006

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

REACTING TO OUR
FANFICS반응 비디오

___

"Annyeonggg!" Sapa Jungkook dengan semangat dan tak lupa melambai-lambaikan tangannya lucu. Sedangkan yang tua cuman ngangguk-ngangguk, melingkarkan tangannya posesif di pinggang si manis.

"Jadi kemaren banyak yang ngasih gua link cerita," Taehyung buka suara "dan bukan cerita dongeng, tapi cerita Fanfiction tentang gua dan kookie."

"I find it really sweet actually" Ujarnya dengan sok bahasa inggris, "jadi gua ga keganggu dengan kebiasan kalian nulis gituan kok, lanjutkan!" Dia ngepalin tangannya keudara, bikin gestur semangat buat yang nonton.

"Jadi hari ini kita bakal baca beberapa Fanfic yang direkomendasiin kalian" Jungkook ngembungin pipinya lucu sambil nunggu website loading.

Setelah menunggu beberapa menit yang menyiksa; karena Taehyung dengan gemas nyubitin Jungkook. Cerita yang ditunggu-tunggu pun muncul. Dengan keadaan keduanya yang berantakan karena sempat tiban-tibanan tadi, Taehyung ambil alih untuk membaca. Sedangkan Jungkook cemberut, karena rambutnya sukses dibuat acak-acakan.

"The singer" Taehyung baca judulnya dengan lantang. Jungkook bergeser biar bisa duduk di pangkuan Taehyung, dan jadilah Taehyung yang ngebackhug Jungkook.

Jungkook bernyanyi dengan penuh perasaan malam itu. Mata terpejam dan bibirnya mengeluarkan suara nyanyian terindah—bak suara malaikat.

Pipi Jungkook merona hebat setelah Taehyung membaca paragraf pertama cerita itu. Dia langsung ngusel ngusel manja ke dada bidang si tua, malu dengan bagaimana orang-orang mendeskripsikan dia.

Seperti biasa. Ia kembali dipanggil untuk bernyanyi di klub itu. Klub dengan nuansa jazz yang menjadi semakin digemari karena penyanyi lugu dan sempurna; Jeon Jungkook.

Penyanyi berumur 20 tahun itu selalu dapat membawa pendengarnya seakan terbang ke angkasa karena suaranya yang manis dan menenangkan. Banyak perempuan maupun laki-laki rela membayar banyak hanya demi memikat hati si penyanyi itu. Namun sayang, dihatinya hanya tertulis satu nama.

Kim Taehyung.

Taehyung bersorak heboh. Selama dua sampai tiga paragraf tadi ia hanya menemukan nama Jungkook dan bukan dia, padahal jelas-jelas ia juga salah satu peran utama dalam cerita ini.

Lelaki kelahiran musim dingin itu adalah pemilik hati sang penyanyi. Berumur 22 tahun dan berperan sebagai pemilik klub tersebut. Mereka berdua telah menjalin kasih selama empat tahun. Berawal dari nyanyian merdu si manis yang bukan hanya memikat indra pendengarnya, namun juga hatinya.



Dimalam itu, sebuah insiden tertangkap lewat mata bulatnya. Sebuah lirikan nakal dari sang kasih yang dituju untuk gadis manis dibelakangnya—penyanyi latar.

Mungkin Taehyung tidak menyadarinya, posisinya memang dibelakang panggung yang tertutup tirai. Namun Jungkook melihatnya dengan jelas. Hatinya hancur lebur. Bagaikan boneka kaca, ia rapuh. Melihat bagaimana sang kasih menyentuh tubuh gadis itu didepan matanya.

"Jahat!" Teriak Jungkook kesal. Dengan ganas ia hujani Taehyung dengan pukulan. Yang tua hanya pasrah, lagi-lagi dia yang kena.

"Kau bosan?" Jungkook bertanya dengan suara yang lirih. Setelah insiden itu, mereka berdua berdiam di atas panggung dengan atmosfer yang sama sekali tidak menyenangkan. "Kau pikir ini semua permainan? Kau pikir cintaku ini hanya permainan belaka?" Jungkook mengeraskan suaranya, mencoba untuk terlihat tidak serapuh itu.

Taehyung membulatkan matanya. Ia ketahuan, dan suaranya bergetar hebat. "A-aku ha-hanya.. Jungkook aku—" "Empat tahun aku lewati bersamamu, mengabaikan seluruh perhatian yang orang berikan padaku hanya karena mu, dan inikah caramu membalasku?"

Taehyung terdiam dan menunduk. Hatinya juga ikut sakit. Suatu malam ketidak sengajaan terjadi bersama gadis itu, dan tanpa diketahui ia semakin kecanduan akan hal yang mereka lakukan itu.

Tanggisnya pecah seketika. Sekuat apapun ia menahannya, tembok yang ia bangun runtuh seketika sewaktu memikirkan apa yang sedang terjadi.

Jungkook makin kesel. Kalau tidak inget laptop dia belum lunas cicilan, mungkin benda itu sudah dia banting-banting dari tadi.

Taehyung disampingnya diem, dan lanjut membaca. Pandangannya sama sekali tidak teralihkan karena dia sangat penasaran akan ending dari cerita kecil itu.

Jungkook bangkit dari duduknya. Membungkukkan badannya kemudian membuka mulutnya untuk berkata, "Ku hargai seluruh kasih sayangmu padaku selama ini walaupun semuanya palsu. Terimakasih untuk empat tahun yang sangat berarti ini, kuharap kau bahagia dengannya. Aku permisi" dengan itu ia melangkah tergesa, tidak ingin melihat kebelakang. Meninggalkan klub dan perasaannya selamanya.

Taehyung mencoba menghentikan langkah pemuda tersebut namun gagal. Sebuah taksi berhenti dan pemuda itu masuk kedalamnya. Ketika ingin berlari menggapai taksi tersebut, kendaraan itu terlebih dahulu melaju cepat.

Ia terdiam di salah satu meja di dalam klub setelahnya, sebuah wine dingin ditangannya. Mengabaikan sang gadis yang sedari tadi mengajaknya bicara dengan nada yang antusias. Dengan muka datar, ia keluar dari klub dan berjalan kearah rumah.

Sesampainya disana, aroma parfum Jungkook memenuhi indra penciumannya. Ia menitikkan air mata, merutuki tingkahnya yang bodoh untuk bermain dibelakang pemuda semanis Jungkook. Dialihkan pandangannya menuju meja diruang tamu mereka. Menatap foto perayaan hari jadi mereka dengan dalam. Tangannya perlahan meraih kotak berhias bludru merah yang terletak disamping foto tersebut.

Rencananya untuk melamar malam ini gagal. Ia telah kehilangan semuanya.

Ia menidurkan badannya disofa sambil membuka kotak itu. Didepan matanya terlihat dua buah cincin berlapis emas tipis—hasil dari kerja kerasnya selama ini.

Ia sadar, sang penyanyi ini tak lagi bersamanya.

Ia hilang, dari genggamannya dan juga dunia.

The End.

Taehyung dan Jungkook sama-sama tertegun dengan wajah yang tak bisa dijelaskan. "Ini maksudnya gimana, aku mati gitu?" Jungkook nanya ke Taehyung. Yang tua hanya geleng-geleng tidak paham.

"Jujur aja, plot bagus dan ngena sangat" ujar Taehyung dramatis, "namun ceritanya kayaknya dibuat buru-buru jadi agak membingungkan"

"Tapi hyung mau ngelamar aku lho," Jungkook ngomong, sekali lagi pipinya bersemu merah. Taehyung nenggok ke kiri, bikin hidung mereka bersentuhan (karena tadi Jungkook juga lagi nenggok kearah Taehyung). Karena tak tahan akan wajah si pacar, dia nyuri satu kecupan dibibir Jungkook. Yang reflek, langsung menunduk malu.

"Cerita selanjutnya judulnya 'Danger'" Kata Taehyung. Jungkook kembali merhatiin layar laptop, tentunya dengan keadaan wajah blushing.

"Aku takut.." Jungkook bergumam kecil. Menggapai tangan disampingnya untuk ia gandeng manja. Lelaki disampingnya menoleh, mencoba menenangkan lelaki yang lebih muda dengan senyumannya.

"Tidak perlu takut sayang, penjaga akan melindungi kita"

Mereka berdua berjalan menuju bungker dibawah tanah. Sekitar dua puluh penjaga ikut mengikuti mereka, sedangkan sisa nya berjaga-jaga diseluruh penjuru rumah.

Lelaki yang digandeng Jungkook bernama Luca—

—Woy! Woy!" Taehyung berhenti membaca, mukanya langsung bete. Tadi ia kira lelaki yang Jungkook gandeng adalah dirinya sendiri, namun ia salah. Dia tidak nerima akan Jungkook yang bermanja-manja kepada orang lain selain dirinya.

Jungkook terkikik pelan, diambil alihnya laptop tersebut kemudian ia lanjutkan membaca.

Mafia buruan aparat kepolisian. Luca sangat senang akan berlian. Luca juga sering membunuh orang yang ingkar janji, misalkan rekan nya yang menjanjikan berlian setelah Luca meminjamkan uang pun sekarang tergeletak tak bernyawa di kandang anjingnya.

Sore ini ketika ia sedang menikmati teh dengan kekasihnya—Jungkook,

"TUHKAN MULAI LAGI" Taehyung mulai ber api-api. Tangannya terkepal marah dan rahangnya mengeras. Jungkook yang disampingnya menatap dirinya khawatir. Dielusnya rambut Taehyung dengan lembut, tak lupa untuk mencium pipinya dengan sayang sebelum melanjutkan.

Mereka diserang oleh bom yang terjatuh dipekarangan rumah mereka. Dengan sigap, Luca menyuruh seluruh penjaga untuk bersiaga, sedangkan ia membawa Jungkook ke tempat perlindungan.

Namun alangkah kagetnya ketika ia memasuki bungker tersebut.

Sesosok pria mengenakan pakaian yang serba hitam sedang duduk santai dengan kaki dinaikkan kemeja, memainkan belati yang nampak berkilau dan tajam.

"Lama tidak berjumpa, bro" Taehyung berkata tanpa melihat kearah Luca yang membeku ditempat—

Belum sempat Jungkook menyelesaikan bacaannya, Taehyung sudah keburu menyorak bahagia. Tidak ia sangka karakternya akan muncul dengan sangat sangat keren.

Penjaga Luca langsung bertindak, berlari kearah Taehyung yang masih terduduk tenang dikursi tersebut. Tidak sampai dua langkah, seluruh penjaga Luca jatuh tidak bernyawa. Kepala mereka meneteskan darah dari lubang kecil hasil dari tembakan jitu pasukan Taehyung dari luar rumah.

"Licik," Taehyung berkomentar. Ia kemudian bangkit dan berjalan santai kearah kedua orang itu. Mengabaikan tubuh anggota pasukan Luca yang ia injak sewaktu berjalan.

"A-apa maumu?!" Ketakutan terdengar jelas di nada yang Luca keluarkan. Bahkan matanya sudah berlinang air mata.

Taehyung tertawa remeh, menyimpan kembali belati itu ke kantung celananya. Memilih untuk mengambil pistol yang tersimpan di balik punggungnya dan menodongkan senjata itu kearah kepala Luca.

"Kau menyentuh Jungkookku." Suara Taehyung terdengar sangat berat. Sedangkan matanya menyiratkan kebecian yang sangat kentara.

"WiiH" Taehyung bertepuk tangan senang. Amarahnya kini telah sepenuhnya pudar, digantikan dengan seringai yang terlihat sangat menggelikan.

Jungkook melepaskan genggaman Luca ditangannya dengan kasar. Dengan senyum yang merekah, ia berjalan girang kearah Taehyung. Dan langsung melingkarkan tangannya dileher Taehyung manja, sedangkan yang tua langsung memeluk pinggang ramping Jungkook dengan posesif.

"Apa yang telah ia perbuat padamu sayang?" Jungkook memajukan bibirnya beberapa senti, mengundang Taehyung untuk mengecup ranum manis itu dengan penuh kasih sayang.

"Ia mengikatku dan memaksaku untuk bercinta dengannya" Adu Jungkook setelah bibirnya terlepas dari bibir Taehyung. "Aku tidak suka!" Suaranya dibuat mendayu. Sedangkan Taehyung kembali menatap Luca tajam.

"A-ku tidak tau Jungkook adalah milikmu! Ia d-datang minggu lalu dengan polosnya dan—

—Jangan beromong kosong denganku!" Luca tersentak akan bentakkan Taehyung yang tiba-tiba. "Aku menyuruhnya untuk mengalihkan perhatianmu, bukan untuk memuaskan nafsumu!"

Bau anyir darah memenuhi ruangan. Dapat terlihat tubuh Luca yang membeku, ia terjatuh lemas ketika peluru melewatinya dengan sangat cepat. Hatinya berdegup kencang saat tau bahwa nyawanya berada di tangan sahabat lamanya.

"Takut?" Taehyung bertanya dengan remeh, memicu Jungkook untuk tertawa dengan kejam.

TBC


Jungkook dan Taehyung serompak mendesah kecewa. Antara gregetan ingin mengetahui ending dari kisah itu atau hanya karena Taehyung tidak rela jika ia tidak membunuh Luca dengan jangka waktu yang pendek.

"Jadi gimana hyung?" Jungkook berkedip-kedip lucu, mengingatkan Taehyung pada sen motor ibu-ibu komplek yang suka ngawur.

"Sangat suka," Taehyung nyengir. "Suka aja kalo aku dijadiin mafia gitu, secara aku kan emang cocok jadi orang keren gitu." Jungkook ngeliatin Taehyung dengan wajah penuh kejijikan. Dan selanjutnya membawa laptop yang tadinya ada diatas pangkuan Taehyung, menjadi ke atas meja.

"Aku juga suka kok"





___






"Oke, segitu aja dari kita." Laptop ditutup, dan Jungkook kembali melihat kearah kamera didepan mereka.

"Kita bakal bacain fanfic kalian lagi kok, jadi tenang aja bakal aku bikin part2 nya" Jungkook mulai dadah-dadah. Mencoba untuk undur diri terlebih dahulu sebelum kantuk menyerang. Ingat, Jungkook masih butuh tidur siang.

"Goodbye!" Taehyung berseru setelah Jungkook beranjak menuju kamera. Dan detik selanjutnya layar menjadi hitam, dan video berdurasi 15menit itu pun usai.




___

Mohon maaf kalau aku suka ilang/hiatus dari Wattpad, sekolah suka menyiksa :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro