Decision To Go

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

'Hukum alam tidak bisa diubah'

'Jika ada suatu kesalahan maka itu akan dikembalikan seperti semula satu per satu'

.
.
.

Treasure In My Life
By: MonMonicaF

.
.
.
Happy Reading 🌟

Hari demi hari berlalu hingga minggu berganti minggu, semenjak hari di mana kecelakaan kecil terjadi, suasana menjadi tenang kembali dan terkendali. Tidak ada sesuatu yang terjadi, tetapi keanehan terus bermunculan. Namun meski begitu mereka tidak berani memberi tau kepadanya, tepatnya mereka tidak tega mengatakannya.

Segenap upaya dan segala cara dilakukan mereka untuk membuat salah satu member Mezzo itu kembali mengingat apa yang dilupakan. Penyebab lupa ingatan pun tidak diketahui. Seberapa keras para member Idolish7 memberitaunya, ia tetap kukuh dengan ingatannya yang menuturkan bahwa Nanase Riku telah meninggal dan menentang keras dan tidak mempercayai fakta jikalau Riku hidup kembali. Bahkan Sogo sempat mengira teman-temannya telah gila saking depresinya.

.
.

- Di Studio -

"Nanase-san ingatlah kita masih berada di tempat umum. Jaga tingkah lakumu saat melihat Kujo-san," ingat lelaki bersurai raven itu pada rekan sub-unitnya.

"Iya iya aku tau~ Aku pergi dulu ya Iori~," pamitnya melangkah pergi.

Memandang center kesayangannya yang telah menghilang dari pandangannya Iori menghela nafas kecil. "Aku yakin meski Nanase-san menjawab iya tetapi kenyataannya ia tidak mengerti"

"Yah, dia akan sadar begitu Kujo-san memarahinya nanti," monolog Iori.

Kembali ke sisi Riku, si surai merah itu melangkah dengan riang menyusuri lorong hingga netranya menangkap visual kembarannya yang sedang berada di dekat vending machine.

Dengan senyum lebar yang langsung tercipta, tanpa aba-aba Riku melingkarkan kedua lengannya pada perut Tenn dari belakang, membuat si surai baby pink itu berjingkat kaget. Untung saja minuman yang dibawanya tidak terjatuh.

Mengernyitkan dahi Tenn melirik adiknya melalui sudut matanya. "Kita sedang ada di studio, bagaimana jika ada yang melihat?!"

Tersadar akan perkataan kakaknya yang sedikit bernada tinggi membuat Riku mengakhiri sikap manjanya untuk sementara. Ia lantas mengerucutkan bibirnya. Karena ia mengira Tenn marah padanya. "Gomenasai, aku lupa"

Ia mendengus kecil. "Huh. Apa Izumi Iori tidak memberitaumu jika harus berhati-hati saat melihatku?"

"Sepertinya sudah?" jawabnya ragu sembari mengingat-ingat apa yang tadi disampaikan oleh rekan sub-unitnya.

Melihat tingkah adiknya Tenn hanya bisa menepuk jidatnya pelan. "Jadi kau tidak mendengarkan Izumi Iori dengan benar. Atau sengaja kau lupakan?"

"He..hehehehehe," tawa kecil keluar dari surai merah yang sedang menggaruk sebelah pipinya sendiri.

"Seperti yang kukatakan kita berada di studio jadi berhati-hatilah! Salah sedikit akan menyebabkan rumor buruk beredar!" tegas Tenn.

Riku memandang kakaknya kembali dengan bibir yang cemberut. "Iya iya"

"Aku hanya khawatir jika benar-benar dilupakan oleh semua orang," gumamnya pelan sehingga tidak dapat terdengar oleh kakaknya.

"Apa? Kau bilang sesuatu?" tanya Tenn penuh selidik.

"A-apa? T-tidak kok ^^ a-aku ha-hanya me... me-mengatakan apa yang Iori peringatkan tadi!" jawab Riku gagap.

"Kan! Ternyata kau ingat! Sudah kuduga Izumi Iori pasti memperingatkanmu sebelumnya," balasnya.

"Ha..hahaha... iya..." Riku-

"Ka-kalau gitu aku kembali dulu ya, Iori pasti akan mengomel jika aku terlalu lama," ucap Riku berjalan mundur lantas melambaikan satu tangan sebagai ucapan perpisahan sementara.

Riku berjalan sedikit cepat dan terburu-buru pergi dari hadapan kakaknya tanpa menoleh sedikit pun. Sementara center Trigger itu kembali menghelakan nafas sembari menatap kepergian adiknya. 'Riku berbohong'

"Osaka Sogo," ucap Tenn menyebutkan member urutan kelima Idolish7 lantas berjalan dengan santai untuk kembali ke ruangannya. 'Sebenarnya apa yang terjadi?' batinnya.

'Hukum alam tidak bisa diubah.
Jika ada suatu kesalahan maka itu akan dikembalikan seperti semula satu per satu....

Aku sempat mendengar perkataan itu,' benak Tenn di mana perkataan yang tidak tau siapa dan dari mana asalnya itu terekam dengan jelas di otaknya. Perkataan yang membuat hatinya merasa tidak tenang dengan kejanggalan yang perlahan mulai terlihat jelas.

'Kuharap itu tidak berlaku pada orang lain lagi. Sudah cukup dengan Osaka Sogo, bahkan tidak ada yang mencoba untuk memberitaukan hal itu pada Riku' ucap Tenn membatin.

Si surai baby pink itu menggelengkan kepala sekali. 'Tidak. Jika Riku tau maka ia akan sangat sedih,'

"Siapa juga yang tidak sedih ketika mengetahui temannya melupakan dirinya," ujar Tenn dengan mempertahankan wajah datarnya. Meskipun rasa sesak mengerumuni hatinya.

⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ─────


"Tetap percaya dan pegang teguh apa yang kau yakini.

Tidak ada keajaiban seperti itu di dunia ini. Meskipun itu ada sekalipun, kurasa sebutan yang tepat bukanlah keajaiban melainkan kutukan.

Ini membawa banyak masalah dan membuat orang yang berada di dekatnya berada dalam bahaya.

Jadi... tetaplah percaya dengan ingatanmu saat ini. Bahwa..

NANASE RIKU TELAH TIADA DARI MUKA BUMI" - Riku -

Tubuhnya gemetar, namun ia tidak bisa bergerak dari tempatnya berdiri. Seakan kakinya tidak mengizinkan untuk berpindah tempat. Suara yang ingin dikeluarkannya tersendat di tenggorokan. Namun cairan bening itu menetes keluar dari kedua matanya secara bersamaan. Rasa sedih kian memuncak, secara tidak langsung ia telah mendapat ucapan selamat tinggal dari orang yang telah tiada itu.

"Kau lupa dengan diriku, karena dirimu telah berhasil melepaskan kepergianku sejak awal...

Aku sangat bersyukur dapat memiliki seorang teman yang kuanggap sebagai kakakku sendiri.

Terima kasih atas segala perhatian yang telah kau berikan.

Cukup sampai di sini, kau tidak akan pernah bisa mengingatku kembali.

Ingatan tentang Nanase Riku telah berakhir semenjak kematianku tiba.

Sekali lagi terima kasih dan semoga kau selalu bahagia.

Aku menyayangimu,

Sayonara... Sogo-san"

⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ─────

Terbangun secara tiba-tiba dan sontak memposisikan tubuhnya menjadi duduk, lelaki itu nampak berurai air mata. Dia terbengong di sana dengan air yang terus mengalir keluar tanpa henti. Saat ini pikirannya tidak bisa mencerna apapun, ia tidak ingin memikirkan apapun. Membiarkan air mata itu terus menetes secara bergantian.

Satu tangan ditaruhnya menyentuh kain yang melapisi dadanya dengan menundukkan kepala menatap selimut bewarna ungu yang menutupi kedua kakinya. Meskipun wajah elegannya dipenuhi air mata, ia menampilkan senyum di wajahnya.

'Aku tidak tau apa maksutnya. Aku sendiri tidak tau apa yang baru saja kumimpikan. Itu sangat aneh, karena aku merasa sangat sedih meskipun aku tak ingat mimpi apa yang mendatangiku barusan,

Namun itu terasa seperti nyata dan bukan mimpi. Seakan kata-kata tadi terucap dengan jelas tepat di dekatku. Entah apa yang membuatku berpikiran demikian...,'

"...."

"Sayonara Riku-kun," ujar Sogo membiarkan air matanya terus mengalir keluar, meskipun dirinya tidak bisa mengingat dengan jelas perkataan itu. Yang jelas tadi itu adalah kalimat perpisahan.

- Di sisi lain -

Lelaki bersurai merah itu menyandarkan punggungnya pada dinding di sebelah pintu kamar milik member Idolish7 itu. Ia menampakkan senyum kecil di wajahnya, meskipun ini sangat berat untuk dilakukannya. 'Arigatou Sogo-san'

"Akhirnya tetap seperti ini ya...," ucap seorang bersurai hijau lumut bermata empat itu. Ia nampak bersandar pada dinding berhadapan dengan centernya dengan melipat tangan di depan dada.

"Haha... Lalu bagaimana denganmu Yamato-san?" Riku membalas dengan tawa kecil yang berkesan sendu lantas bertanya pada leader Idolish7.

Yamato menghela nafasnya sembari menatap pada langit-langit. "Hah.... entahlah, onii-san ini tidak tau"

"Letting you go isn't that easy, Riku," sahut seorang bersurai pirang di ambang pintu kamarnya.

"That's right, Nagi," balas Yamato menutupi kedua matanya menggunakan lengan miliknya.

"Kami berniat merahasiakan ini, tetapi kami tidak menduga jika kau mengetahuinya, Riku," ucap seorang bertubuh pendek- dengan surai orangenya. Dengan begini Trio Phytagoras terkumpul.

"Aku tidak ingin membiarkanmu pergi. Aku juga tidak ingin melupakanmu Riku," ujarnya sendu.

"Nanase Riku..." Riku memutus perkataannya begitu selesai menyebutkan namanya sendiri. "Telah meninggal," sambung Yamato.

"And you want to leave this world completely," lanjut Nagi. (translate: Dan kau ingin meninggalkan dunia ini sepenuhnya)

"Kami harus bisa melepaskan kepergianmu tanpa penyesalan supaya kau bisa pergi dengan tenang," sambung Mitsuki berusaha menahan air mata yang bersarang di pelupuk matanya.

"Iya," balas si surai merah dengan senyuman yang masih tercipta di wajahnya. Senyum yang mengandung maknah tersendiri.

"Aku harus pergi," ujarnya tersenyum sendu.

- Next day -

"Apa?! Kau bilang Riku telah pulang semalam?!" tanya Tenn memastikan telinganya tidak salah mendengar.

"Iya! Riku sudah kembali kemarin! Kenapa kau malah bertanya Kujo- tunggu... apakah?!" Yamato terlihat terkejut dengan kedua matanya yang membelalak.

"Na-Nanase-san tidak bersamamu?!" pekik Iori terkejut.

"La-lalu di mana Riku?!" tanya Mitsuki nampak panik.

"Riku says he has to go right?" ucap Nagi memastikan apa yang dikatakan Riku sebelumnya. ( tl: Riku berkata dia harus pergi kan? )

"Nagi!" serempak Mitsuki dan Yamato menyentak si surai pirang. Karena asal bicara di depan kembaran center mereka. Padahal Riku sendiri tidak berniat mengatakan itu pada kakaknya.

Manik amaranth pink itu bergerak tidak menentu ketika mendengar ucapan Nagi. "Apa?! Apa katamu barusan!"

"Pergi ke mana?! Katakan! Kemana?!" tanyanya dengan meninggikan nada. Suaranya terdengar bergetar.

"....itu...."

"Tenn, tenanglah," sahut si surai brunette berusaha meredakan emosi center Trigger yang kian tak beraturan.

"Kita pikirkan dengan kepala dingin, lalu kita cari tau ke mana Nanase pergi," ucap si surai uban memegang sebelah pundak milik centernya.

Dengan kasar Tenn menepis tangan leader Trigger dari bahunya. "Tenang?! Kau pikir aku bisa tenang?!"

"Tenn-,"

"Berisik!" sentaknya melangkahkan kaki dengan cepat untuk keluar dari dorm Ainana. Pintu pun dibantingnya dengan keras tanpa mempedulikan member ainana dan dua rekan unitnya itu.

"Oi Tenn! Cih... dia tidak pernah mau mendengarkan!" omel Gaku segera menyusul ke mana centernya pergi.

"Maafkan kami," ujar Ryuu membungkukan badan singkat dan langsung melegang pergi.

Iori mengacak surainya kasar. "Hah! Sebenarnya ke mana perginya Nanase-san?!"

"Nee... Rikkun hanya pergi keluar kan? Hanya sebentar saja kan? Iya kan?" tanya Tamaki sembari mengusap air mata yang berusaha mengalir keluar dari matanya.

Yamato mendekat pada sisi member termuda di Idolish7 lantas mengusap punggung lebarnya naik turun. "Tama..."

Si surai orange itu memukul dinding dengan kepalan tangannya sendiri. "Ck! Sial!"

"Minna-" Nagi-

"Minna!" Sogo membuka suara setelah sekian menit ia hanya terdiam dan menyimak situasi yang sedang kacau sedari tadi. "Riku-kun terpaksa melakukan semua ini karena kalian tidak bisa melepaskan kepergiannya," ujar Sogo mempertahankan raut wajah tenangnya, meski ia sendiri mengepalkan erat tangannya yang gemetar.

"Jika terlalu lama berada di tempat yang bukan tempat seharusnya ia berada, maka akan menimbulkan permasalahan yang bisa saja berbahaya," lanjutnya.

"Sogo.. do you remember it?" tanya Nagi.

Ia menggeleng sekali sebagai jawaban. "Ini hanya tebakanku saja. Faktanya Nanase Riku telah tiada setahun yang lalu"

Mendengar kalimat yang keluar dari mulut Sogo membuat Mitsuki tanpa sadar menarik kerah baju milik member Mezzo itu. "Sogo!"

"Aku tidak peduli meski kalian marah padaku! Aku sendiri juga sudah berusaha! Namun sebanyak apapun, usahaku tetaplah sia-sia. Aku sama sekali tidak merasakan apapun saat berbicara dengannya! Aku sendiri tidak tau siapa yang berada di sini kemarin! Aku tidak bisa mengucapkan namanya! Aku bahkan tidak bisa mengingat rupanya! Padahal aku tau jelas siapa itu, tetapi kenapa aku seakan tidak bisa mengenalinya?" ujar Sogo yang nada bicaranya kini berganti lirih. Nada tinggi berusaha digapainya meskipun akhirnya terdengar bergetar. Nafasnya menjadi tidak beraturan setelah meluapkan emosinya yang disimpannya. Air mata itu sudah tidak dapat dibendung lagi.

Dan itu juga menular pada si surai orange. Tenaganya menjadi lemas sehingga ia melepaskan kerah Sogo yang sebelumnya ditariknya. Mitsuki lantas memeluk tubuh Sogo yang nampak rapuh itu. Di balik wajah tenang miliknya, Sogo sendiri merasa sangat terluka bahkan stres karena dirinya tidak mampu mengingat center Idolish7. Seakan ia tidak pernah mengenalnya.

"Sogo... gomen... gomene..." Mitsuki-

- Di sisi Tenn -

Mengabaikan kedua rekan Trigger-nya yang mengejar dari belakang sembari memanggil namanya berkali-kali, Tenn terus berlari tanpa mempedulikan itu. Ia berusa mengendalikan suasana hatinya yang sedang kacau balau serta pikirannya yang negatif-- tidak! Justru ia berharap apa yang dipikirkannya hanyalah sebuah hal negatif.

Melihat sebuah taksi, ia pun segera memanggilnya dan tanpa basa-basi langsung masuk ke dalam. Meminta sopir taksi untuk segera melesat pergi tanpa ingin membuang waktu lebih lama.

Bertanya tentang lokasi yang dituju, Tenn menggigit ujung jarinya, menebak ke manakah Riku pergi saat ini. Ia pun meminta untuk diturunkan di tempat yang random. Pikiran kacaunya tidak dapat mengira-ngira tempat adiknya berada.

Detik demi detik pun berlalu dengan cepat. Ia bahkan membisukan ponselnya agar panggilan telepon tidak mengganggunya saat ini. Hingga beberapa jam pun berlalu begitu saja. Tanpa disadari tengah malam telah tiba. Suhu udara kian menurun, angin yang berhembus terasa menusuk hingga ke tulang.

Dirinya telah menjadi pasrah saat ini. Beberapa jam telah berlalu namun ia tak kunjung menemukan adiknya. Mungkin tepatnya sudah sehari Riku menghilang tanpa kabar. Tanpa memberitau kemana tujuan perginya.

Turun dari taksi dan segera memberikan bayaran pada supir. Tenn melangkahkan kakinya ke sembarang tempat, mengikuti instingnya sendiri. Ia berkali-kali menggigit ujung bibir bawahnya hingga luka pun tercipta bahkan terlihat warna merah di sana.

...

Ia berhenti di tempat yang sepi dengan menghentakkan kakinya ke tanah. 'Sial! Riku kau di mana?! Ke mana kau pergi?!'

Tenn menjambak surai pink miliknya, dirinya mulai frustasi dengan keadaan sekarang ini. Lantas ia menolehkan kepala ke atas, menatap pada langit malam tanpa bintang.

"Zero Arena...," gumamnya ketika melihat dengan cermat di mana dirinya berada saat ini.

"Ugh....," rintihan kecil keluar dari mulutnya ketika merasakan denyutan kuat yang menyebabkan kepalanya menjadi pusing. Pandangan kedua matanya menjadi memburam, bahkan kulitnya sudah mati rasa dengan suhu malam yang terbilang dingin. Ia berusaha mengabaikannya semenjak tadi, namun fakta jika tubuhnya tidak dalam kondisi sehat membuatnya merasa sangat lelah saat sadar.

'Tidak-- jangan... aku harus menemukan Riku terlebih dahulu...,' benak Tenn mengedarkan pandangannya ke setiap sudut, berharap menemukan sosok yang dicarinya.

Netranya terus bergerak menyusuri setiap sudut sekitarnya hingga pandangannya terkunci pada satu sisi. Benar saja, ia menemukan sosok kembarannya di sana.

"Riku!" panggilnya keras membuat orang yang dipanggilnya sontak menolehkan kepala. Sama seperti dirinya, si surai merah nampak terkejut, melihat dari kejauhan penampilan kakaknya yang nampak berantakan.

Tanpa membuang waktu lebih banyak, Tenn segera menuruni tangga di sana untuk menuju tempat adiknya berada dengan berlari.

Sementara si surai merah membalikkan badan pada arah di mana Tenn menghampirinya. Melihat sosok kakaknya membuat Riku tidak mampu berucap apapun dan membiarkan sang kakak berlari menghampirinya.

Tenn terus berlari secepat yang ia bisa hingga saat sampai ia tak bisa berhenti dan langsung menabrak adiknya hingga Riku sempat oleng ke belakang saat menahan beban tambahan. Untung saja ia tidak terjatuh.

Tenn memegang erat pergelangan tangan milik adiknya. "Kemana saja kau?!"

"A-ah i-itu-?!" omongan Riku yang gagap terputus ketika dirinya mendapati bibir pucat kakaknya yang berdarah. "Tenn-nii berdarah!-"

Namun perkataannya kembali terputus disaat Tenn dengan tiba-tiba menyandarkan tubuhnya pada Riku membuat si surai merah menjadi terkejut dan sontak menahani tubuh kakaknya.

"Dasar bodoh...," gumam Tenn.

"..."

Menundukkan kepala Riku tidak bisa memberikan respon apapun. Dirinya merasa tidak tega untuk meninggalkan kakanya secara mendadak. Ia juga belum memantapkan tekadnya untuk...

B̶͈̻̯̙̾ͅứ̶͎̱͍̟͇̖̙̑n̵̢͙̋̌͗̀͝͝ư̴̩͖̌͐͝h̴̡̡̨̻̦̖̘̻͉̃̆͊̐̈́̒͜ ̵̮̠̺̘̱͓͋ͅd̶̢̡̗̩͕̦̕ï̴͔̅͂̊̏̌̒̃̒͋r̸̢̛͚̦̣̞̊͝i̵̗̯͉̻̗̮̊͆̇̚

Mengesampingkan hal itu... selama beberapa saat Riku tidak mendengar satu pun ucapan dari kakaknya. Bahkan situasi menjadi tenang, awalnya ia menduga bahwa pasti Tenn akan marah besar saat berhasil menemukannya. Tapi ini berkebalikan- Tidak!

Riku sadar ia menggunakan cukup tenaga untuk menahani tubuh Tenn agar tidak terjatuh ke bawah. "Tenn-nii?"

Manik crimson itu membelalak. Kenapa ia baru sadar sekarang? Ia merutuki ketidak pekaannya sendiri. Padahal itu sudah jelas nampak semenjak tadi.

Penampilannya yang kacau, langkah Tenn yang sempat terhuyung dan wajahnya yang pucat. Bahkan dapat Riku rasakan deru nafas Tenn yang tidak seperti biasanya serta suhu tubuh kakaknya yang tinggi. Dirinya juga tidak mendapatkan respon ataupun reaksi dari sang kakak.

"Tenn-nii!"

.
.

◣─────•~❉✿❉~•─────◢

-To be continued-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro