23. When A Luck Fell Into You (Mulyani)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Nama: Mulyani Moeliono
Jurusan:
1. FanFiction
2. Fantasy

❤❤❤

Musim semi, siapa yang tidak menyukai musim semi dimana bunga bermekaran dengan indah dimana-mana, saat yang paling ditunggu-tunggu bukan? Apalagi di tempat paling indah di Gyeongsangnam-do, tempat wisata paling terkenal yaitu Hwagae cherry blossom festival.

Begitupula dengan Suho, musim semi mempunyai arti tersendiri untuknya yaitu manis sekaligus pahit, sesuatu yang akan ia selalu ingat dan tak bisa dilupakan walaupun berusaha meminta takdir berkata lain untuk mengembalikan semua seperti sedia kala. Kisah klise mungkin kata orang tetapi ini adalah kisah yang hanya bisa Suho mengerti sendiri. Kisah sedih dari seorang Suho, seharusnya sudah lama berakhir sejak tujuh tahun yang lalu, mengharuskannya menjadi pahlawan walaupun mengorbankan orang lain.

Ah, benar sebelum bercerita lebih lanjut sebaiknya perkenalan diri terlebih dahulu supaya kalian mengenalnya. Namanya adalah Kim Junmyeon dan sejak kejadian tujuh tahun lalu banyak yang memanggilnya Suho yang berarti penjaga, mungkin malaikat. Terlalu berlebihan, tapi itu memang kenyataan tujuh tahun yang lalu dan waktu itu Suho pernah masuk berita selama seminggu dan mulai terkenal sejak saat itu. Baru-baru ini malahan mendapatkan surat undangan sebuah stasiun tv besar yang tertarik dengan kasusnya dulu dan ia menerimanya dan melakukan wawancara yang ditonton banyak orang.

Beberapa pertanyaan dilontarkan dan Suho berusaha menjawab sebaik mungkin, lalu tidak terasa di penghujung acara Suho diberikan pertanyaan yang cukup membuatnya merasa bingung dan tidak bergeming saat itu. Pertanyaan yang tidak terlupakan.

Tidak lama acara itu berakhir dengan Suho yang pergi begitu saja dari acara tersebut dan berlari keluar dari stasiun tv tanpa tujuan. Langkah kaki membawanya kembali ke tempat kenangan, The Simni (10ri) Cherry Blossom Road, seakan mengingatkan pada malam pertemuan saat festival sedang berlangsung. Perempuan itu namanya Park Eun Hwa, untuk pertama kalinya ia bertemu dan ia berbeda dengan yang pernah Suho temui selama ini.

🌸🌸🌸

Berawal dari tujuh tahun yang lalu ketika musim semi pertama Suho di bulan april, hari yang cerah serta keberuntungan bagi Suho sendiri.

Suho sebagai pemilik cafe sederhana di Seoul, hanya bisa menghela napas. Menatap pelanggan di cafe tidak ramai, hanya beberapa orang yang sibuk menghabiskan waktu kemudian pergi begitu saja setelah meminum kopi pesanan mereka atau sekedar menumpang untuk menongkrong, walaupun hari ini malam minggu.

Suho mengaduk-aduk ekspresso sambil menunggu pelanggan terakhir menghabiskan minumannya. Dilihat-dilihat sepertinya pelanggan itu sedang membuat sesuatu, entah apa yang dibuatnya hingga seserius itu. Terlalu sibuk memerhatikan, Suho tidak sadar jika pelanggannya hilang dari pandangannya sesaat.

Tiba-tiba ia melihat pelanggannya mendekat dan mulai bertanya," Permisi apa kau melihat anting mutiara milikku yang terjatuh di dekat sini?" tanya perempuan tersebut sambil menatap lurus ke arah Suho, menunggu jawaban darinya.

Suho menjawab dengan sedikit terbata karena mengira dirinya hampir ketahuan. "A-aku tidak melihatnya, mungkin terjatuh di sekitar sini?" Suho menjawab dengan bingung, meneliti ke arah kakinya.

Perempuan itu menghela napas kasar, membetulkan rambutnya yang mulai berantakan lalu berjongkok karena frustasi, barang penting miliknya hilang. Suho yang tidak tau harus apa, beranjak berdiri mulai membantu mencari mutiara yang tadi disebut.

Setelah beberapa kali mencari Suho tidak menemukan, akhirnya ia sedikit menundukkan kepala, berusaha sekali lagi mencari di bawah meja bundar yang tadi sempat ditempati namun yang ada Suho malah kepalanya terbentur dan menabrak bangku yang berada di belakangnya.

Suho hanya bisa meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya karena terbentur oleh meja. Perempuan itu mendekat dan menarik Suho dari bawah meja kemudian mengusap kepala Suho untuk mengurangi sakit.

"Maaf, kau jadi terbentur karena menolongku untuk mencari antingku. Aku sungguh menyesal," ujarnya menunduk walaupun begitu ia tidak langsung melepas tangannya dari atas kepala Suho, membuat pemuda itu hampir merona.

"Ah, t-tidak apa-apa kok. Lagipula aku juga tidak ada kerjaan, membantu sebentar juga tidak masalah." Suho berusaha menetralkan  wajahnya agar tidak disangka aneh.

Tanpa sadar Suho menggerakkan tangan kirinya untuk mundur kemudian ia berteriak kesakitan, membuat perempuan di depannya heran.

Suho hanya tertawa garing dan telapak tangannya tidak sengaja menekan benda yang keras sehingga ia meringis kesakitan.
"Hei, ada apa? Apa yang terjadi pada tanganmu?" Rentetan pertanyaan khwatir keluar dari mulutnya.

Ketika Suho menaikkan telapak tangan untuk menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat itu di bawah telapak tangannya terdapat sesuatu yang berkilau.

Matanya berbinar-binar kemudian mulutnya membentuk huruf o karena senang, ia langsung menggengam tangan Suho sebagai tanda terimakasih.

"Wah, akhirnya ketemu juga! Mutiara sakura milikku, terimakasih atas bantuanmu. Maaf, kau sampai repot-repot membantuku mencari hingga terbentur. Kau memang baik sekali."

"Tidak usah berterimakasih untuk hal kecil seperti ini, kalau membantu harus ikhlas bukan? Anting mutiara milikmu sudah ketemu juga." Suho tersenyum simpul lalu perempuan itu membalasnya dengan senyuman manis.

Tatapan mereka bertemu namun harus terhenti ketika ponsel milik perempuan itu berdering karena ada panggilan masuk, dia segera menjawab panggilan masuk tersebut.

Dari seberang sana bisa terlihat jika pembicaraan itu sangat serius membuat sang perempuan panik lalu menatap alarm di ponselnya yang dia pasang sebelumnya dan tidak menyadari jika dia melewatkan lima menit yang lalu. Perempuan itu segera bangkit dan beranjak berdiri, berpamitan pada Suho sebelum pergi.

Suho yang masih terduduk di lantai, mendongak kemudian menatap perempuan yang sedang merapikan rambutnya namun karena terburu-terburu lagi, dia tidak sengaja menyenggol tasnya yang setengah terbuka hingga beberapa barang miliknya terjatuh.

"Aah, sekarang tasku!! Astaga sial sekali sekali aku hari ini," umpat gadis itu kesal karena sekarang isi tasnya keluar membuat ia harus merapikannya lagi.

Suho menyadarinya dengan gesit membantu perempuan itu lalu merapikan beberapa barang yang terjatuh dan memasukkannya. Ketika memasukkan barang terakhir, pandangan Suho teralih pada kertas yang sedang dipegangnya.

Pandangan perempuan itu juga tertuju pada Suho yang memegang kertas miliknya tersebut kemudian ia menepukkan kedua tangannya."Bagaimana aku bisa lupa kalau hari ini aku ada perlu ke Gyeongsangnam-do karena urusan pekerjaan," ucapnya sambil meringis. Bisa-bisanya ia lupa ada satu janji penting yang terlupakan.

"Kalau begitu sebagai permintaan maaf yang tadi, aku berikan tiket pesawatku untuk mu saja. Kebetulan tiket liburan ke sana selama dua atau tiga hari ke depan."

Mendengar ucapan perempuan tersebut, Suho terlonjak kaget dan lagi-lagi kepalanya membentur meja di atasnya karena dia masih di bawah meja.

"Eh? Apa maksudmu? Tidak usah, itu kan milikmu. Kenapa dikasih kepada orang yang baru kau kenal?" tanya Suho ragu-ragu. Sebenarnya ia ingin liburan juga dan senang jika diberikan tiket gratis tapi tetap saja bukan miliknya.

Dua sudut bibirnya tertarik ke atas, senyum lebar pun ditunjukkan oleh perempuan itu kemudian berkata," Sudah, terima saja untukmu tidak apa-apa kok jangan sungkan ini sebagai tanda balas budi lagipula aku terlalu sering ke sana dengan suami." Perempuan itu mengibaskan tangan, sedikit malu mengingat kejadian romantis yang terjadi di sana.

"Siapa tahu kau bisa mendapat jodoh dan menikah di Hwagae festival pas musim semi di bulan april seperti aku. Eh, jadi curhat nih, pokoknya ambil saja."

Suho mengernyitkan alis bingung, berpikir sejenak. Jadi perempuan di depannya sudah bersuami yah, sayang deh. Tapi dipikir-dipikir biarkan lah, yang penting dapat liburan gratis. Memang hari keberuntungan sebelum ulang tahun nih. Sial dulu baru beruntung. Pikir Suho.

Setelah selesai berpikir, akhirnya Suho menyimpan tiket pesawat yang sedari tadi dipegangnya. Hening sesaat karena di antara mereka berdua tidak ada yang membuka pembicaraan sampai satu notifikasi masuk, menandakan pesan masuk.

Perempuan itu segera membaca pesan yang masuk dengan cepat, setelahnya dia buru-buru melangkahkan kaki hingga sampai di depan pintu depan, meninggalkan Suho. Sebelum meninggalkan Suho, perempuan itu membalikkan badan, tersenyum manis."Terimakasih atas bantuanmu ya. Oh, ya berkatmu aku bisa pergi tepat waktu ke acara launching produk milikku. Boleh tau namamu siapa? Siapa itu jika kita ketemu lagi bisa saling sapa."

Suho terfokus sama tiket pesawat segera mendongak, menatap perempuan lalu menjawab," Haha, ya sama-sama. Namaku Kim Junmyeon, salam kenal," ujar Junmyeon memperkenalkan diri.

Perempuan itu mengangguk setelah Suho memperkenalkan diri. "Namaku, Kim Minju. Salam kenal dan Junmyeon sampai jumpa lagi ya. Doakan aku sukses lalu nikmati liburan musim semimu." Minju kemudian melambaikan tangan, meninggalkan Suho yang masih berdiri sambil membalas lambaian Minju yang sudah berlalu begitu saja.

Suho menatap punggung Minju yang sudah menjauh, keluar dari cafe. Tetap pada posisinya, Suho masih mematung. Tidak lama raut mukanya berubah menjadi berseri-seri.

"Yess! Liburan gratis!!" teriak Suho girang, secepatnya ia membereskan cafe dan mengunci pintunya. Mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa sebelum pergi menuju bandara Incheon.

🌸🌸🌸

Suho menghirup napas kemudian menghembuskannya pelan-pelan, menatap dengan tidak percaya bahwa ia bisa berdiri di dalam bandara Incheon yang luas dan besar dan ini adalah kali pertamanya dalam seumur hidup. Bekerja sebagai pekerja lepas setelah ia harus menghidupi diri karena hidupnya dirampas oleh preman tidak bertanggung jawab. Kisah pahit di masa lalu, Suho menggelengkan kepala tidak ingin mengingat apa pun kejadian itu, ia hanya ingin hidup bahagia, mendapatkan cinta sejati yang tidak pernah berkhianat tapi rasanya sulit. Membangun rasa kepercayaan yang baru lagi, butuh waktu bukan?

Suho mengepalkan tangan, menyemangati dirinya sendiri agar kembali semangat dan tidak memikirkan apa pun. Membuat liburan pertama dalam tujuh tahunnya, menyenangkan dan tidak akan terlupakan karena di waktu yang bersamaan ia akan merayakan ulang tahun di awal april. Benar, sekarang tanggal 31 Maret yang artinya Suho akan berumur 27 besok pada tanggal 1 april, angka yang kesukaan Suho.

Suho melanjutkan jalannya, berjalan menuju terminal tujuan lalu melewati security check untuk dicek barang bawaan miliknya kemudian Suho melakukan check in terlebih dahulu walaupun sempat ia ditanyakan tentang identitasnya, Suho mengeluarkan fotokopi KTP milik Minju agar petugas percaya bahwa ia tidak dikira mencuri tiket milik orang lain.

Selesai melewati check in, Suho langsung pergi ke gate keberangkatan karena ia tidak perlu memasukkan barang di bagasi karena ia hanya menggendong ransel kesayangannya.

Setelah itu Suho menunggu di ruang tunggu yang disediakan menunggu pengumuman keberangkatan menuju Gyeongsangnamdo. Tidak sampai sepuluh menit, Suho mendengar jika pesawatnya akan berangkat sebentar lagi lalu ia bergegas memasuki pesawat dan mencari tempat duduk sesuai boarding pass.

Suho menduduki sesuai nomor yang tertera, menunggu pesawat lepas landas setelah memasukkan ransel di kabin sambil mendengarkan instruksi dari pramugari dengan semangat.

Perjalanan membutuhkan waktu sekitar satu jam, Suho yang baru pertama kali naik pesawat mendapat tempat duduk di dekat jendela. Berkat itu Suho bisa melihat pemandangan langit walaupun tidak lama ia tertidur.

🌸🌸🌸

Pengeras suara mengumumkan jika pesawat telah tiba di tujuan. Suho menguap lalu mengusap kepalanya yang agak pusing karena jet lag walaupun begitu ini pengalaman pertama yang menyenangkan baginya.

Keluar dari bandara, Suho langsung mencari halte bus dan mencari motel yang disebutkan di catatan yang diberikan Minju tadi. Bus pun datang dan Suho menaikinya, dalam perjalanan Suho antusias melihat sepanjang jalan dipenuhi bunga mekaran apalagi saat ia melewati jalan dekat pasar hwagae yang sebentar lagi akan diadakan festival.

Dua puluh menit berlalu dan Suho yang berangkat malam akhirnya sampai di motel yang disebutkan. Suho keluar dari bus, begitu menginjakkan kaki dirinya disambut oleh bunga sakura yang berjatuhan di kepalanya. Suho mendongakkan kepala, menikmati indahnya sakura sebelum festival dimulai namun perhatiannya langsung teralih ketika ia melihat keindahan yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Membuatnya membuka mulut tidak percaya.

Hmm? Siapa gadis itu? Kenapa ia terduduk sendirian di sana? Batin Suho bingung melihat seorang gadis berdiri di bawah pohon sakura. Menatap gadis itu lama, mengingat malam ini terlalu larut. lalu ia menyadari jika gadis itu mulai dikerumuni oleh beberapa laki-laki yang terlihat ingin membullynya.

Refleks, Suho berlari mendekat, berusaha menolong gadis itu walaupun awalnya dia ragu. Suho ssegera berdiri di depan gadis itu karena itulah dirinya yang menjadi sasaran pukulann para preman tersebut. Setelah puas memukuli Suho akhirnya para preman itu pergi dan meninggalkannya dengan keadaan terluka. Gadis itu berusaha berdiri, Suho yang melihat itu berusaha berdiri dan berniat membantu gadis itu untuk menanyakan keadaanya tetapi gadis itu mengambil langkah seribu, meninggalkan Suho yang masih berdiri mematung di tempatnya,

Suho menghela napas kemudian merogoh kantung untuk mencari plester namun saat ia mencarinya, ia mengerang karena baru menyadari jika ia kecopetan.

"Akkh! Sial, aku kecopetan," erang Suho frustasi.

***

Suho menyesal membantu gadis itu jika tahu tadi harusnya dibiarkan saja, kan ia tidak harus terluka kayak orang bodoh seperti ini. Tentu saja Suho masih merasa kesal, bagaimana tidak? Dompet miliknya malah dicopet itu arti sial padahal besok ia berencana ke Hwagae festival karena ingin memastikan sesuatu.

Musim semi, siapa yang tidak menyukai musim semi dimana bunga bermekaran dengan indah dimana-mana, saat yang paling ditunggu-tunggu bukan? Apalagi di tempat paling indah di Gyeongsangnam-do, tempat wisata paling terkenal yaitu Hwagae cherry blossom festival.

Begitupula dengan Suho, musim semi mempunyai arti tersendiri untuknya yaitu manis sekaligus pahit, sesuatu yang akan ia selalu ingat dan tak bisa dilupakan walaupun berusaha meminta takdir berkata lain untuk mengembalikan semua seperti sedia kala. Kisah klise mungkin kata orang tetapi ini adalah kisah yang hanya bisa Suho mengerti sendiri. Kisah sedih dari seorang Suho, seharusnya sudah lama berakhir sejak tujuh tahun yang lalu, mengharuskannya menjadi pahlawan walaupun mengorbankan orang lain.

Ah, benar sebelum bercerita lebih lanjut sebaiknya perkenalan diri terlebih dahulu supaya kalian mengenalnya. Namanya adalah Kim Junmyeon dan sejak kejadian tujuh tahun lalu banyak yang memanggilnya Suho yang berarti penjaga, mungkin malaikat. Terlalu berlebihan, tapi itu memang kenyataan tujuh tahun yang lalu dan waktu itu Suho pernah masuk berita selama seminggu dan mulai terkenal sejak saat itu. Baru-baru ini malahan mendapatkan surat undangan sebuah stasiun tv besar yang tertarik dengan kasusnya dulu dan ia menerimanya dan melakukan wawancara yang ditonton banyak orang.

Beberapa pertanyaan dilontarkan dan Suho berusaha menjawab sebaik mungkin, lalu tidak terasa di penghujung acara Suho diberikan pertanyaan yang cukup membuatnya merasa bingung dan tidak bergeming saat itu. Pertanyaan yang tidak terlupakan.

Tidak lama acara itu berakhir dengan Suho yang pergi begitu saja dari acara tersebut dan berlari keluar dari stasiun tv tanpa tujuan. Langkah kaki membawanya kembali ke tempat kenangan, The Simni (10ri) Cherry Blossom Road, seakan mengingatkan pada malam pertemuan saat festival sedang berlangsung. Perempuan itu namanya Park Eun Hwa, untuk pertama kalinya ia bertemu dan ia berbeda dengan yang pernah Suho temui selama ini.

🌸🌸🌸

Berawal dari tujuh tahun yang lalu ketika musim semi pertama Suho di bulan april, hari yang cerah serta keberuntungan bagi Suho sendiri.

Suho sebagai pemilik cafe sederhana di Seoul, hanya bisa menghela napas. Menatap pelanggan di cafe tidak ramai, hanya beberapa orang yang sibuk menghabiskan waktu kemudian pergi begitu saja setelah meminum kopi pesanan mereka atau sekedar menumpang untuk menongkrong, walaupun hari ini malam minggu.

Suho mengaduk-aduk ekspresso sambil menunggu pelanggan terakhir menghabiskan minumannya. Dilihat-dilihat sepertinya pelanggan itu sedang membuat sesuatu, entah apa yang dibuatnya hingga seserius itu. Terlalu sibuk memerhatikan, Suho tidak sadar jika pelanggannya hilang dari pandangannya sesaat.

Tiba-tiba ia melihat pelanggannya mendekat dan mulai bertanya," Permisi apa kau melihat anting mutiara milikku yang terjatuh di dekat sini?" tanya perempuan tersebut sambil menatap lurus ke arah Suho, menunggu jawaban darinya.

Suho menjawab dengan sedikit terbata karena mengira dirinya hampir ketahuan. "A-aku tidak melihatnya, mungkin terjatuh di sekitar sini?" Suho menjawab dengan bingung, meneliti ke arah kakinya.

Perempuan itu menghela napas kasar, membetulkan rambutnya yang mulai berantakan lalu berjongkok karena frustasi, barang penting miliknya hilang. Suho yang tidak tau harus apa, beranjak berdiri mulai membantu mencari mutiara yang tadi disebut.

Setelah beberapa kali mencari Suho tidak menemukan, akhirnya ia sedikit menundukkan kepala, berusaha sekali lagi mencari di bawah meja bundar yang tadi sempat ditempati namun yang ada Suho malah kepalanya terbentur dan menabrak bangku yang berada di belakangnya.

Suho hanya bisa meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya karena terbentur oleh meja. Perempuan itu mendekat dan menarik Suho dari bawah meja kemudian mengusap kepala Suho untuk mengurangi sakit.

"Maaf, kau jadi terbentur karena menolongku untuk mencari antingku. Aku sungguh menyesal," ujarnya menunduk walaupun begitu ia tidak langsung melepas tangannya dari atas kepala Suho, membuat pemuda itu hampir merona.

"Ah, t-tidak apa-apa kok. Lagipula aku juga tidak ada kerjaan, membantu sebentar juga tidak masalah." Suho berusaha menetralkan  wajahnya agar tidak disangka aneh.

Tanpa sadar Suho menggerakkan tangan kirinya untuk mundur kemudian ia berteriak kesakitan, membuat perempuan di depannya heran.

Suho hanya tertawa garing dan telapak tangannya tidak sengaja menekan benda yang keras sehingga ia meringis kesakitan."Hei, ada apa? Apa yang terjadi pada tanganmu?" Rentetan pertanyaan khwatir keluar dari mulutnya.

Ketika Suho menaikkan telapak tangan untuk menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat itu di bawah telapak tangannya terdapat sesuatu yang berkilau.

Matanya berbinar-binar kemudian mulutnya membentuk huruf o karena senang, ia langsung menggengam tangan Suho sebagai tanda terimakasih.

"Wah, akhirnya ketemu juga! Mutiara sakura milikku, terimakasih atas bantuanmu. Maaf, kau sampai repot-repot membantuku mencari hingga terbentur. Kau memang baik sekali."

"Tidak usah berterimakasih untuk hal kecil seperti ini, kalau membantu harus ikhlas bukan? Anting mutiara milikmu sudah ketemu juga." Suho tersenyum simpul lalu perempuan itu membalasnya dengan senyuman manis.

Tatapan mereka bertemu namun harus terhenti ketika ponsel milik perempuan itu berdering karena ada panggilan masuk, dia segera menjawab panggilan masuk tersebut.

Dari seberang sana bisa terlihat jika pembicaraan itu sangat serius membuat sang perempuan panik lalu menatap alarm di ponselnya yang dia pasang sebelumnya dan tidak menyadari jika dia melewatkan lima menit yang lalu. Perempuan itu segera bangkit dan beranjak berdiri, berpamitan pada Suho sebelum pergi.

Suho yang masih terduduk di lantai, mendongak kemudian menatap perempuan yang sedang merapikan rambutnya namun karena terburu-terburu lagi, dia tidak sengaja menyenggol tasnya yang setengah terbuka hingga beberapa barang miliknya terjatuh.

"Aah, sekarang tasku!! Astaga sial sekali sekali aku hari ini," umpat gadis itu kesal karena sekarang isi tasnya keluar membuat ia harus merapikannya lagi.

Suho menyadarinya dengan gesit membantu perempuan itu lalu merapikan beberapa barang yang terjatuh dan memasukkannya. Ketika memasukkan barang terakhir, pandangan Suho teralih pada kertas yang sedang dipegangnya.

Pandangan perempuan itu juga tertuju pada Suho yang memegang kertas miliknya tersebut kemudian ia menepukkan kedua tangannya."Bagaimana aku bisa lupa kalau hari ini aku ada perlu ke Gyeongsangnam-do karena urusan pekerjaan," ucapnya sambil meringis. Bisa-bisanya ia lupa ada satu janji penting yang terlupakan.

"Kalau begitu sebagai permintaan maaf yang tadi, aku berikan tiket pesawatku untuk mu saja. Kebetulan tiket liburan ke sana selama dua atau tiga hari ke depan."

Mendengar ucapan perempuan tersebut, Suho terlonjak kaget dan lagi-lagi kepalanya membentur meja di atasnya karena dia masih di bawah meja.

"Eh? Apa maksudmu? Tidak usah, itu kan milikmu. Kenapa dikasih kepada orang yang baru kau kenal?" tanya Suho ragu-ragu. Sebenarnya ia ingin liburan juga dan senang jika diberikan tiket gratis tapi tetap saja bukan miliknya.

Dua sudut bibirnya tertarik ke atas, senyum lebar pun ditunjukkan oleh perempuan itu kemudian berkata," Sudah, terima saja untukmu tidak apa-apa kok jangan sungkan ini sebagai tanda balas budi lagipula aku terlalu sering ke sana dengan suami." Perempuan itu mengibaskan tangan, sedikit malu mengingat kejadian romantis yang terjadi di sana.

"Siapa tahu kau bisa mendapat jodoh dan menikah di Hwagae festival pas musim semi di bulan april seperti aku. Eh, jadi curhat nih, pokoknya ambil saja."

Suho mengernyitkan alis bingung, berpikir sejenak. Jadi perempuan di depannya sudah bersuami yah, sayang deh. Tapi dipikir-dipikir biarkan lah, yang penting dapat liburan gratis. Memang hari keberuntungan sebelum ulang tahun nih. Sial dulu baru beruntung. Pikir Suho.

Setelah selesai berpikir, akhirnya Suho menyimpan tiket pesawat yang sedari tadi dipegangnya. Hening sesaat karena di antara mereka berdua tidak ada yang membuka pembicaraan sampai satu notifikasi masuk, menandakan pesan masuk.

Perempuan itu segera membaca pesan yang masuk dengan cepat, setelahnya dia buru-buru melangkahkan kaki hingga sampai di depan pintu depan, meninggalkan Suho. Sebelum meninggalkan Suho, perempuan itu membalikkan badan, tersenyum manis."Terimakasih atas bantuanmu ya. Oh, ya berkatmu aku bisa pergi tepat waktu ke acara launching produk milikku. Boleh tau namamu siapa? Siapa itu jika kita ketemu lagi bisa saling sapa."

Suho terfokus sama tiket pesawat segera mendongak, menatap perempuan lalu menjawab," Haha, ya sama-sama. Namaku Kim Junmyeon, salam kenal," ujar Junmyeon memperkenalkan diri.

Perempuan itu mengangguk setelah Suho memperkenalkan diri. "Namaku, Kim Minju. Salam kenal dan Junmyeon sampai jumpa lagi ya. Doakan aku sukses lalu nikmati liburan musim semimu." Minju kemudian melambaikan tangan, meninggalkan Suho yang masih berdiri sambil membalas lambaian Minju yang sudah berlalu begitu saja.

Suho menatap punggung Minju yang sudah menjauh, keluar dari cafe. Tetap pada posisinya, Suho masih mematung. Tidak lama raut mukanya berubah menjadi berseri-seri.

"Yess! Liburan gratis!!" teriak Suho girang, secepatnya ia membereskan cafe dan mengunci pintunya. Mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa sebelum pergi menuju bandara Incheon.

🌸🌸🌸

Suho menghirup napas kemudian menghembuskannya pelan-pelan, menatap dengan tidak percaya bahwa ia bisa berdiri di dalam bandara Incheon yang luas dan besar dan ini adalah kali pertamanya dalam seumur hidup. Bekerja sebagai pekerja lepas setelah ia harus menghidupi diri karena hidupnya dirampas oleh preman tidak bertanggung jawab. Kisah pahit di masa lalu, Suho menggelengkan kepala tidak ingin mengingat apa pun kejadian itu, ia hanya ingin hidup bahagia, mendapatkan cinta sejati yang tidak pernah berkhianat tapi rasanya sulit. Membangun rasa kepercayaan yang baru lagi, butuh waktu bukan?

Suho mengepalkan tangan, menyemangati dirinya sendiri agar kembali semangat dan tidak memikirkan apa pun. Membuat liburan pertama dalam tujuh tahunnya, menyenangkan dan tidak akan terlupakan karena di waktu yang bersamaan ia akan merayakan ulang tahun di awal april. Benar, sekarang tanggal 31 Maret yang artinya Suho akan berumur 27 besok pada tanggal 1 april, angka yang kesukaan Suho.

Suho melanjutkan jalannya, berjalan menuju terminal tujuan lalu melewati security check untuk dicek barang bawaan miliknya kemudian Suho melakukan check in terlebih dahulu walaupun sempat ia ditanyakan tentang identitasnya, Suho mengeluarkan fotokopi KTP milik Minju agar petugas percaya bahwa ia tidak dikira mencuri tiket milik orang lain.

Selesai melewati check in, Suho langsung pergi ke gate keberangkatan karena ia tidak perlu memasukkan barang di bagasi karena ia hanya menggendong ransel kesayangannya.

Setelah itu Suho menunggu di ruang tunggu yang disediakan menunggu pengumuman keberangkatan menuju Gyeongsangnamdo. Tidak sampai sepuluh menit, Suho mendengar jika pesawatnya akan berangkat sebentar lagi lalu ia bergegas memasuki pesawat dan mencari tempat duduk sesuai boarding pass.

Suho menduduki sesuai nomor yang tertera, menunggu pesawat lepas landas setelah memasukkan ransel di kabin sambil mendengarkan instruksi dari pramugari dengan semangat.

Perjalanan membutuhkan waktu sekitar satu jam, Suho yang baru pertama kali naik pesawat mendapat tempat duduk di dekat jendela. Berkat itu Suho bisa melihat pemandangan langit walaupun tidak lama ia tertidur.

🌸🌸🌸

Pengeras suara mengumumkan jika pesawat telah tiba di tujuan. Suho menguap lalu mengusap kepalanya yang agak pusing karena jet lag walaupun begitu ini pengalaman pertama yang menyenangkan baginya.

Keluar dari bandara, Suho langsung mencari halte bus dan mencari motel yang disebutkan di catatan yang diberikan Minju tadi. Bus pun datang dan Suho menaikinya, dalam perjalanan Suho antusias melihat sepanjang jalan dipenuhi bunga mekaran apalagi saat ia melewati jalan dekat pasar hwagae yang sebentar lagi akan diadakan festival.

Dua puluh menit berlalu dan Suho yang berangkat malam akhirnya sampai di motel yang disebutkan. Suho keluar dari bus, begitu menginjakkan kaki dirinya disambut oleh bunga sakura yang berjatuhan di kepalanya. Suho mendongakkan kepala, menikmati indahnya sakura sebelum festival dimulai namun perhatiannya langsung teralih ketika ia melihat keindahan yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Membuatnya membuka mulut tidak percaya.

Hmm? Siapa gadis itu? Kenapa ia terduduk sendirian di sana? Batin Suho bingung melihat seorang gadis berdiri di bawah pohon sakura. Menatap gadis itu lama, mengingat malam ini terlalu larut. lalu ia menyadari jika gadis itu mulai dikerumuni oleh beberapa laki-laki yang terlihat ingin membullynya.

Refleks, Suho berlari mendekat, berusaha menolong gadis itu walaupun awalnya dia ragu. Suho ssegera berdiri di depan gadis itu karena itulah dirinya yang menjadi sasaran pukulann para preman tersebut. Setelah puas memukuli Suho akhirnya para preman itu pergi dan meninggalkannya dengan keadaan terluka. Gadis itu berusaha berdiri, Suho yang melihat itu berusaha berdiri dan berniat membantu gadis itu untuk menanyakan keadaanya tetapi gadis itu mengambil langkah seribu, meninggalkan Suho yang masih berdiri mematung di tempatnya,

Suho menghela napas kemudian merogoh kantung untuk mencari plester namun saat ia mencarinya, ia mengerang karena baru menyadari jika ia kecopetan.

"Akkh! Sial, aku kecopetan," erang Suho frustasi.

***

Suho menyesal membantu gadis itu jika tahu tadi harusnya dibiarkan saja, kan ia tidak harus terluka kayak orang bodoh seperti ini. Tentu saja Suho masih merasa kesal, bagaimana tidak? Dompet miliknya malah dicopet itu arti sial padahal besok ia berencana ke Hwagae festival karena ingin memastikan sesuatu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro