16. Passionfruit Ripple Cheesecake

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

(Betapa rasa ini mampu memutarbalikkan duniaku)

Aku menikmati suasana malam yang meriah namun penuh keakraban. Semua orang tampaknya bersenang-senang. Caramel sedang mengobrol dengan Mas Bas mengenai konsep syuting besok. Ray belum terlihat di mana-mana sejak aku meningalkannya di pantai.

"Tadi kemana saja waktu sore? Aku mencarimu." Soka menarik kursi di sampingku lalu duduk. Senyum tidak lepas dari wajahnya yang tampan.

"Mencari tempat terpencil untuk melihat sunset. Kamu mencariku untuk apa?" Aku mengambil kue yang disediakan sebagai pencuci mulut. Ini Passionfruit Ripple Cheesecake mini yang sangat menggiurkan.

"Aku membuatkannya untukmu. Perlu effort untuk membawa banyak bahannya ke sini tapi melihatmu begitu lahap, sepertinya itu bukan usaha yang sia-sia." Aku langsung berhenti mengunyah.

"Kamu masak?" Soka tertawa mendengar pertanyaan bodohku.

"Hey, aku mendirikan Cheeze Bakehouse pertama kali dengan resep cheesecake yang kumodifikasi sendiri. Kamu meremehkan Bartlett Ajisoka."

Aku mengangkat tangan tanda meminta maaf lalu kembali menikmati kue mini yang sangat lezat ini. Gawat! Berteman dengan Soka membuat stok lemakku berlipat ganda. Dia ikut mengambil kue dan tersenyum ketika merasakan kelezatannya.

"Ya ya ... kamu laki-laki dan jago masak. Sedangkan aku? Kalau aku masak bisa dipastikan semua akan berakhir di rumah sakit." Soka tertawa keras membuat yang lain menoleh.

Caramel ikut menoleh dan menatap dengan heran. Aku berharap dia tidak datang namun Soka melambaikan tangannya dan saudariku itu berjalan menghampiri kami. Dia tersenyum manis pada laki-laki di sampingku.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Caramel sambil menyingkirkan seberkas rambut yang terlepas dari kuncirannya.

"Kue buatanku," sahut Soka masih dengan senyum bangganya.

Sementara mereka berdua membicarakan kue, aku melihat sekeliling mencari Ray. Baru saja aku mau berdiri dan mencarinya, dia datang. Mengenakan sweater longgar berwarna putih dengan ripped jeans dan sneakers, dia terlihat stunning atau ini hanya efek gara-gara ciumannya tadi sore? Aku menggeleng, berusaha menghilangkan ingatan tentang bibirnya.

Ray tersenyum saat menatapku dan mendatangi Mas Bas. Mungkin dia ingat tentang perkataanku di tepi pantai. Aku kembali memusatkan perhatian pada pembicaraan yang tidak kupahami antara Soka dan Caramel. Kembaranku itu memang suka memasak jadi dia bertanya tentang tips-tips membuat kue, suatu hal yang tentu saja membuatku seperti tersesat di hutan belantara.

Aku bergumam akan ke toilet, lebih baik di toilet dulu sampai mereka selesai membicarakan hal-hal ajaib. Di toilet aku bertemu Cori. Dia sedang mencuci tangan dan menungguku sampai selesai.

"Saya bertanya-tanya Vanilla, apa kamu ada masalah dengan Caramel? Kalian nyaris tidak berbicara sepanjang perjalanan hari ini."

"Gawat! Cori sepertinya perempuan yang cukup sensitif!" Benakku langsung berputar mencoba untuk mencari alasan. Ucapannya membuatku tertawa gelisah. Bagaimana pun juga aku tidak ingin mengacaukan semua. Jadi aku hanya bisa mengucapkan bahwa kami baik-baik saja sambil mengalihkan pembicaraan tentang persiapan syuting.

Ketika berjalan ke arah Soka, aku mendengar ucapan mereka tentang cinnamon dan segala macam bumbu. Mendengarku menghela napas, Cori menoleh dengan pandangan bertanya.

"Mereka membuatku seperti berada dalam alam Alice in Wonderland," ucapku lesu. Cori tertawa lebar dan menepuk bahuku.

"Aku juga sering merasa seperti Tweedledee dan Tweedledum kalau ada yang membicarakan segala hal berbau masakan. Padahal ibuku bilang sebagai wanita kita harus bisa menguasai dapur."

"Aku menguasai dapur, Cori. Untuk makan," ucapku sambil tertawa.

Kami berdua terus bergurau sepanjang malam sampai kru yang lain datang bergabung. Lama kelamaan lingkaran pembicaraan kami semakin besar. Ray melirikku yang sedang tertawa saat mendengar lelucon salah satu kru dan rasanya waktu berhenti berputar. Aku menertawakan diri sendiri yang bersikap seperti remaja.

Menjelang pukul sebelas, aku berdiri dan merenggangkan badan. Caramel sudah kembali ke cottage bersama salah satu kru perempuan untuk tidur. Besok pagi-pagi sekali dia sudah harus di dandani.

Soka masih berbicara dengan Ray dan Cori untuk teknis syuting besok. Meeting kecil mereka terlihat begitu serius jadi aku tidak mau mengganggu. Suasana pantai terasa lengang, hanya terdengar debur ombak yang mengalun lembut.

Seseorang menarik lenganku. Nyaris menjerit karena kaget, aku menoleh dan menatap mata yang berbinar jahil. "Kenapa sih ngagetin? Gila! Lo nggak lihat jantung gue jatuh berceceran."

Ray memutar bola matanya dengan malas. Dia mengikuti langkahku menuju cottage lalu berhenti tepat di depan penginapanku. Seraya mengelus rambutku perlahan, dia mengucapkan selamat malam lalu berbalik arah kembali ke tempat meeting tadi.

Aku menelan saliva saat menyadari sesuatu. Ray mengantarku ke cottage. Dia tidak mengucapkan banyak kata namun perbuatannya mampu melelehkan hati. Aku merasakan jantungku berdebar lebih cepat lagi, namun kali ini dengan alasan lain.

Pagi yang cerah menyambut kami semua. Cori mengucapkan rasa senang pada cuaca hari ini dengan berlari sepanjang pantai. Setelah sarapan singkat, kami bersiap untuk memulai syuting. Soka terlihat serius hari itu. Seperti yang lain, dia pasti mau semua berjalan lancar.

Mau tahu kenapa begitu? Syuting benar-benar melelahkan. Untuk satu kali take, kami harus mengulang beberapa kali. Untunglah Caramel cukup profesional. Dia mudah diarahkan dan begitu luwes.

Kami memulai syuting di glass bottom boat. Kapal khusus ini memiliki ruangan bawah yang dikelilingi kaca tebal untuk melihat keindahan bawah laut. Aku nyaris merapat di pojokan karena ada beberapa alat yang menyita tempat di sana. Soka berdecak puas ketika melihat hasil dari pengambilan gambar di sana.

Setelah itu kami ke undersea tunnel aquarium. Sebenarnya terowongan dari kaca tebal ini hanya sejauh 15 meter dan berbentuk melingkar mirip dengan terowongan di Sea World. Bedanya adalah tunnel ini benar-benar berada di laut.

Syuting di sini pun lancar. Aku hanya beberapa kali memberi masukan untuk tone suara dan mimik yang digunakan Caramel. Selebihnya kembaranku itu sudah sangat bagus. Menjelang pukul satu, kami sudah selesai dan tinggal mengambil take terakhir.

Soka memperhatikanku dan Caramel saat makan siang. Dia mengerutkan kening sambil mengusap hidung, tanda sedang berpikir.

"I'm wondering ...." Dia mulai pembicaraan dengan mata menerawang.

"Kenapa?"

"Aku mau foto kalian berdua," putus Soka sambil tersenyum cerah.

"Hah? Kenapa berdua?" tanyaku bingung.

"Demi Cheeze Bakehouse dan client kamu yang baik ini. Foto berdua!"

Tanpa banyak penjelasan, Soka menyeretku ke arah make-up artist yang menangani semua artis syuting ini. Dia menyuruh MUA untuk mendandaniku. Orang ini sangat cerewet. Dia bolak balik menanyakan semua hal sampai kepalaku pusing. Setelah selesai dia menyuruhku keluar.

Ray nyaris tersedak minumannya. Dia menatapku tidak berkedip namun terlihat kesal. Mungkin karena baju yang kukenakan model sabrina yang memperlihatkan bahu. Caramel menggamit lenganku. Dia begitu cantik dengan baju putih berenda indah dan ikat kepala berwarna sama. Wajahnya yang mungil terlihat bersinar dan cantik.

Soka meminta kami berfoto di depan spot foto dengan kain berwarna-warni yang digantung dengan pot-pot tanaman di depannya. Aku harus membayangkan berbagai macam hal supaya tidak cemas saat di foto. Rasanya tidak sanggup untuk menolak karena dia adalah client dan aku tidak ingin merusak suasana dengan tingkah konyolku. Ray memperhatikanku dari jauh, mungkin dia berjaga-jaga supaya aku tidak meledak dalam ketakutan.

Setelah perjuangan panjang mengambil beberapa foto, aku memutuskan untuk beristirahat sejenak. Sebelum kembali ke cottage, aku ingin melihat-lihat pulau lagi. Jadi aku berjalan perlahan menuju dermaga. Beberapa speedboat terlihat di sana.

"Mau kemana?" Aku melompat kaget.

"Astaga, Ray! Kenapa sih lo ngagetin gue terus?" Dia hanya tertawa mendengar omelanku.

"Illa, lo ...." Dia terlihat ragu-ragu

"Apa?"

"Itu waktu di foto tadi, lo terlihat ...." Kucubit lengan Ray yang langsung mengaduh. Dia pasti akan meledekku.

"Pipi lo terlihat lebih tembam daripada Ara."

Crap!

🍰🍰🍰

Malam ...

Sejujurnya, ini cheesecake pesanan @whiteclouddott yang baru terealisasikan. Maafkan yaaaa. Ayas sendiri belum pernah nyobain cheesecake jenis ini. Gimana sih rasanya? Ada asam-asam gitu? Rencananya Ayas sih nanti mau ditraktir sama kak Whiteclouddott ahahaha.   🤣😆🤣

Ada request cheesecake yang kalian mau?   😁😁

Enjoy the cake

with a lot of cheezy love,

Ayas

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro