💙

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Yukikage-sama pemurnian hari ini sudah selesai."

Tempat ini adalah ruang pemurnian untuk para Yukikage. Sebuah gubuk kecil dengan kolam air dan lilin-lilin redup di sekelilingnya.

Seorang wanita sedang berendam di dalam kolam air dingin itu, membelakangiku. Rambut hitam panjang dan tubuh ramping yang ditutupi oleh jubah putih. Dua ciri khas penduduk desa ini.

"Oh tidak terasa sudah sore..." Aku menggengam tangan kirinya, membantunya keluar dari kolam dingin itu, "Terima kasih."

Setelah tersenyum kepadaku, ia pergi ke bilik kecil di ujung gubuk. Terdengar pakaian basah menyentuh lantai.

Aku terfokus pada tanganku yang menggenggam tangannya tadi.

Hangat.

Satu hal yang tidak dimiliki oleh penduduk desa ini.

"Onii-chan! Sudah selesai!" Serunya di depanku dengan pakaian yang kering.

"Oi! Kita belum keluar dari tempat suci."

"Ah, maaf! Ehem, saya sudah selesai berganti. Antarkan aku pulang, Shugosha."

"Aku akan melaksanakan sesuai dengan perintahmu, Yukikage-sama."

Yukikage dan Shugosha adalah peran yang harus kita berdua jalani selama bulan ritual hingga tiba hari di mana Yukikage diserahkan.

Tugas dari Shugosha adalah untuk menjaga kemurnian dari Yukikage dan melindunginya dari berbagai macam ancaman. Ya, ancaman jarang muncul, jadi tugasku sebagai Shugosha biasanya hanyalah menjadi pembantunya di setiap kegiatan yang berhubungan dengan

Keluar dari gubuk itu, angin dingin menusuk tubuhku. Nafasku berubah menjadi embun. Musim dingin tahun ini terasa lebih dingin dibanding tahun sebelumnya.

"Ah~ Akhirnya sudah selesai~ Aku sudah lelah duduk di dalam kolam itu seharian..." Yukikage menghela nafasnya.

"Sheesh, kau itu cuma duduk saja di dalam sana. Aku yang harus selalu berdiri berjaga di luar gubuk kedinginan. Aku juga yakin kau pasti tertidur lagi kan tadi?" Ucapku sambil menyentil dahinya.

"Aw... Jangan asal tuduh, onii-chan!"

"Kau yang jangan berbohong. Aku masuk ke dalam beberapa kali dan kau tertidur."

"Ehehehe... Habisnya aku bosan di dalam sana..."

Aku menghela nafasku. Ya salahku juga tidak membangunkannya. Lagipula, aku tidak mengerti mengapa dia harus berendam di dalam kolam di tengah-tengah musim dingin? Ini adalah salah satu alasan mengapa aku menyebut ritual ini adalah ritual bodoh.

"Sudahlah. Kita pulang saja. Kau mau makan malam di rumah paman atau di rumah kita?"

"Di rumah kita saja, onii-chan. Aku dengar paman sedang bertengkar dengan istrinya kemarin. Kita di sana bakal mengganggu mereka saja."

"Baiklah."

Tak lama kemudian, aku merasa hangat di tanganku. Menoleh ke arah kanan, aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. Bibir merah tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya sebelum kembali mengalihkan pandanganku ke depan dan balik menggenggam tangannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro