#25

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Penyanyi Yoon Sanha akhirnya ditemukan setelah menghilang berhari-hari dalam keadaan tak sadarkan diri dan terluka di bagian perut. Dokter yang menangani menyebutkan adanya pengaruh obat bius secara berlebihan yang membuat kondisinya memburuk. Kini Yoon Sanha sudah mendapatkan perawatan dan akan beristirahat dari aktivitasnya untuk beberapa waktu ke depan.

"Kepolisian Pusat Distrik Seoul masih melakukan penyelidikan serta pelacakan terhadap sasaeng fan yang diduga melakukan penculikan dan percobaan pembunuhan kepada sang idola. Seorang saksi yang ...."

"Aigoo ...."

Chaeyeon bisa mendengar Yoon Min Ji yang berdiri di sebelahnya mengembuskan napas ngeri. Dia melirik perempuan yang setiap saat selalu membawa lembar naskah di pelukan itu dengan muka yang sulit dijelaskan. Bahkan hanya melihat berita ini saja sudah membuat suasana hatinya buruk. Ditambah cuplikan gambar yang menayangkan penyanyi muda dengan pembawaan ceria itu ditandu, sementara selimut tebal menutupi tubuhnya yang pucat dan terluka.

"Sungguh memalukan menyebut diri mereka penggemar kalau melukai idolanya seperti itu. Aku memang mencintai Lee Taeyong dan berharap bisa memilikinya di sampingku—astaga, dan aku akan cepat tersadar setelahnya bahwa aku hanya bersenang-senang saja saat mengucapkan hal itu. Aku tidak pernah sekali pun berpikir untuk melakukan hal-hal di luar nalar seperti itu pada seseorang yang telah membuat hidupku menjadi lebih baik. Lee Taeyong adalah penyembuhku. Dan aku di sini hadir sebagai penggemar yang mendukungnya dengan banyak cinta."

Kepala Yoon Min Ji menggeleng prihatin. Lidahnya berdecak. Namun menyebutkan nama Lee Taeyong membuat garis tipis di bibir segera mekar lebih lebar. Yoon Min Ji mendadak kegirangan sendiri.

Sekian sekon kemudian, dia menghadap Chaeyeon yang masih sibuk menggigiti ujung jempol dengan muka seperti hendak lari dari sana demi menilik kondisi pemuda tersebut. Kali ini decakan Min Ji keluar lebih keras. Senyum yang terbit gara-gara memikirkan Taeyong langsung sirna.

"Ya, Chaeyeon-ah. Apa yang kaulakukan?" tanyanya.

"Tentu saja sedang khawatir. Apa kau tidak lihat bagaimana wajahku?" Chaeyeon menoleh, memperlihatkan ekspresinya yang justru terlihat menggelikan bagi Min Ji. Dia seakan hafal bagaimana kebiasaan Jung Chaeyeon bila orang yang dikenal baik—entah baru ataupun sudah lama—mengalami hal-hal buruk. Ia yakin, semenjak siaran bersama waktu itu, Chaeyeon sudah menjalin hubungan baik dengan penyanyi muda tersebut.

"Kau bisa menjenguknya kalau sudah pulang bekerja. Lagipula dia tak akan ke mana-mana. Jadi tenang saja. Ini tidak seperti dia dirawat di Amerika atau semacamnya." Yoon Min Ji berujar panjang lebar. Niatnya berusaha menenangkan, atau setidaknya tak membuat Chaeyeon memikirkannya secara berlebihan. Namun sepertinya gadis Jung itu tidak senang dengan kalimat panjangnya barusan.

Chaeyeon mendelik. "Kau tidak tahu bagaimana dia memperlakukanku. Dia pantas mendapat kekhawatiran banyak orang dengan sifatnya yang seperti itu," jelasnya.

"Heol, kau tidak marah padaku hanya karena masalah ini, bukan?" Min Ji menaikkan sedikit kacamata dengan bingkai lebar tanpa kaca yang baru dibeli kemarin. "Ah, ayolah, Chaeyeon-ah. Aku hanya bermaksud membuatmu tidak terlalu khawatir. Dia akan baik-baik saja, dan kau bisa melihat kondisinya saat sudah selesai bekerja." Min Ji masih berusaha membujuk. Diraih lengan Chaeyeon sambil digoyang-goyangkan kecil.

Chaeyeon masih mencebikkan mulut, berdecak, kemudian berujar, "Aku mengerti. Jadi diamlah."

Saat berita di layar besar itu berganti, barulah dia melangkahkan kaki lagi menuju pintu lift yang akan membawanya ke ruang kerjanya. Jam makan siang sudah berakhir. Min Ji memilih diam, mengekor di belakang sambil menahan diri agar tidak mencibir atau menggumam.

"Hei, Jung Chaeyeon!"

Chaeyeon dan Min Ji yang berjalan bersamaan seketika berhenti. Dari arah pintu dengan setumpuk berkas di gendongan, Song Baekchan muncul. Tangannya naik ke atas, melambai Jung Chaeyeon yang menatapnya tidak mengerti. Mungkin pura-pura tidak mengerti, lebih tepatnya. Dan sekarang Chaeyeon seperti de javu berkat ingatannya ketika Nam Jin Hyuk memergoki mereka—dia dan Min Ji—beberapa waktu lalu.

"Bukankah di saat seperti ini kau sebaiknya pergi?" Yoon Min Ji berbisik. Sebenarnya Chaeyeon ingin menyetujui, tapi pria Song yang hari ini gaya rambutnya sedikit berubah itu sudah telanjur berdiri di hadapannya.

Baekchan menyisir poni yang lebih pendek dari sebelumnya ke samping. "Bisakah kau membantuku menyelesaikan ini?" Seperti biasa, tanpa basa-basi. Dia menunjukkan lembaran kertas di tangan—meski tidak ditunjukkan pun Chaeyeon sudah bisa melihatnya dengan jelas.

"Mwo? Kau ingin aku membantumu? Memangnya kau tidak bisa melakukannya sendiri? Kau punya kaki dan tangan lengkap, serta jiwa dan raga yang sehat. Bagaimana nanti calon istri dan anakmu menghadapi seorang pria yang tak bertanggung jawab sepertimu? Melakukan pekerjaan begini saja harus menyuruh orang lain!"

Ingin sekali Jung Chaeyeon mengatakan itu keras-keras setidaknya satu kali supaya orang-orang yang lewat bisa sekalian ikut mendengar. Namun dia langsung ingat, melakukan itu sama saja dengan cari mati. Nam Jin Hyuk akan makin menggila. Lalu semuanya berakhir ketika dia akhirnya didepak. Selamat datang, kehidupan yang makin keras.

"Chaeyeon-ah?" Baekchan menjentikkan jari di depan muka Chaeyeon yang mendadak bengong, tetapi sambil memelotot seperti menahan geram. "Kau mendengarku, bukan?" tanyanya memastikan.

"Oh? Ah ... aku mengerti, Sunbae." Chaeyeon langsung menerima tumpukan berkas tersebut ketika Baekchan menyerahkannya. Bayangan soal mencaci maki seniornya itu langsung hilang. Min Ji yang melihat itu hanya mampu mendengkus. Lalu apa gunanya setiap hari selalu menggerutu soal Song Baekchan yang selalu mengganggu hidupnya kalau pada akhirnya dengan mudah mengiakan setiap permintaan laki-laki tersebut.

"Kau bisa menyalinnya masing-masing tiga rangkap." Baekchan melirik jam di tangan. "Hanya ada waktu tiga puluh menit. Aku tidak bisa menunggu terlalu lama­—dan, oh ya, karena hari ini aku akan lembur, kau sekalian carikan aku sesuatu untuk makan malam. Kimbab, ayam, ramen, roti lapis, atau semacamnya, ditambah kopi, cola, atau teh dingin." Kali ini dari dompetnya keluar beberapa lembar uang lima puluh ribuan won. Chaeyeon menerimanya bahkan tanpa sedikit pun memprotes. Hanya Min Ji satu-satunya orang yang mukanya menunjukkan raut tak terima.

"Nanti antarkan saja ke ruanganku. Oke?" Baekchan mengingatkan. Dia kemudian berjalan, lalu menghilang di balik pintu lift bersama karyawan lain.

•ㅅ•

Chaeyeon tak yakin harus menerobos kerumunan itu atau tidak. Selama hampir sepuluh menit yang dia lakukan cuma mondar-mandir di tempat sambil menimbang-nimbang. Di tangannya terdapat sebuket besar bunga tulip yang cantik dan segar, sedang di sebelah kanan ada parsel buah-buahan yang buahnya dia pilih sendiri dengan teramat teliti. Itu mungkin terdengar berlebihan, tetapi Chaeyeon bahkan tak keberatan kalau harus mencucinya juga satu per satu.

"Apakah aku akan diizinkan masuk?" Chaeyeon bergumam dengan bibir bawah digigit sedikit. Gigil yang diakibatkan angin musim gugur membuatnya seketika menyadari bahwa syal yang dipinjamkan oleh Kim Mingyu tidak dia bawa. Padahal, rencananya hari ini dia akan mengembalikan benda tersebut usai dicuci.

"Tapi aku di sini datang untuk menjenguk. Jadi seharusnya tidak apa-apa. Bukankah begitu?" monolognya.

Melihat wartawan dan reporter bergerombol di depan rumah sakit membuat nyalinya agak menciut. Bukan apa-apa. Hanya saja, dia takut kalau kedatangannya bakal menimbulkan berita yang bukan-bukan. Tahu sendiri kalau sekarang nama Yoon Sanha sedang menjadi sorotan dan mendapat banyak perhatian. Hal sekecil apa pun akan keluar sebagai artikel yang dibicarakan banyak orang di sela-sela istirahat kantor.

Chaeyeon mengembuskan napas panjang. Setelah yakin dan memutuskan, kakinya mantap melangkah ke depan. Berjalan santai seperti biasa, dan bersikap layaknya pengunjung pasien yang lain. Begitu berhasil mencapai meja resepsionis tanpa banyak hambatan, dan mengatakan apa hubungannya dengan Yoon Sanha, dia baru diberitahu nomor kamar usai menunjukkan kartu identitas karyawannya—karena penjagaan sangat ketat dan perlu diperiksa siapa saja yang datang berkunjung untuk membesuk pasien.

Chaeyeon langsung mencari nomor kamar lelaki Yoon tersebut dengan teliti. Membaca identitas yang ditempel di dekat pintu dengan setengah bergumam. Sejujurnya, tanpa melakukan itu pun, dia sudah bisa tahu yang mana kamar laki-laki tersebut.

"Anda tidak diperbolehkan masuk."

Itu adalah kalimat pertama yang didengar Chaeyeon ketika kakinya bahkan baru mendekat. Dan asal tahu saja, jaraknya dengan pintu saat ini adalah lebih dari satu meter.

"Tapi aku hendak menjenguk. Sanha-ssi mengenalku. Kalian bisa menanyakannya kalau perlu." Chaeyeon mencoba menerobos dua pria berjas yang menghalangi jalan. Dua-duanya sama-sama memiliki tenaga besar. Gara-gara itu Jung Chaeyeon agak terhuyung ke belakang. Beruntung dia bisa menjaga keseimbangan dengan baik.

"Yoon Sanha-ssi baru saja sadar dan sedang beristirahat penuh. Tidak boleh ada yang mengganggu." Salah satu dari mereka yang memakai kacamata hitam berujar. Rasanya Chaeyeon baru saja ikut syuting sebuah film laga yang tokoh utamanya merupakan seorang mafia. Pria itu menyentak lengan Chaeyeon yang masih mengotot. Alhasil, buket yang tadinya digenggam langsung jatuh.

Chaeyeon tak langsung memungut bunga tersebut. Ditatap bergantian dua pria yang masih berdiri menjulang di depannya dengan muka merah menahan jengkel.

"Ani, aku hanya ingin menjenguk orang yang sudah kuanggap adikku sendiri. Kenapa tidak pengertian sekali? Kalian pikir aku sasaeng fan yang mencoba menyelinap dengan menyamar sebagai orang lain, huh?" kesal Chaeyeon. Suaranya berhasil mengundang atensi orang-orang yang kebetulan lewat. Beberapa terlihat terganggu. Lainnya tampak tak peduli dan melanjutkan aktivitas lagi. Sedangkan satu-dua orang terdengar menggumam, mengomentarinya karena merasa terlalu berisik.

Dia hendak merogoh kartu identitasnya bila seorang laki-laki yang lebih pendek, bermuka kusut, serta mengenakan kaus tipis dengan bawahan celana jins keluar, lalu menginterupsi dengan nada malas—lebih terlihat seperti sedang menahan lelah, kantuk, atau semacamnya. Jari telunjuk yang bergerak-gerak di udara membuat dua pria tadi akhirnya menyingkir ke samping, merapat di dinding.

"Jung Chaeyeon-ssi, benar? Yoon Sanha ingin bertemu denganmu. Jadi silakan masuk," kata orang tersebut tanpa menunggu jawaban Chaeyeon. Sebelum Jung Chaeyeon berhasil melontarkan pertanyaan, pria berusia sekitar pertengahan 30-an itu kembali berujar, "Aku manajernya." Dan Chaeyeon hanya mengangguk-angguk mengerti tanpa berniat menimpali.

Kepala Chaeyeon melongok sedikit, menilik seseorang yang berbaring setengah bersandar. Tubuhnya dibalut baju khas pasien rumah sakit. Meski pucat mendominasi wajah, raut cerah ketika melihat Chaeyeon langsung disuguhkan. Tangan yang ditempeli infus melambai rendah. Chaeyeon membalas senyum, setelah itu barulah dia berjalan mendekat. Satu-satunya kursi yang dekat dengan jendela ditarik tepat di samping ranjang.

"Aku merasa buruk harus melihatmu seperti ini." Chaeyeon menempatkan posisi duduknya senyaman mungkin, menaruh parsel buah-buahan tadi di meja berukuran sedang, lalu menyerahkan buket bunga kepada Yoon Sanha.

Laki-laki itu menerima dengan muka berbinar. Padahal sofa di ruangan ini bertumpuk-tumpuk banyak sekali buket dengan berbagai macam bunga. Kebanyakan dari penggemar. Sisanya adalah dari rekan sesama artis atau orang-orang penting yang masih berkaitan dengan dunia entertainment. Chaeyeon bahkan bisa melihat buket dari YBS Radio. Tak menyangka kalau mereka begitu cepat.

"Selama aku bisa melihat Noona di sini, maka semua akan baik-baik saja." Sanha terkekeh, merasa geli sendiri dengan ucapannya barusan.

"Bagaimana kondisimu?" tanya Chaeyeon. Mengetahui pemuda itu ditandu saat melihat berita membuat dia berpikir bahwa pemuda itu tak mungkin sebaik-baik sekarang.

"Buruk, tapi tak terlalu buruk. Aku merasa lebih baik, meskipun aku tak merasa terlalu baik," jelas Yoon Sanha.

"Apakah kau banyak terluka?" Lalu pandangan Chaeyeon tanpa sadar turun, melirik bagian perut. Berita melaporkan bahwa laki-laki itu mendapat luka cukup serius di bagian sana. Dia refleks meringis, membayangkan bagaimana bila benda tajam menembus kulitnya. "Bagaimana lukamu? Tidak parah, bukan?"

"Noona, kau begitu mengkhawatirkanku, ya?" Sanha justru tertawa melihat muka Chaeyeon beserta pertanyaan beruntunnya. "Ini memang menyakitkan, tapi itu bukan hal besar, Noona. Dan aku sudah mendapat perawatan intensif. Aku pingsan karena aku syok dan tenagaku nyaris habis. Tapi sekarang aku tidak apa-apa. Jadi, ayolah, jangan memasang muka seperti itu."

Chaeyeon memilih sepakat bahwa laki-laki Yoon itu memang sudah dalam keadaan lebih baik. Jadi yang dia lakukan cuma mengangguk pelan.

"Kuharap yang melakukan ini padamu bisa mendapat balasan setimpal," ujar Chaeyeon. Yoon Sanha juga setuju dengan hal itu. "Aku selalu tak bisa menyangka, apa yang dipikirkan penggemar seperti itu. Kau pasti sangat ketakutan saat itu."

"Itu benar. Dan aku mungkin akan sedikit trauma jika mengingatnya. Aku hampir susah bernapas setiap saat." Yoon Sanha seperti menerawang kembali ketika dia diikat pada ruangan dingin dan berdebu tersebut.

"Kau melihat wajahnya?" tanya Chaeyeon, yang langsung diangguki lelaki tersebut.

"Aku melihatnya dengan sangat jelas," katanya.

"Kalau begitu, penyidikan akan berjalan lancar. Cepatlah sehat agar kita bisa bekerja lagi bersama-sama."

"Kuharap juga begitu." Sanha kembali mengulas senyuman. "Omong-omong, terima kasih banyak karena Noona sudah bersedia menjengukku. Aku akan mendengarkan semua kata dokter dan pulih dengan cepat."

Setelah percakapan itu, Chaeyeon terpaksa menyudahi pertemuan singkat mereka. Malam semakin larut, dan jam besuk sudah habis. Manajer yang tadi menunggu di luar kembali masuk untuk mengingatkan kalau Yoon Sanha butuh istirahat. Jadi, dengan teramat berat, Chaeyeon pamit. Dia bisa menjenguknya kapan-kapan lagi.

"Noona, tunggu sebentar." Sanha menginterupsi ketika tubuh Chaeyeon sudah nyaris keluar seutuhnya. Dia berbalik dengan memasang muka seperti bertanya.

"Bolehkah aku meminta nomormu?"

•ㅅ•

2021년 11월 27일

#HappyChanyeolDay

ps : huaa gawat. aku kehilangan feel nulis ㅠㅠ

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro