Chapter 33

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Raka dan Andrew masih bertarung. Raka dengan aura amarah dan Andrew aura dendam membuat suasana di sekitar mereka menjadi mencekam.

"Hei An, apa kamu sudah menyerah?" ejek Raka.

Pemuda bersurai merah berdiri tegak dengan satu tangan kanan dimasukan ke saku celana. Simbol gambar hewan Naga Hitam bersinar tidak terlalu terang.

"Tidak! Aku akan membalaskan kematian Yemi!" seru Andrew menatap tajam.

"Membalaskan kematian? Kau seharusnya bertemu dengan Master kami bukan padaku."

Raka tertawa kecil. Dia sebenarnya tidak mau meladeni Andrew. Namun, pemuda itu cukup menghalanginya.

Andrew melesatkan dua pukulan bergantian. Raka tenang menghidari setiap pukulan itu. Saat Andrew akan melakukan seragan berupa tendangan.

Raka sudah terlebih dahulu menendang kaki kiri Andrew. Hal itu membuat Andrew kehilangan keseimbangan. Raka kembali melesatkan tendangan menggunakan lutut hingga mengenai dagu.

Brukk!!!

"Arghh!!"

Andrew terjatuh. Ia cukup menyesal memberikan celah walau sedikit kepada lawan. Dia memukul keras lantai dan meludahkan darah sembarang.

"Hahaha ... sebaiknya kau ikut denganku dan ... kau mungkin bisa membalaskan dendam Yemi sesuka hatimu."

Raka membuat sebuah penawaran kepada pemuda bersurai hitam pendek. Awalnya Andrew ingin menolak, tetapi peluang untuk mendapatkan tawaran cuma-cuma sangat kecil.

Sejak setahun lalu, Andrew mengetahui bahwa Yemi merupakan salah satu pilar memegang Nomor Enam. Yemi menceritakan langsung kepadanya dan mengajak ia untuk menjadi salah satu bawahan.

Kenangan itu membuat hati Andrew sedih. Jika, saat itu dia tidak menolaknya pasti dirinya dapat melindungi Yemi sekuat tenaga.

"Huh! Baiklah!"

Andrew menerima tawaran Raka dengan cukup terpaksa. Raka menyeringai kecil. Ia mengulurkan salah satu tangan ke bawah.

Andrew menepis uluran tangan Raka kasar. Dia berdiri dengan perasaan kesal.

"Akulah pemenangnya," ucap Raka penuh percaya diri. Simbol hewan Naga Hitam di dada kiri Raka berhenti bersinar.

Andrew ingin memukul wajah Raka. Namun, dia harus menahan sampai dendamnya terbalaskan.

Raka membalikan badan. "Sesungguhnya rasa dendam kau saat ini lebih mendominasi rasa kecanduan akan segala hal tentang Yemi." jelasnya.

Andrew tertegun. Berbagai pertanyaan tentang penjelasan Raka berputar di otak. Kedua tangan dikepal erat menahan kesal.

"Tunggu aku ... Yemi!"

"Hahaha ... aku harus mengumpulkan mereka secepatnya."

🌺🌺🌺🌺🌺

Widya syok mengingat kejadian di ruang laboratorium. Mayat teman sekelasnya yaitu Chita tewas dalam kondisi mengerikan.

"Apakah ini giliranku?"

"Apakah ini giliranku?"

"Apakah ini giliranku?"

Widya bergumam sepanjang perjalan. Dia sampai harus menabrak dinding pembatas beberapa kali.

Biasanya Widya jika ada masalah atau pikiran tengah kacau, ia akan bernyanyi bahkan menciptakan lagu. Namun ... berita kematian satu-persatu murid kelas 2-E selalu silih ganti berdatangan.

"Mila ... Chita ... Maafkan aku tidak bisa melindungi kalian."

Widya menangis tersedu-sedu. Kedua bahu bergetar naik turun. Ia belum siap untuk meninggoy. Karirnya baru saja naik daun kaya ulat pucuk. Single pertama laris dipasaran dan Widya sudah menyiapkan single keduanya.

"Karirku hancur! Popularitas hilang! Aku tidak mau sampai itu terjadi!

Aku masih belum membeli beberapa barang mewah, baju, sepatu, tas dan celana."

Suara hati asli Widya akhirnya keluar. Hidup glamour, elegan serta mewah menjadi impian terpendamnya. Pemborosan tidak membuat ia menjadi bersalah.

"Hahahaha ... aku harus menikmati semua itu."

Widya tertawa keras. Air liur menetes tak henti-henti. Impian itu harus terwujud dan tidak boleh sampai dirinya mati dahulu.

Tap!

Krauk!

Tap!

Krauk?

Tap!

Krauk!

Seseorang di belakang Widya tengah berjalan santai sambil memakan keripik kentang. Surai pirang panjang ikal bergoyang ke kanan ke kiri mengikuti langkah kaki.

"Kau berisik sekali!"

Widya menolehkan kepala. Ia cukup terkejut melihat gadis itu. "Shia?" gumamnya.

"Iya, krauk ...."

Mulut Shia penuh oleh keripik kentang. Shia terus makan tanpa henti hingga menyisahkan renyah-renyah keripik.

"Sedang apa kau di sini?" tanya Shia sambil membersihkan serpihan makanan di tangan dan bibir.

Widya tak menjawab. Ia diam-diam mengambil langkah mundur. Firasatnya mengatakan akan ada hal buruk yang sebentar lagi terjadi.

Shia menatap bingung tingkah laku Widya. Biasanya kalau Idol itu ceria tetapi pandangan Shia berbeda.

"Kau takut denganku? Tenang saja aku tidak makan orang kok hehehe ...."

"Oh tidak!"

Widya mengambil ancang-ancang untuk berlari. Namun, Shia sigap menghentikan aksinya.

"Aku tidak akan membunuhmu."

Shia tersenyum tipis. Ia menggerakan kepala membuat rambut pirangnya berkilauan bagai iklan sampo.

"Tidak!"

Widya menolak keras. Lebih baik ia pergi dan bersembunyi dari para predator di sekolah ini.

Satu fakta yang diketahui oleh Widya selama bersekolah di sini. Ada sebuah rahasia besar disembunyikan sangat ketat dan itu dapat membuat satu kelas mati terbunuh dengan tidak wajar. Kejadian itu sudah berlangsung selama sepuluh tahun.

"Aku akan memperkenalkan diri. Namaku Shia dan aku ... salah satu anggota pilar di sekolah ini."

Shia membuka seragam atasnya. Terlihat sebuah simbol gambar hewan Babi Ungu di bawah perut.

Dan ... Widya cukup terkejut. Rahangnya seakan terlepas melihat satu fakta lainnya langsung dengan kedua mata sendiri.

Shia berkata jujur. Widya dapat melihat kejujuran di balik kedua mata Shia terdalam.

"Ba-baik ...," jawab Widya ragu.

"Bagus!" Shia senang.

Shia menarik pelan lengan kanan Widya. Dia harus membawa idol di kelasnya ke suatu tempat.

"Semoga aku tidak apa-apa," ucap Widya berdoa.

🌺🌺🌺🌺🌺

"Hmm ... satu-persatu para pilar telah menemui bawahan mereka. Aku harus menghentikan ini sebelum semuanya terlambat!"

Teringat setahun lalu kejadian menimpa murid kelas 1-E. Mereka awalnya belajar dengan perasaan tenang, bahagia dan nyaman.

Namun ... sebuah kutukan mengharuskan seluruh murid mengikuti suatu ritual. Mereka yang terpilih sebagai kandidat akan menduduki setiap pilar yang dinamakan Tujuh Pilar.

Ketujuh pilar akan menjalankan tugasnya masing-masing. Dengan simbol hewan yang mewarisi sifat-sifat pilar dan lambang pentagram hitam serta bunga Amarylis.

Pilar pertama melambangkan simbol hewan Singa Kuning. Aura keangkuhan dan kebanggaan diri menjadikan posisi ini sebagai pemimpin Tujuh Pilar yang disegani. Dia memiliki inisial panggilan yaitu Nomor Satu.

Pilar kedua melambangkan simbol hewan Ular Orange. Aura keirian hati serta kecemburuan membuat ia memandangi setiap orang di sekitar dengan perasaan iri. Dia memiliki inisial panggilan yaitu Nomor Dua.

Pilar ketiga melambangkan simbol hewan Naga Hitam. Aura kemarahan dan kemurkaan membuat ia ditakuti karena kekuatan yang mengerikan. Dia memiliki insial panggilan yaitu Nomor Tiga.

Pilar keempat melambangkan simbol hewan Beruang Hijau. Aura kemalasan dan kebosanan dalam diri membuat ia selalu mengantuk untuk melakukan kegiatan. Dia memiliki inisial panggilan yaitu Nomor Empat.

Pilar kelima melambangkan simbol hewan Musang Merah. Aura ketamakan dan keserakahan membuat ia begitu menggilai harta serta segala apapun yang dimiliki dengan caranya. Dia memiliki inisial panggilan yaitu Nomor Lima.

Pilar keenam melambangkan simbol hewan Babi Ungu. Aura kerakusan dan kelaparan membuat ia menyukai berbagai macam makanan serta minuman di dunia. Dia memiliki inisial panggilan yaitu Nomor Enam.

Pilar ketujuh melambangkan simbol hewan Kambing Pink. Aura kenafsuan dan kegairahan membuat ia mencintai hal-hal berbau mesum dan percintaan berlebihan. Dia memiliki inisial panggilan yaitu Nomor Tujuh.

Itulah keterangan dari masing-masing ketujuh pilar. Jika semua sudah bersatu, mereka akan melakukan sebuah ritual yang membutuhkan tumbal dari jiwa kematian-kematian tidak wajar di sekolah ini.

"Jika semua berkumpul, aku ... tidak akan bisa membatalkan ritual itu!"

🌺🌺🌺16🌺🌺🌺

{14/03/2021}

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro