19. Pengakuan (Roihaanah)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Nama : Roihaanah Mufiidah
Jurusan :
1. Spiritual
2. Romance

❤❤❤

Hari telah berganti hari. Ingin rasanya diri ini tak lagi disini. Namun, kenapa? Kenapa aku tetap berdiri disini? Dengan rasa ini? Apakah mereka tak punya hati? Kenapa dengan diriku yang terus mereka siksa? Kenapa? Akankah aku kuat untuk menghadapi ini semua?

Seorang anak yang menjadi korban rumah tangga orang tuanya. Seorang anak yang tak mendapat kasih sayang ibu dan ayahnya. Seorang anak yang hanya mendapatkan siksaan dalam dirinya. Seorang anak yang selalu menangis tengah malam karena ingin ibunya pulang. Seorang anak yang selalu diam ketika dipukul, ditendang, dicaci maki bahkan dianggap sampah.

***

Hari ini seperti biasanya gadis berusia 15 tahun itu berjalan untuk menuntut ilmu. Seperti biasa mencari tumpangan kepada temen sekelasnya. Tanpa uang saku dikantongnya. Dia hanya berbekal air dan sebungkus nasi.

Seperti biasa menampakkan kebahagiaan di sekolahnya dan menyendiri didalam rumahnya. Seorang gadis yang sangat pandai. Dan karena kepandaiannya itu dia dibiayai neneknya.  Tetap senang dengan kedua sahabatnya yang selalu pengertian.

"Afa, kamu ngerjain ini aja yaa dirumah, aku ngerti kamu ga boleh keluar rumah kan." Ujar Nia teman Afa. "Iya, aku ngerjain ini aja." Putus Afa.

***
Sesampainya di rumah dia melihat rumah neneknya penuh tawa canda saudara sepupunya. Dia senang karena kehadiran sepupunya. Dia pikir dia bisa bermain kali ini. Dengan sedikit bergurau. Namun ternyata tidak. Dia diacuhkan oleh sepupunya yang bernama Ara itu. Anak dari kakak ibunya. Dia putuskan untuk menyendiri dikamarnya dengan mengerjakan tugas.

Tiba tiba pintu kamarnya terbuka ada om Aan di sana. Om Aan memandangnya dengan tatapan sini lalu mencemooh nya "Apa kamu tak lihat bahwa disini banyak orang? Apa seorang gadis seperti ini?" Dirinya bingung lantas keluar dan menjadi tontonan disana.

Om Aan kembali mencemooh dirinya "Seharusnya kau lebih mengerti, seharusnya kau bisa berkumpul disini, bukan dikamar." Bentaknya dengan sangat keras. Afa terdiam hanya diam. Dia melirik neneknya yang sangat memuja kakak sepupunya. Dirinya tak suka neneknya hanya bisa pilih kasih dengan cucunya. Ibunya pernah bilang kepadanya bahwa neneknya sangat menyayangi anak pertama dan terakhirnya.

"Kenapa diam! Tak usah menangis! Kau hanya menyusahkan kami! Dimana orang tuamu! Apa dia mengasuhmu?" Bentak om Aman. Seketika air mata yang ia tutupi selama ini hancur disini. Semua melihat ke arahnya. Rasanya sakit mendapatkan perlakuan seperti ini.

Dia tak tahan dengan ini. Dia ingin mencurahkan isi hatinya. Semua yang ia terima. Semua yang tidak mereka ketahui. Dia menangis dan memandang semua orang disana.

"Apa kau tau paman, aku yang selalu diam dengan perilaku kasarmu itu. Aku yang selalu menahan sakit akibat tendanganmu waktu aku keluar rumah hanya untuk mengerjakan tugas. Apa kau tau saat engkau menarik rambutku dengan sangat keras dan aku hanya diam." Ucapnya sambil menunjuk om Aan.

"Apa kau tau, pengorbanan ibuku kepadamu. Tak sebatas uang tapi nyawa paman. Apa ini balasanmu untuk anaknya." Ujarnya lagi sambil menunjuk om Aman.

"Apa kau tau uangmu itu juga sebagian uang ibuku. Apa kau tau pakaian yang dipakai anakmu itu juga pakaian ku. Menurut mu aku tak tau!" Bentaknya lagi sambil menunjuk kakak ibunya.

"Apa kau tau gadis kecil. Nenekmu itu hanya sayang padamu. Apa kau senang dengan itu." Ujarnya kepada Ara.

"Apa kau tau nek, aku yang selalu diam akan amarahmu, aku yang selalu terima akan pilih kasihmu. Apa kau tau aku tersiksa dengan ini." Ujarnya kepada neneknya.

Semua hanya diam. Terdiam dengan pengakuan gadis ini.
"Kau ini hanya gadis yang tak tau berterimakasih." Sahut om Aan.

"Aku, tak tau berterimakasih? Bukannya dirimu yang tak tahu terimakasih yang meminta uang kepada nenek. Seharusnya engkau memberinya." Ujarnya lagi dengan sedikit terisak.

"Percuma aku memberinya uang jika dihabiskan untukmu!" Seru om Aan lagi. Nenek menatap om Aan dengan tajam. Selama ini dia mengira anaknya ini baik untuknya.

"Apa kalian tau aku yang hanya diam dan menangis malam malam karena cacian kalian." Ujarnya memberi tahu.

"Apa kalian ingat apa yang telah kalian lakukan kepadaku." Ucapnya lagi.

"Kenapa hanya diam? Bisu?" Tanyanya memberanikan diri.

"Baik aku ingatkan. Kamu paman! Yang menamparku saat aku mengerjakan tugas keluar rumah. Yang menendang ku dengan keras, yang mejabak rambutku tanpa alasan jelas, yang mencemooh ku dihadapan orang banyak, yang mengguyur ku dengan air bekas cucian motor. Apa kau ingat paman?" Serunya dengan keras sambil menatap om Aan dengan tajam.

"Apa kau ingat aku yang meminta nasi tapi kau beri dengan cemoohan. Apa kau tau nasi itu untuk nenek yang sedang kelaparan karena nasi habis." Serunya penuh amarah.

"Apa kau tau aku yang kelaparan karena tak ada sisa nasi. Karena nenek hanya memikirkan cucu putri tertuanya." Lanjutnya.

"Apa kau tau kak, nenek lebih sayang kepadamu. Dan aku benci itu." Ucapnya menatap Ara.

"Apa kau tau aku yang tak tidur demi sebuah juara untuk nenek." Sahutnya kembali sambil menatap neneknya. Semua hanya diam.

"Apa kalian tau? Apa kalian masih ingat dengan ibuku?" Tanyanya lagi.

"Apa kalian tau aku yang selalu tegar dihadapan kalian dan hancur didalam kamar. Apa kalian tau aku yang menangis setiap malam karena cemooh kalian. Apa kalian tau sebegitu hancurnya aku ketika ibukku tak lagi menghubungi ku. Apa kalian tau aku selalu menangis karena merindukan ibuku. Apa kalian tau aku yang seperti orang gila yang menangis setiap malam. Apa kalian tau aku yang bingung mencari wali untuk datang ke sekolah ku. Apa kalian tau?" Ucapnya dengan rapuh. Inilah benteng hidupnya yang selama ini dirinya tutupi.

Neneknya menangis melihat kerapuhan Afa selama ini yang ia tutupi.

"Dan ya, kabar baik untuk kalian semua." Ucapnya dengan jeda. Semua tampak bingung kali ini. Saling pandang memandang. Mata tajam om Aan menusuk penglihatannya. Dia harus memberi tahu kan kabar ini sekarang. Dengan sangat berat hati ia mengungkapkannya.

"Aku akan pergi dari sini. Aku tak akan tinggal lagi disini. Aku akan menyusahkan kalian lagi. Aku akan pergi. Aku akan tinggal dengan orang yang mampu menerimaku. Aku akan tinggal dengan orang yang mampu menyayangiku." Ucapnya dengan Isak tangis.

"Nenek tak perlu mengeluarkan uang untukku lagi. Paman tak perlu susah payah untuk memberi nenek uang. Dan semoga kamu putri tersayangnya nenek mampu membagi apa yang kamu punya." Ujarnya dan runtuhlah bentengnya sekarang.

***

Dia masuk kedalam kamarnya. Menguncinya agar tak ada yang masuk lagi. Sekarang semua sudah mengetahui. Sekarang dirinya hanya tinggal sebentar disini. Menangis dan menangis malam ini. Dirinya butuh sandaran sekarang.

Afa mengubungi Nia sahabat yang mampu menerimanya. Menceritakan semuanya. Dengan Isak tangisnya. Dia sangat bersyukur karena memiliki sahabat yang sangat baik hati seperti Nia. Sekarang dirinya hanya bisa pasrah. Dirinya akan pergi untuk masa depan yang lebih baik lagi. Keputusan ini sudah dia ambil sejak dulu.

Semoga ini yang terbaik untuk dirinya. Merasakan sakit yang amat dalam dan mempunyai sahabat yang dapat menerima dirinya dengan ketulusan.

End.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro