24. Vanilla Coffee Cheesecake

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

(Andai saja tahu rasanya sepahit ini, aku ingin mengulang semuanya tanpa kesalahan)

Mataku terbuka lebar ketika mendengar lagu Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi milik HIVI! yang menjadi alarmku di pagi hari. Sejenak mataku berkedip, teringat mimpi semalam yang rasanya membuatku jadi perempuan paling mesum sedunia. Belakangan ini Ray selalu ada dalam mimpi versi dewasaku dengan rambut berantakan dan suara seraknya. Sambil merenggangkan tubuh, aku bangkit. Sepertinya aku harus berendam air dingin supaya sadar dan tidak memimpikan hal yang tidak-tidak.

Sudah seminggu sejak terakhir kali aku memimpikan Ray yang datang malam-malam dan berakhir saat aku terjatuh dari tempat tidur. Sudah seminggu pula kami tidak berbicara satu sama lain. Aku merasakan campuran kehilangan dan rasa bersalah. Berkali-kali mencoba bicara dengan Ray, hanya menghasilkan sakit hati karena laki-laki itu langsung pergi meninggalkanku. Dia juga tidak pernah membalas pesan atau mengangkat telepon.

Pagi itu terasa tenang sekali. Mungkin karena Kale dan Caramel berangkat lebih awal. Kembaranku itu akan menjadi penari di acara resital Summer Song yang diadakan sekolah musik terkenal di Jakarta.

Belajar dari pengalaman hari-hari sebelumnya, aku tidak lagi melamun di MRT. Kemudian saat aku melihat bayangan yang terpantul di kaca kereta, ingatanku kembali lagi ke mimpi semalam. Kata orang, mimpi biasanya adalah keinginan besar yang keluar dari bawah sadar. Mungkin otakku sudah geser karena merindukan Ray.

Begitu sampai meja kerja manusia iseng itu masih kosong. Kupikir Ray sudah meeting dengan tim lain, aku yang sudah ditunggu oleh Cori langsung beranjak. Menjelang siang, kudapati mejanya masih kosong.

"Illa! Kamu tahu Ray sakit apa?" tanya Mas Bas yang baru masuk ke ruangan kami. Aku yang masih terpaku menatap meja kosong Ray, menoleh.

"Ray sakit, Mas?"

"Loh? Makanya aku nanya, La. Kan biasanya kamu nempel sama dia. Eh? Kamu mau pergi?"

"Mas, aku izin, ya? Ray jarang sakit. Kalau dia sampai izin berarti benar-benar gawat. Dia kan tinggal sendiri. Aku udah nggak ada meeting lagi dan semua bahan bisa dikerjain di rumah. Makasih ya, Mas." Atasanku itu hanya tertawa lalu melambaikan tangan.

Untunglah pekerjaanku tidak terlalu kaku. Kami bahkan diperbolehkan kerja sambil leyeh-leyeh di sofa. Kata Mas Bas, kreativitas harus dikejar dengan bersikap rileks. Jadi, ada beberapa kesempatan kami bisa memilih lokasi kerja.

Kuputuskan untuk bekerja di apartemen Ray sambil menungguinya yang sedang sakit. Sebelum datang, aku menyempatkan diri untuk mampir ke supermarket untuk membeli bahan-bahan masakan dan vitamin karena belum tahu apa sakit Ray.

Ketika sampai di depan pintu Ray, aku mencoba menggesek kartu akses yang ternyata ditolak. Merasa heran, aku kembali mencoba menggesek kartu akses. Tetap tidak bisa. Sepertinya ada kerusakan di magnet kartu.

Tepat ketika aku membalikkan badan untuk kembali ke resepsionis, lift berdenting dan sosok yang sangat mirip denganku keluar. Caramel melihatku dengan terkejut lalu tersenyum. "Kamu ngapain di sini, La?"

"Loh, lo sendiri ngapain, Ra?" Balasku bingung.

"Ray sakit. Tadi dia nelepon minta tolong ditemenin ke dokter." Ucapan Caramel membuatku mau ternganga saking herannya. Sejak kapan mereka jadi dekat seperti ini?

Sementara itu Caramel berjalan dengan santai dan menggesekkan kartu akses ke pintu Ray yang langsung terbuka dengan mudah. Aku mengikutinya seperti orang bodoh dan melihat laki-laki yang mengganggu tidurku semalam, memeluk Caramel lalu melihatku dengan kaget. Sepertinya dia tidak mengharapkanku ada di sini. Kutelan saliva dengan susah payah untuk mengendalikan emosi.

Kusodorkan plastik supermarket yang nyaris rusak karena tergenggam erat. "Ini! Mas Bas nanyain lo sakit apa. Kayanya sih baik-baik saja. Sekalian ini kartu akses lo, gue balikin. Udah rusak."

Tanpa menunggu reaksinya aku berbalik arah dan langsung menuju lift. Kupikir dia akan mengejarku, tapi itu semua hanya impian karena kudengar pintu apartemennya tertutup. Rasanya aku ingin sekali menangis. Jadi, beginilah arti diriku di matanya. Ternyata tidak ada apa-apanya.

Di luar gedung apartemen Ray, aku melihat langit yang masih terang. Biasa pulang saat gelap, membuatku merasa asing berada di tempat terang seperti sekarang. Kulangkahkan kaki entah ke mana, yang penting menjauh dari gedung itu.

Ingatanku terus berputar dengan adegan ketika Ray memeluk Caramel. Lalu kembali teringat ketika kakakku itu bilang kalau dia sebenarnya suka dengan Ray. Memikirkan ini semua membuatku sakit kepala.

Aku merasa patah hati sebelum berjuang. Hancur sebelum waktunya. Sepertinya aku harus menghibur diri tapi kemudian tertegun. Aku tidak memiliki tempat tujuan. Sahabatku Ray, dan dia sedang bersama dengan kakakku. Sedangkan yang satu lagi, Maple, berusaha keras menjodohkanku dengan kakaknya.

Daripada pulang, aku memilih mencari tempat untuk menenangkan diri. Kupilih satu tempat di daerah Senopati yang terkenal dengan café rooftop-nya. Tidak ada satu pun menu cheesecake di sini. Lagipula, kalaupun ada cheesecake yang bisa mewakili perasaanku hanyalah Vanilla Coffee Cheesecake yang agak pahit seperti hidupku sekarang.

Aku memesan black coffee, lalu membuka laptop, mencoba menenggelamkan diri dengan pekerjaan. Sesuatu yang sia-sia karena lagi-lagi yang terlihat di mataku adalah senyum Ray saat memeluk Caramel. Senyum itu begitu lembut, bahkan denganku saja dia tidak pernah tersenyum seperti itu.

Bohong kalau berkata aku baik-baik saja. Seluruh tubuhku serasa mati rasa dan otakku beku. Aku ingin menangis, tapi itu semua tidak ada gunanya. Gara-gara mulut bodoh ini, semuanya jadi berantakan. Kusandarkan punggung ke kursi dan menatap senja dari rooftop lalu menghela napas.

Hari mulai larut, ketika pekerjaanku selesai. Kutarik kembali ucapan tentang otak beku. Ternyata patah hati membuatku lebih kreatif membuat konten. Aku mengirimkan pekerjaan ke Mas Bas lalu menatap sekeliling.

Berjam-jam di sini, aku sudah memesan Chili Cheese Fries, Chips and Spinach Dips, Butter Croissants, Banana Bread sampai nasi goreng cabai hijau. Bergelas-gelas kopi dan air mineral juga memenuhi meja. Mengerikan sekali ternyata efek patah hati untuk perut.

Pukul sepuluh café ini harus tutup, jadi aku pun menyudahi pelampiasan kesedihan yang sangat menyedihkan ini. Baru saja aku akan keluar, seorang perempuan paruh baya memanggilku. Saat menoleh aku melihat mata yang sangat mirip dengan Ray. Perempuan itu berdiri dengan tergesa lalu menghampiriku.

"Kupikir, tadi hanya kebetulan. Kamu Vanilla, kan? Aku ibunya Ray." Perempuan itu tersenyum cerah.

Sesaat aku tidak tahu harus mengatakan apa kecuali tersenyum. Ibu Ray mengajakku mengobrol sebentar. Dia bilang tadi melihatku saat berdiri. Memang posisi dudukku membelakangi pintu café jadi dia pasti tidak melihat wajahku.

"Vanilla, aku nggak tahu apa yang kamu ucapkan pada Ray, tapi dia bersedia untuk menemuiku besok. Katanya dia akan datang dengan seorang perempuan. Itu pasti kamu, kan?"

Sekali lagi aku tertegun dengan luka di hati ternganga lebar. Ray tidak pernah mengajakku dan berani taruhan dia pasti mengajak Caramel. Aku bahkan tidak tahu dia akan pergi besok. Jadi, pada akhirnya dia juga bercerita pada kakakku tentang masa lalunya. Kurasa ibu Ray melihat kilatan sakit hati di mataku karena dia bertanya apakah aku baik-baik saja.

"Aku baik-baik saja. Bukan aku yang diajak Ray. Maaf, aku izin pulang dulu." Aku berpaling dan berjalan cepat sebelum air mata menetes. Ini sangat menyakitkan. Seperti dibuang oleh sahabat sendiri tanpa peringatan.

Dalam perjalanan pulang, pertahananku runtuh. Aku menangis diam-diam sementara pengemudi taksi online mengintip dari kaca spion dengan raut ingin tahu namun berusaha sopan dengan tidak bicara apa-apa.

Ketika melihat motor Ray di depan rumah, aku tidak tahan lagi. Kuminta pengemudi itu berputar dan aku berhenti di depan komplek rumah lalu berjalan ke sebuah supermarket 24 jam yang menyediakan bangku-bangku untuk makan di tempat. Setidaknya aku baru akan pulang setelah Ray tidak ada. 

🍰🍰🍰

Selamat pagi

Teman-teman yang berpuasa sudah sahur? Untuk menemani kalian bersiap untuk aktivitas, Ayas update cerita ini.

Selamat menikmati

with a lot of cheezy love,

Ayas

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro