11. Bertahan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Deva membuka matanya karena sinar masuk melalui sela-sela jendela. Ia masih di tempat yang sama. Sepertinya ia benar-benar tidak bermimpi saat itu. Sekarang ia merasa masih sedikit lemas.

Tiba-tiba pintu terbuka pelan.

"Apa aku membangunkanmu?" Tanya Hayate yang sedang di pintu.

Deva tersenyum. "Tenang saja, aku memang sudah waktunya bangun." Kata Deva lemas.

Hayate membalas senyuman Deva dengan senyuman juga. Lalu berjalan mendekati Deva.

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya Hayate duduk di kursi di samping kasur Deva.

"Bosan." Jawab Deva cepat.

"Eh?"

"Hei, kalian berdua! Apa kalian siap untuk berangkat sekarang?" Tanya Leo yang mengintip dari pintu.

"Apakah tidak terlalu cepat? Deva masih...-"
"Tak apa, aku bisa." Kata Deva yang dengan susah payah mengambil posisi duduk dan di bantu Hayate.

"Baiklah... oh iya Deva, kemungkinan besar kau tidak boleh bertarung lagi hari ini." Kata Leo lalu berjalan menjauh.

"Hah?! Yang benar saja?!" Tanya Deva kaget.

"Sudahlah Deva, kau juga masih sakit." Kata Hayate yang kawatir.

"Sudahlah aku tidak apa-apa!" Seru Deva sambil berdiri dengan cepat.

"DEVA!"

Bruk!
Klontang...(?)
Prang! (???)

"Aw..."

"Deva, kau tidak apa-apa?" Tanya Hayate kawatir.

"Ugh... agak sakit....."Deva terdiam karena saat ia mengangkat kepalanya, ia melihat wajah Hayate dengan jarak yang dekat.

Bahkan mereka bisa mendengar ataupun merasakan nafas masing-masing. (Authornya gila! Authornya gila! Nyahahahahahaha!)

"Dev....(diam sejenak)..-maaf menganggu...." kata Devis yang baru membuka pintu dan langsung berjalan menjauh.

"TUNGGU! JANGAN SALAH SANGKA!!" Teriak Deva dan Hayate bersamaan.
.
.
.
"Ini jaket dan masker untukmu, ngomong-ngomong apa kau sudah bisa berdiri?" tanya Devis sambil menyerahkan jaket dan masker ke Deva.

"Terimakasih. Kakiku masih lemas, karena itu aku terjatuh tadi." kata Deva sambil menerima jaket dan masker dari Devis sambil mengomel kecil.

"Aku kira kau sengaja." kata Devis dengan polosnya.

"Sudahku bilang itu kecelakaan!" kata Deva kesal.

"Hayate, bisakah aku meminta tolong padamu?" Tanya Devis sambil melihat Hayate.

"Eh?"

"Langsung ganti topik..." kata Deva pelan dan datar.
.
.
.
"Maaf merepotkanmu ya Hayate..." kata Devis sambil berjalan.

"Tenang saja, aku tak masalah kok." Kata Hayate yang juga berjalan.

"Pasti berat banget ya..." kata Devis melirik ke...

"ENAK AJA! TARIK KATA-KATAMU!" Teriak Deva geram.

"Hei Deva, kau sedang di gendong Hayate. Jadi bisakah kau lebih tenang?" Tanya Katryson yang berjalan di samping Hayate.

"Yang iri diem aja." Kata Deva kesal sambil melihat Katryson yang dibalas tatapan kesal juga oleh Katryson.

"Yang sabar ya Hayate." Edward sambil menepuk pundak Hayate yang di balas tawa garing oleh Hayate.

"Ho... siap-siap ya Edward..." Kata Deva dengan tatapan menantang dan senyum sinis.

"Wah... kau menantangku?" Tanya Edward dengan wajah pd-nya.

"Sudah! Edward, Deva masih sakit jangan bertarung dengannya!" Seru Shafira panik.

"Tenang saja, aku hanya bercanda." Kata Edward sambil menoleh kebelakang dan tersenyum.

"Cieh yang dimarahin." Kata Deva dengan nada jahil.

"Kau juga Deva!" Seru Shafira.

"Ugh... iya..." kata Deva pasrah.

"Hehehe Deva, Deva... seharusnya kau yang paling tau kondisimu loh... sekarang saja kau tak bisa berjalan dan memperlukan pertolongan Hayate." Kata Chloe sambil terkekeh pelan.

"Padahal aku merasa biasa saja, tetapi tubuhku yang nggak mau kompromi." Kata Deva kesal sendiri.

"Itu artinya kau belum sembuh." Kata Leo yang berada paling depan di baris itu dengan datar.

Deva hanya bisa cemberut tanpa berbicara apapun.

"Tunggu!" Seru Eric tiba-tiba.

"Ada apa?" Tanya Leo bingung.

"Ada yang mendekat." Kata Eric sambil menajamkan indranya.

"Turunkan aku." Kata Deva sambil menepuk pundak Hayate.

"Eh, tapi..."

"Kau tak mungkin bertarung sambil menggendongku bukan? Sudah turunkan saja." Kata Deva sambil tersenyum.

Hayate melihat Deva ragu.

"Turunkan Deva di dekat pohon itu. Aku dan Eric akan menjaga Deva." Kata Rose.

"Baiklah..." kata Hayate yang akhirnya mengalah.

Hayate menurunkan Deva di dekat pohon. Eric dan Rose langsung berjalan mendekati Deva.

Srak. Srak.

Belum ada beberapa detik Hayate menurunkan Deva, munculah beberapa monster yang terlihat seperti setengah kadal dan manusia.

"Lihatlah, ada penyihir di sini." Kata salah satu kadal yg datangnya rombongan itu.

"Coba kita hitung... 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10... wah kita kurang hahahaha..." ucap kadal yang lain sambil memegang perutnya.

"Iya, kita kukurangan 3. Tetapi tampaknya yang satu itu lemah." Kata kadal lainnya sambil menunjuk Deva.

Leo, Devis, Hayate dan yang lainnya memancingkan mata ke kadal yang menunjuk Deva.

"Kita abaikan saja yang satu itu. Tidak menyenangkan kalau langsung dikalahkahkan." Kata kadal yang lebih besar lagi.

"Bos!" Seru kadal yang lainnya.

"Wah wah wah... apakah kau bosnya? Tidak terlihat kuat." Kata Leo dengan senyum sinisnya.

"(Kalau aku tidak sakit pasti udah bertarung dari tadi. Mungkin hanya sebagai penonton seru juga.)" Pikir Deva polos.

"Hm? Kau menantangku hah? Memangnya kau bisa mengalahkanku?" Tanya bos kadal percaya diri.

"Kau ingin mengetahuinya?" Tantang Leo.

Bos kadal mulai membunyikan tangannya, sedangkan di tubuh Leo mulai terlihat sinar2 listrik.

Pertarunganpun dimulai! Bos kadal dan Leo mulai melakukan serangan. Bos kadal berusaha untuk mendekati Leo dan menebasnya, tetapi Leo mengarahkan listrik kearah bos kadal yang selalu bisa dihindari. Bos kadal melompat kesamping dan mulai berlari lagi. Leo langsung mengarahkan listrik dari tangannya, tetapi bisa di tahan oleh bos kadal dengan kapak berpegangan kayu itu. Bos kadal mulai mengayunkan kapaknya dan membuat angin yang tajam. Leo langsung membuat listrik dan melindungi dirinya dari angin yang tajam itu.

Beberapa kadal baru saja berlari sedikit untuk ikut membantu bosnya, tiba-tiba ada beberapa es tajam di depannya. Kadal itu menoleh ke sampingnya.

"Ingin kemana? Apakah kalian bosan? Bagaimana kalau bermain dengan kami?" Tanya Edward dengan senyum sinis dengan yang dibelakangnya ada Hayate, Devis, Katryson, Chloe dan Shafira dengan wajah menantang.

Akhirnya semua bertarung kecuali Eric, Rose dan Deva.

Rose dan Eric mengawasi kiri-kanan mereka sekaligus melihat pertarungan dan berpikir ingin membantu tetapi takut menganggu. Sedangkan Deva santai-santai saja melihat pertarungan yang berlangsung. Ia menikmati pertarungan layar lebar itu. (Lol).

"KYAAA!"

BRUAK!

Terlihat Shafira terhempas dan menabrak pohon. Sepertinya kepalanya terantuk pohon sangat keras dan membuat ia tak sadarkan diri.

"SHAFIRA!" Edward langsung menyerang musuh di depannya dengan satu serangan dan berlari mendekati Shafira yang tak sadarkan diri.

"Shafira, Shafira! Kau bisa dengar aku? Shafira!" Panggil Edward sambil menggoyang-goyangkan badan Shafira.

"EDWARD! BELAKANGMU!" Seru Hayate panik.

Bruk!

Edward diam melihat bingung ada mosnter yang terjatuh dibelakangnya. Bukan hanya Edward, semua yang bertarung juga diam. Bahkan moster itu terlihat merona kecil.

"BHUAHAHAHAHAHA KOCAK! LOL!" Tawa Deva lepas.

Akhirnya monster itu bangkit dan membersihkan kakinya dan dadanya.

"HAHAHAHA!! KOCAK! HAHAHAHA!! ASTAGAAAA!! AHAHAHAHAHA!! Ah... lumayan lah ada bumbu komedi saat di tengah pertempuran." Kata Deva yang mulai mereda.

"Huh! Kenapa ada akar sih disini?" Gerutu mosnter kadal itu pelan.

"(Akar?)" Leo, Hayate, Devis, Edward, Eric, Katryson, Chloe dan Rose melihat ke arah kaki monster kadal itu dan ternyata memang ada akar yang agak keluar di dekat kaki monster itu. Mereka berdelapan melirik ke arah Deva yang masih mengontrol tawanya. Karena merasa dilihat, Deva menaikan kepalanya.

"Apa?" Tanya Deva polos.

Semuanya menggeleng cepat.

Byur!

Semua melihat ke sumber suara. Terlihat Leo yang basah. Leo melihat dirinya bingung. Ia menoleh ke belakang dan mendapati bos kadal membawa ember yang sudah kosong.

"(Kok bisa dia pegang ember? Dari mana sumbernya?)" Pikir Deva datar.

"Huh, untuk apa kau menyiramku air? Walaupun aku pengendali listrik, aku bisa bertahan dengan air." Kata Leo sombong.

"Kau pikir aku hanya akan menyirammu saja?" Tanya monster kadal.

Leo menatap monster kadal itu bingung dan agak... kaget.

BZZZT!!!

Leo langsung tersetrum sempurna, ia menjerit dan akhirnya terjatuh.

"Pak Leo!" Seru Devis.

Monster kadal itu mengangkat sesuatu yaitu... stungun.

"(Hah?! Cemen amat pake stungun.)" Pikir Deva kesal.

Bos kadal itu tiba-tiba menghilang, atau lebih tepatnya ia melompat kesana-kemari dengan cepat dan menyetrum semua teman-teman Deva. Tak terkecuali Rose dan Eric. Bos kadal itu berhenti di depan Hayate dan langsung menyetrum di dada Hayate.

"AAAAAA!" Teriak Hayate sebelum benar-benar jatuh ke tanah.

"Bos-bos, itu tertinggal." Kata salah satu monster sambil menunjuk Deva yang masih duduk dan melihat bos kadal dengan tatapan tajam.

"Hm? Apakah aku juga perlu melakukannya padanya?" Tanya bos kadal percaya diri.

"Jangan...." kata Hayate yang berusaha keras untuk bergerak.

"Diam saja kau. Hm! Kau juga bisa apa?" Tanya bos kadal itu dengan nada meremehkan.

Hayate mengeluarkan sihir api dari tangannya tetapi langsung diinjak oleh bos kadal. Hayate meringis kesakitan tanpa bisa melakukan apapun sedangkan bos kadal tertawa kemenangan.

BRUUK!!

Tiba-tiba ada tumbuhan merambat yang mendorong bos besar sampai menabrak pohon. Hayate yang melihat itu bingung. Bukan hanya Hayate, bahkan semuanya bingung (minus Deva).

"Ugh..."

"Ups, apa aku terlalu kencang? Atau kurang kencang?" Tanya Deva sambil tersenyum sinis.

"Kauuuu!" Seru Bos kadal marah.

Deva hanya diam sambil menaikan lagi senyum sinisnya lalu berjalan maju dan menggerakan kipas yin-nya. Deva memindahkan semua temannya mendekati pohon yang ia pakai untuk bersandar tadi.

Semuanya bisa melihat Deva berdiri dan memakai kekuatan yin-nya. Mereka hanya bisa terdiam dan kaget.

"Ugh..."

"Shafira? Kau tidak apa-apa?" Tanya Edward kawatir, tertapi ia tak bisa melakukan sesuatu.

"Sedikit pusing, nanti akan sembuh." kata Shafira sambil memegang kepalanya yang terasa berputar.

"Deva, apa kau sudah tak apa-apa?" Tanya Leo.

"Deva..." panggil Shafira.

Deva menoleh kearah Leo yang juga bisa dilihat teman-temannya dan tersenyum pelan sambil menekuk alisnya. Ia berjalan karena bos kadal itu sudah mulai berdiri.

"DEVA!" Panggil Hayate tetapi Deva tetap berjalan maju.

"Cih!" Bos kadal itu mulai mengambil kuda-kudanya dan mulai berlari memutari Deva.

Semua teman-temannya mulai panik mengingat Deva yang tak sepenuhnya sembuh.

Bos kadal mulai berlari cepat mengelilingi Deva yang hanya diam dan melihat kedepan. Dengan cepat bos kadal mengarahkan stungunnya ke arah Deva.

"DEVA!"

Deva hanya menoleh dan stungunnya mengenai lengan Deva.

BZZZT!

Tetapi Deva tetap berdiri dengan wajah datar.

"Tak mungkin..."

"Hei kau tau isolator bukan?" Tanya Deva sambil berbalik dan menunjukan senyum sinisnya.

Bos kadal berjalan Mundur dengan ekspresi kaget. Deva mengikutinya berjalan pelan dengan wajah datar. Tiba-tiba bos kadal langsung menyodorkan stungunnya lagi dan di hempas oleh kipas Deva dengan cepat. Stungun itu menabrak pohon dan langsung hancur.

Bos besar itu melihat tak percaya. Ia kembali melihat kedepan yang masih ada Deva dengan tatapan datarnya. Bos kadal itu mulai mengeluarkan keringat dingin dan mencoba bernegosiasi.

"He-hei... maukah kau memafkanku?"

"Maaf?" Tanya Deva datar.

"I-iya... nan-nanti..."

"Jangan bertele-tele. Katakan dengan jelas!" Seru Deva kesal.

"Em... i...-itu..."

"Deva! Belakangmu!" Seru Chloe.

Deva hanya melangkah ke samping dan terlihat kapak di tempatnya berpijak. Deva melihat datar kapak di sampingnya itu. Lalu ia menoleh ke belakang terlihat seekor kadal yang sudah ketakutan. Deva melihat kedepan lagi dan Ia melihat sepintas bos kadal itu tersenyum sinis. Tiba-tiba Deva memutar kipasnya ke atas dan berubah menjadi pedang. Dengan cepat Deva mengarahkan kipasnya ke kiri dan kanannya.

Satu inci lagi pedang Deva sudah bisa menusuk leher kadal yang muncul dari tanah itu. Mereka berdua terdiam di tempat. Bahkan bos kadal mulai panik. Deva menjauhkan kedua pedangnya dan dengan cepat kedua kadal itu langsung lari terbirit-birit. Deva mengarahkan pedangnya ke leher bos kadal yang sudah setengah mati ketakutan.

"Kalau mau buat rencana, aku usulkan jangan menggali tanah yang dapat dilihat musuhmu." Kata Deva datar sambil melihat kiri dan kanannya yang ternyata terdapat lubang ke dalam.

Teman-teman Deva yang sudah bisa bergerak, mereka berdiri sambil meluweskan tubuh mereka dan melihat lubang yang dimaksud Deva.

"Ma-maafkan aku..... tolong biarkan aku pergi..."

"Tunggu, apa kau selemah ini? Bahkan kau lebih lemah dari pada scot itu." Tanya Deva dengan wajah bingung dan seperti menahan sesuatu.

"Maafkan aku!!!" Seru bos kadal ketakutan.

"Pergilah." Kata Deva sambil memejamkan matanya dan menjauhkan pedangnya dari leher bos kadal.

"Kau baik sekali..." kata bos kadal dengan nada mengejek.

"Huh?"

Bos kadal memukul tepat di kepala Deva yang ternyata dari tadi sakit dengan cepat. Bahkan teman-temannya shock melihat itu.

BRUK!

"DEVA!" Panggil Chloe yang baru mau mendekati Deva langsung di hentikan.

"Stooop! Aku bisa membakarnya disini." Kata bos kadal dengan nada penuh kemenangan dan senyum sinis.

Beberapa kadal menuangkan minyak tanah yang melingkari dan mengenai Deva yang tak sadarkan diri.

"Kau Licik!" Seru Katryson geram.

"Licik? Ckckck... ini namanya cerdik." Kata bos kadal percaya diri.

Baru saja Hayate ingin maju tetapi bos kadal memajukan pematiknya.

"Kau ingin menyerangku? Gadis ini mati." Kata bos kadal sinis.

Semuanya hanya bisa menggeram kesal. Bos kadal itu tertawa menghina lalu berbalik dan mulai berjalan. Ia melewati Deva dengan entengnya tanpa memperdulikan tatapan teman-teman Deva yang geram.

"Ups." Kata bos besar sambil melemparkan pematiknya kebelakang.

Pematik itu langsung mengenai rumput yang terkena minyak dan langsung menyebar.

"DEVA!" Semuanya mulai bergerak.

Hayate mencoba mengendalikan apinya dan Shafira mencoba memadamkan apinya. Chloe dan Devis mencoba untuk menyatukan apinya dan berusaha agar tidak membesar. Sisanya hanya mencoba membawa Deva agak jauh agar tak terkena api.

Setelah api padam semuanya melingkari Deva yang tak sadar.

"Ayo, kita harus istirahat sekarang." Kata Leo sambil berdiri.

Semuanya mengikuti Leo dan Hayate mengendong Deva ala bridal style. Di jalan Hayate melihat ke Deva yang masih saja tak sadar. Ia mulai menyalahkan dirinya sendiri.
.
.
.
Deva POV

Gelap.

Apa...
Ah, aku ingat.
kepalaku yang berputar di pukul bos kadal bukan?

Apakah aku harus berterimakasih padanya? Hah!

Aku merasakan ada angin yang mengenaiku. Dan rumput yang mengenai pipiku pelan. Dengan pelan, aku membuka mataku.

Langit.

Itu yang pertama aku lihat.

Aku mencoba untuk mengambil posisi duduk. Sedikit berat, tetapi aku pasti bisa.

Lapangan rumput yang luas.

Mungkin ini bukit?

Srak srak.

Aku menoleh ke Sumber suara. Terlihat lelaki yang hampir seumuranku dengan rambut keatas melihatku bingung.

"Siapa kau?" Tanyaku bingung.

"Apakah kau..."
.
.
.
.
Penasaran? Penasaran? Hm? Hm???
Hahaha... abaikan chap selanjutnya. Chap selanjutnya hanyalah sesuatu yang tak penting (mungkin :v). Jadi chap selanjutnya nda perlu di baca = ̄ω ̄=

Ah ane mau mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang merayakan. (Klo ane bgn pagi aja ogah#curhat) eh.. hehehe....

Dan ane mau minta maaf karena ane hiatusnya kelamaan. (Hiatus nulis X9). Karena ribetnya dunia nyata dan nyebelinnya dunia nyata ( ̄∀ ̄).

Semoga kalian masi suka dengan cerita ini. Sebuah vote sangatlah berharga. Sebuah comment krisar disambut dengan senang hati. Sebuah comment yang lainnya akan segera dilihat.

Thanks for reading.

-(17/06/2016)-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro