Chapter 31

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Andin termenung. Dia menatapi selembar kertas putih bergambar simbol pentagram hitam. Ia membolak-balikan kertas tersebut.

"Huh!"

Helaan napas kasar kesepuluh kali telah dikeluarkan. Andin bosan harus menunggu kedatangan seseorang yang akan menguji dirinya.

Andin sudah tak sabar. Dia ingin cepat-cepat menjadi salah satu dari 'itu'. Keangkuhan telah menjalar ke seluruh tubuh sesuai persyaratan.

"Lama-lama aku bisa mati karena menunggu," keluh Andin.

Satu tangan ia tompang ke dagu. Posisi Andin saat ini berada di salah satu ruangan rapat para dewan guru. Berbagai macam benda seperti kursi sofa,  mikrofon, meja besar, layar putih hologram serta lukisan tersusun rapi.

Srekk!!!

Pintu besi terbuka otomatis. Seorang pemuda berkacamata memasuki ruangan dengan gagah. Aura keangkuhan bersinar menyelimuti tubuh pemuda itu.

"Eh! Kau kan!" seru Andin terkejut sambil jari menunjuk.

"Hai, aku adalah Nomor Satu dan akan menjadi pengujimu."

Pemuda itu menatap Andin penuh angkuh. Kedua tangan dilipat di dada. Andin menjadi tegang dan sedikit gemetaran.

"Kau ... sudah siap," pemuda itu memperbaiki kacamata kotak.

"Si-siap ... aku siap!"

Andin berpose siap seperti saat upacara bendera. Ia memasang senyum angkuh dan kharisma dirinya keluar. Salah satu tangan mengibaskan surai pirangnya.

"Oke! Mungkin ... aku akan lebih kejam hahaha," ucap pemuda itu tertawa angkuh.

"Aku selalu siap, Yu---"

Perkataan Andin terpotong. Nomor satu mendadak mulai menyerang dengan sebuah pukulan. Andin memiliki reflek dan insting cukup bagus.

Nomor satu menatap penuh intimidasi. Andin sepertinya telah membuat satu kesalahan fatal tanpa disadari.

Bughh!!

Andin terkena pukulan walau sudah menahan menggunakan tangan yang di silang. Kekuatan para nomor memiliki berkah luar biasa. Hal itu membuat Andin antusias ingin bergabung menjadi salah satu dari mereka. Berbagai cara telah ia lakukan untuk mencari informasi walau sedikit.

"Lumayan juga kau, tetapi aku takkan mengampuni karena mulut lancangmu telah menyebut nama itu tanpa kuminta!"

Simbol Singa Kuning di punggung Nomor Satu bersinar terang. Nomor Satu akan mengerahkan seluruh kekuatan demi mempertahankan posisinya.

Andin menghela napas kasar. Ternyata itu kesalahan yang ia perbuat. Namun, ia takkan kalah meski harus mengalami beberapa luka, ini adalah tantangan untuknya.

"Mari kita lanjutkan kembali."

"Siapa takut!"

Nomor Satu menerjang dengan beberapa pukulan. Andin masih berusaha mengelak serangan. Kecepatan satu serangan membuat ia cukup kewalahan.

Sebagai perempuan berdarah campuran Jepang dan Rusia, Andin sudah dilatih sejak dini untuk menjaga diri. Dan saat ini kemampuan beladirinya akan ditunjukkan.

Andin memicingkan mata. Ia berusaha berkonsentrasi melihat setiap serangan Nomor Satu. Nomor Satu cukup terkejut dengan kemampuan Andin.

"Hmm ... aku mulai tertarik denganmu," ujar Nomor Satu tersenyum angkuh.

"Terima kasih atas pujiannya," balas Andin mengangkat kepala angkuh.

Bagaimanakah nasip Andin dan Nomor Satu??

🌺🌺🌺🌺🌺

Aldo berjalan tertatih menuju ke kantin. Ia harus mengembalikan stamina dan kekuatan sebelum upacara ritual itu di mulai. Berbagai pemikiran tentang upacara dan identitas baru yang dimiliki membuat Aldo sangat antusias.

"Aku sudah tidak sabar," ucap Aldo.

Pemuda bersurai hitam itu melihat lingkungan kantin begitu sepi dan berantakan. Bau anyir darah serta aroma bunga Amarylis menyeruak melalui rongga hidung.

"Sepertinya telah terjadi kekacauan di sini."

Aldo menelusuri setiap bilik kantin dan ia terhenti. Tatapan matanya begitu memprihatinkan. Aldo melihat sosok mayat gadis bersurai ungu tergeletak di lantai kantin.

Beberapa pisau kecil masih menancap tegak lurus di bagian tubuh gadis itu. Aldo mendekati dan ... ia sangat mengenali mayat itu adalah Hanaru, teman sekelas di 2-E.

Hanaru terkenal dengan sebutan Princess Frog di kelas. Aldo memeriksa keadaannya, lalu ia menutup mata perlahan.

"Semoga kau tenang di sana pecundang!"

Seringai tipis terukir di kedua sudut bibir. Aldo melewati mayat Hanaru dengan melangkahinya dan sedikit menedang tubuh yang sudah tak bernyawa itu.

Sikap Aldo semakin menggila setelah mendapatkan kekuatan harta terindah yang ia miliki. Sebagai penerus identitas baru yaitu ... Nomor Lima Aldo harus tetap profesional.

"Hmm ... harta ini memang sangat menakjubkan."

Aldo pun duduk di salah satu bangku. Ia sudah mengambil beberapa makanan ringan dan botol minuman bersoda hingga air mineral. Dia meletakan di atas meja besi besar. Aldo mulai menyantap satu persatu makanan sebelum waktu ritual di laksanakan.

"Nikmatnya hidup ini walau hujan badai sekalipun," ucap Aldo menyeringai.

Ponsel hitam miliknya ia ambil, lalu mulai mendengarkan beberapa musik asal Korea Selatan. Fanatik dan harta sudah ia kuasai semuanya tanpa hambatan.

"Ice Cream Chillin ...."

Aldo menarikan sebuah lagu milik Black Pink feat Selena Gomez berjudul Ice Cream. Suasana hujan badai tak membuat Aldo terganggu.

🌺🌺🌺🌺🌺

"Bukan aku!

Tidak!

Abil!

Hentikan!

Aku bukan pembunuhmu!"

Rie berteriak histeris. Kedua telinga ia tutup rapat-rapat menggunakan tangan.

"Bukan aku!"

Buliran air mata berjatuhan seiring Rie selalu berseru 'Bukan aku'. Rie menatap tajam sileut di depannya.

Siluet berupa gadis bersurai merah panjang. Tinggi gadis itu sepantaran dengan Rie. Wajah pucat, kedua pupil memutih dan mulut berdarah. Sosok menyeramkan seakan menerkam Rie.

"Abil ... aku mohon ... bukan aku pembunuhmu ...."

Rie berusaha menolak kenyataan bahwa dia pembunuhnya. Bayang-bayang sosok Abil yang telah meninggal terus menghantuinya, sampai ia berhalusinasi bahwa Abil sedang menuntut kematian.

"Rie ... tolong aku," ucap Abil berlumuran darah di bagian kepala.

Rie terdiam. Ia tidak tahu harus berbuat apa-apa. Kedua kaki dan tangan miliknya terikat erat.

"Arghh! Kau ... pembunuh!"

Abil pun menghembuskan napas terakhir. Namun, sebelum itu ia menatap tajam sosok Rie.

Sreekk!!

Pintu ruangan terbuka. Ruangan gelap menjadi sedikit terang akibat cahaya senter ponsel terpancar. Rie reflek menolehkan kepala ke arah pintu. Dia dapat melihat seorang gadis bertubuh ideal menatap dirinya penuh misteri.

Suara langkah tapak kaki menggema di ruangan. Gadis itu mendekati Rie yang masih menatap dirinya ketakutan.

"Halo Rie," sapa sang gadis.

"Kak H---,"

Sebelum menyelesaikan perkataannya, kedua mata Rie tiba-tiba mengelap lalu tertutup rapat. Rie tak sadarkan diri akibat sebuah pukulan di tekuk.

"Hahaha ... tugasmu akan segera datang," ujar gadis itu.

Sang gadis misterius mulai menyeret tubuh Rie perlahan keluar ruangan. Dia tak peduli jika Rie mengalami luka-luka lecet akibat tergesek lantai keras.

🌺🌺🌺🌺🌺

Key berlari di tengah hujan badai. Kedua mata menatap tajam setiap lika liku jalan yang ia lewati.

"Di mana gadis itu?!"

Key mengeram kesal. Dia harus segera menemukan seseorang. Firasat buruk mengatakan bahwa gadis yang ia cari dalam keadaan bahaya.

"Sial!"

Gadis bersurai nila memasuki salah satu ruangan. Pintu di ruangan itu terbuka dan tampak berantakan. Key tiba-tiba mencium aroma khas seseorang.

Key memukul dinding keras hingga retak.  Dia sangat amat kesal, tetapi ia harus menahan itu semua.

"Aku harus mengikuti aroma ini," ucap Key sambil menjilati bibirnya.

Perubahan sifat Key sangat signifikan. Key mulai berlari mencari keberadaannya dengan mengikuti aroma khas.

Rok cokelat pendek yang dikenakan Key terangkat sedikit. Di sana terdapat sebuah simbol bergambar hewan Kambing Pink.

"Semoga 'Master' belum melakukan apapun kepada gadis itu. Jika sampai itu terjadi ... aku akan menjadi yang terlemah di antara keenam nomor lainnya."

Apakah Key dapat menemukan gadis itu??

Siapakah sosok master itu??

🌺🌺🌺18🌺🌺🌺

{12/03/2021}

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro