnya. Kami tak memiliki kekuatan untuk itu," jelas Emily dengan suara lembut.

Sekali lagi, Laszlo menatap lubang hitam tersebut dengan pandangan heran. Bagaimana bisa ia menutupnya? Namun, entah bagaimanapun caranya-kalau memang cuma dia yang bisa menutupnya-lubang itu harus tertutup. Selesai ia berharap lubang hitam itu tertutup, ajaibnya lubang tersebut tutup sempurna.

"Hebat!" seru Emily dan Davin kagum serta senang. Sementara dirinya hanya bisa berdiri kaku. Bingung, kaget, tak percaya, dan takjub bercampur aduk menjadi satu.

"Ini pasti ulah salah satu dari kalian, 'kan?" tuduh Laszlo sembari menatap Davin dan Emily penuh intimidasi.

Yuri tertawa kecil melihat tingkah Laszlo yang begitu tak percaya diri. "Itu benar ulahmu, Las. Paman tak bohong. Aku berani bersumpah untuk itu," jelas gadis itu tenang. "Kau juga tahu itu 'kan, Kai?" Yuri menoleh pada Kaizen untuk meminta persetujuan.

Kini rasa tak percaya berubah menjadi kebingungan. Yuri dan Kaizen saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang tak ia mengerti. Ucapan Yuri juga tak sepenuhnya bisa ia pahami. Ia lantas menatap keduanya dengan tatapan curiga.

"Kalian menyembunyikan sesuatu dariku." Laszlo menatap tajam Kaizen yang sedang berusaha mengalihkan pandang darinya. Sementara, Yuri hanya mengangkat bahu tak acuh sembari menyendokkan spaghetti ke dalam mulutnya.









-------------------
700.22122021
Series ini masih bakal terus berlanjut sampai tamat. ^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro