꒰ 17 ꒱

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

ʚ n o w  p l a y i n g ɞ

0:00 ─〇───── 3:12
⇄ ◃◃ ⅠⅠ ▹▹ ↻

Tak Sanggup Melupa - Ziva Magnolya

ʚ ɞ

Setelah melewati pemeriksaan sejenak, kami diperbolehkan masuk. Kami berjalan ke area depan panggung demi menemukan Kayla yang katanya sudah sampai dan sedang berada di depan panggung. Masalahnya, sebagian besar orang yang hadir memang ada di depan panggung.

Di pinggir lapangan yang tak jauh dari tempatku berpijak saat ini, ada seorang gadis yang familier di mataku. Cewek tinggi itu tengah bersama teman-temannya.

"Bi, tunggu di sini ya," ujarku pada Abinaya.

Aku meninggalkannya dan pergi ke arah gadis itu.

"Jessica!" panggilku. Cewek yang tengah menatap ponselnya itu menoleh.

"Eh, Anais." Ia melambaikan tangannya padaku.

"Lo dateng sama siapa?" Ia bertanya.

Aku diam sejenak, lalu dengan malu-malu aku mengerling ke arah Abinaya, kemudian kembali menatap wajah Jessica.

Mata gadis itu membesar, kemudian ia mengulas sebuah cengiran, makin lama makin lebar. "Cie ...," ucapnya sebelum aku meletakkan jari telunjukku ke depan mulut.

"Kok bisa?" Ia memelankan suaranya.

Aku tertawa kecil. "Bisa lah," ucapku.

"Ya udah, lanjutin PDKT-nya," ucapnya, "Goodluck yah!" katanya sambil menepuk-nepuk bahuku.

Aku mengacungkan jempol sambil tersenyum lebar. "Dadah, Jess!" Aku balik badan dan kembali ke samping Abinaya.

Kami lalu blusukan di tengah orang-orang yang sedang menonton pertunjukan. Lalu karena tak kunjung bertemu, aku mengerling ke segala arah. Kemudian di satu titik aku melihat seorang perempuan bertubuh lumayan bongsor dan rambut sebahu tengah melambai-lambaikan tangannya ke arah kami. Matanya menatap ke arah kami.

"Eh, itu Kayla," ucapku sambil masih memastikan meskipun penglihatanku sudah yakin akan benar.

"Hah?" gumam lelaki di sampingku yang masih mencoba memfokuskan visinya.

"Ayo ke sana!" ajakku. Tak menunggu persetujuannya, aku langsung berlari kecil ke arah seseorang yang masih melambaikan tangannya itu.

Begitu mendekat, itu benar-benar Kayla dan dia menyapaku serta Abinaya.

"Kaylaa!" sapaku balik sambil memeluknya sebagai 'salam pertemuan' kami.

"Kay, yang lain belom dateng?" tanyaku.

"Oliv udah deket katanya, Zella baru mau OTW, kalo Kanya nggak yakin sih udah bangun," jawabnya. Aku merespons dengan kekehan.

Aku tertarik dengan penampilan yang ada di panggung. Kayaknya band sekolah lain. Tampaknya aku familier dengan dua orang yang ada di sana. Vokalisnya mirip pemain voli yang waktu itu—kalau benar itu dia, suaranya bagus juga. Yang main drum mirip supporter tim voli yang waktu itu.

"Eh, gue ke sana dulu ya," ucap Abinaya sembari menunjuk ke arah belakang, mungkin ia menemukan temannya.

"Oh, ya udah," respons Kayla.

Di tengah hiruk pikuk dan nada-nada yang mengudara, seseorang menepuk pundakku dan Kayla secara bersamaan. Saat kami berdua menengok, itu rupwanyaw Oliv.

"Eh, Oliv," sapaku.

"Kalian udah lama?" tanyanya.

"Anais baru dateng, sih, gue dari jam sebelas tadi," jawab Kayla.

***
Virgitta kembali hadir dan saat ini tengah menonton bersama kami. Aku tahu dia akan hadir karena kata Kanya dia sudah janjian dengan Virgitta untuk datang bersama. Cewek itu sebenarnya baik, dia cepat membaur bersama kami dan tidak canggung.

Sejauh ini tampaknya mood-ku terkontrol dengan baik, tak seperti pertama dan terakhir kali kami bertemu saat itu. Entah apa yang ada di pikiranku sampai bisa cemburu buta seperti itu.

Virgitta sudah bertemu dengan Abinaya. Mereka berfoto bersama tadi di photobooth dan mencetak foto mereka, aku melihatnya, tapi aku biasa saja. Aku juga punya foto bersama kawan-kawanku dan juga Virgitta, kami mencetak foto itu.

Mungkin karena hari ini kami benar-benar larut dalam euforia orang-orang di sekitar kami hingga akhirnya waktu yang kami tunggu-tunggu telah tiba. Aku merasa tak ada yang bisa menghancurkan mood-ku saat ini.

Sang guest star penutup telah disambut naik ke panggung dan tengah menyapa kami semua. Tentu saja aku dan teman-temanku bersorak-sorak kegirangan, cukup histeris tetapi kami benar-benar tak peduli sekitar—karena orang-orang di sekitar kami juga sama hebohnya.

Tak perlu waktu lama bagi dirinya untuk memulai penampilan pertamanya. Gitar dipetik, nada-nada sendu mengalun dari mulutnya. Para penonton ikut bernyanyi, kebanyakan sambil melambaikan tangan di udara. Bahkan seberapa banyak pun aku bilang aku tak bisa bernyanyi dan aku tak percaya diri dengan suaraku, aku tetap ikut menyanyikan lagu galau itu.

Nyanyian sederhana itu benar-benar menyatu dengan suasana sekitar kami di mana langit mulai berwarna jingga dan cahaya matahari keemasan menerpa panggung.

Mungkin Abinaya membawa suatu pengaruh padaku, yaitu aku jadi suka lagu-lagu akustik. Semenjak jatuh cinta dengan nyanyian dan permainan gitarnya, aku jadi tertarik pada lagu-lagu yang diiringi gitar akustik. Simpel tapi mengena.

Kini kami tiba pada gongnya. Lagu terakhir yang menjadi penutup acara kami hari ini. Lagu yang paling sering kami putar di kelas. Lagu yang sedang sering-seringnya diputar di mana-mana. Meski sudah ribuan kali mendengar lagu tersebut, aku tetap bersemangat dan lebih bersemangat lagi karena kali ini aku bukan mendengarnya dari speaker atau aplikasi musik yang ada di ponsel, melainkan dari penyanyinya langsung.

Begitu lagu penutup telah berakhir dengan manis, sang bintang tamu berpamitan dengan penonton. Para penonton menyambut baik kata-kata perpisahan itu, akhirnya ia turun dari panggung. Tentu saja akan ada beberapa orang yang mencoba menghadangnya, tapi para panitia dan tim pribadinya tak akan membiarkan orang asing menghentikan jalannya.

Aku melihat ramai orang berfoto dengan seseorang. Aku yakin itu bukan bintang tamunya karena pria itu telah diantar masuk ke ruangannya.

"Eh, itu siapa?" Aku menunjuk pada pria yang diajak foto orang-orang, kebanyakan perempuan.

"Kayaknya itu yang tadi main keyboard deh," jawab Virgitta yang ada di sampingku.

"Emang lebih ganteng sih dari artisnya," ujar Rizella terus terang.

"Jujur banget sih," timpal Kayla.

Karena acara sudah selesai, kami memutuskan untuk menjauh dari keramaian sejenak dan foto-foto. Rencananya sih aku akan memakai foto-foto kami di sini untuk meramaikan profil Instagram-ku, makanya aku minta foto sendiri dulu.

"Sini aku fotoin." Virgitta menawarkan diri.

"Eh, pake HP siapa, An?"

"Kay, boleh ya." Aku memohon. Selama ini HP Kayla yang kameranya paling mumpuni selalu menjadi andalan kami berlima, bahkan untuk foto kelas juga, dan yang lebih memalukannya lagi, wajahku paling sering menghiasi galerinya.

"Nanti dibeliin bakso," rayuku.

Kayla mendengkus pelan. "Nih, Senin ya?"

Aku nyengir sambil melilitkan jari tengah pada jari telunjuk, yang artinya aku berjanji.

Tak berapa lama kemudian dua orang MC bersama seorang DJ naik ke atas panggung. Pamit-pamit, kemudian secara tiba-tiba melepaskan confetti ke udara. Sang DJ yang sudah berada di belakang turntable-nya memutar lagu yang merupakan mash up dari beberapa lagu berbahasa Inggris.

Panitia yang lain menyebarkan bubuk warna-warni ke udara, membuat seluruh lapangan dihujani warna-warna cerah menyala. Kami ikut loncat-loncat kegirangan sambil membiarkan serbuk warna-warni menerpa seluruh tubuh kami. Mungkin hari ini aku salah karena memakai baju berwarna cerah, tapi biarlah aku senang-senang dulu sebelum Tante menyuruhku mencucinya sampai bersih seperti semula, semoga bisa hilang.

Setelah pesta-pesta yang menguras energi, foto-foto, dan jajan-jajan, aku dan teman-temanku memutuskan untuk ke luar dan pulang.

"An, minta parfum," pinta Kayla.

Aku menyodorkan botol parfum yang masih ada di dalam plastik bersama liptint.

"Makasih ...." Ia segera menyemprotkan parfumku pada sekujur tubuhnya.

"Mau juga dong." Parfumku berpindah tangan pada Kanya.

"Makasih, Ana." Akhirnya parfumku kembali ke pemiliknya.

Kanya ke sini naik motor, tetapi dia menunggu kami pulang dulu. Kayla dan Oliv tengah memesan ojek online. Sementara itu, Rizella menunggu dijemput kakaknya.

"Virgitta, nggak pulang?" tanya Oliv.

"Nanti, aku nungguin Abi dulu, Liv," jawabnya.

Hah? Abi?

"Lo kemaren nggak jadi main ya?" tanya Rizella.

"Iya, kayaknya dia sibuk banget deh," sindir Virgitta sambil memutar bola matanya.

"Pret kali ah," timpal Kanya.

"Virgitta, jadi?" Suara seorang laki-laki dari belakang sukses membuat kami semua menoleh. Orang yang dibicarakan datang.

"Jadi dong, ayo lah!" jawab Virgitta mantap. Aku melengos.

"Anais, pulang naik apa?" tanya Abinaya.

Aku menoleh ke arahnya. "Naik ojek ...," jawabku pelan.

"Udah pesen?" Ia bertanya lagi.

"Udah," jawabku singkat.

"Kalian udah pada mau pulang semua 'kan?" Abinaya kembali bertanya, kali ini pada teman-temanku yang lain.

"Udah." Kayla yang mewakili.

"Ayo, Jit," ajaknya pada Virgitta.

"Ayo," balas perempuan itu, "Dadah Kanya! Dadah Zella! Dadah Oliv! Dadah Kayla! Dadah Anais!" Ia melambaikan tangan kirinya pada kami, sementara tangan kanannya melingkari lengan Abinaya.

"Duluan ya," pamit Abinaya.

"Have fun, Kalian!" seru Rizella.

"Mau ke parkiran belakang?" tanya Kanya yang sukses menghentikan mereka.

"Iya," jawab Abinaya.

"Ikut dong!" Kanya menyusul mereka berdua.

"Bye bye! Muah!" Kanya mencium tangannya, kemudian mengirimkan ciumannya ke udara.

Aku merogoh ponsel dalam tasku, membukanya, kemudian pergi ke aplikasi ojek online.

Dari belakang, tangan Oliv menepuk-nepuk pundakku yang sesungguhnya membuat diriku merasa tambah menyedihkan.

──⋆⑅˚ ʚ ɞ ˚⑅⋆──

Hai guys!

Udah lama aku nggak update cerita ini. Belakangan ini aku lagi coba promosi—alias menuhin feeds ig (ig-ku @/ccelestialrubyy btw kalo yang mau tau hihi)—karena selama Agustus kemarin belum sempat promosi sama sekali.

Aku nggak bohong soal optimis menamatkan cerita ini dalam sebulan. Karena pada rencananya, cerita ini memang akan tamat di chapter 16. Eh rupa-rupanya masih banyak kejadian yang belum masuk. Mungkin agak lama di awal kali ya, soalnya ini aku pun udah lumayan banyak motong cerita menuju ending-nya.

Btw kalau ada yang belum tahu, cerita ini terdiri dari tiga series yang nggak berkesinambungan, dan kayaknya aku akan memasukkan #TerlanjurMencinta moment di setiap ceritanya wkwkwk.

Rabu, 15 September 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro