14. Mulai dari mana?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seharian ini Manda merasa ada yang salah dengan perutnya. Entah kenapa dia merasa nyeri di perutnya, setahunya dia sehat-sehat saja. 

"Man, kamu kenapa pucat gitu? Laper?" tanya Claudia saat duduk di sebelah bangku Manda.

Manda terkejut mendengarnya. "Hah? Pucat? Masa, sih?"

Gadis itu mendengkus pelan lalu menyandarkan kepala di atas meja. Beberapa lama kemudian dia memejamkan matanya.

"Heh, ini udah mau masuk jam pelajaran berikutnya. Masa tidur?"

Manda mengerutkan keningnya. "Pelajarannya siapa habis ini?"

"Pak Gabriel."

"Duh, males banget ketemu kakak," keluh Manda lagi.

"Eh, Man. Kamu nyadar nggak kalau Niko merhatiin kamu daritadi?" celetuk Claudia.

Manda langsung bangun dan menatap ke arah Claudia dengan ekspresi terkejut. "Jangan ngadi-ngadi, deh. Mana mungkin pangeran pujaan hati satu sekolah merhatiin upik abu di sekolah? Oh, paling miris dia ngelihat aku."

Claudia jadi tertawa mendengar ucapan Manda. "Nah, tumben pinter."

"Emang."

Tidak ada percakapan lanjutan. Baik Manda dan Claudia sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Manda melanjutkan tidurnya dan Claudia melanjutkan belajar.

"Clau, rajin amat, sih?" ujar Niko yang mendekat ke arah mereka.

"Hah? Oh ini. Iya, biar nilainya bagus. Kita kan udah mau ujian semester."

Niko tersenyum lalu mengacungkan jempolnya. "Heran, ngelihat temannya rajin belajar kok yang disebelahmu tetep aja asik ngorok?" ujarnya lagi.

Mereka tertawa, Manda mendengar percakapan itu. Dia tidak bisa pulas tidurnya, kalau mau pulas tidur maka tidurnya di kasur. Berhubung dia dalam mode hemat energi sehingga dibiarkan saja mereka berdua membicarakan dirinya. Lagipula dia tidak perduli mau dibilang seperti apa.

Mereka terus bercakap-cakap hingga terdengar ketukan di pintu. Mendengar ketukan itu membuat Manda langsung bangun, feelingnya mengatakan kalau yang masuk adalah seorang guru. Yah, dia hapal kebiasaan Gabriel ketika masuk kelas.

"Bener dugaanku. Untung masih sadar, mampus kalau ketahuan tidur. Bisa dilaporan ke papa lagi," gumam Manda.

"Ngomong apaan, sih?" tanya Claudia seraya mendekatkan telinganya ke dekat wajah Manda.

"Heh, nggak kok."

"Bohong, deh."

Manda mengerucutkan bibirnya lalu menggeleng pelan. "Nggak ada apa-apa, Claudia. Kepo amat, deh."

"Eh, kamu tahu nggak kalau Niko tadi ajak bicara aku, lho," pamer Claudia bangga. 

Niko memang terkenal jutek dan berbicara seperlunya dengan orang lain. Dia murid kebanggaan guru-guru juga. Meskipun begitu, dia terlalu tertutup. Seakan-akan ada benteng yang menghalanginya dengan orang lain, dia seperti menututp dirinya dan tidak membiarkan orang lain mengetuk pintu hatinya. Hanya dia dan dunianya, itulah yang membuat banyak kaum hawa tertarik padanya.

"Eheh, Claudia dan Manda. Masih mau ngobrol?" tanya Gabriel lantang.

Mendengar itu membuat kedua gadis itu terdiam. Gabriel menatap mereka beberapa saat dengan wajah garang, lalu dia tersenyum kecil karena ekspresi kedua gadis itu terlihat lucu.

"Sudahlah, kalian pisah tempat duduk aja. Berantem mulu, heran. Manda duduk di sebelah Niko. Terus, Anya pindah ke sebelahnya Claudia."

"Loh?" Manda, Claudia, Anya dan Niko serempak protes dan berdiri dari tempat duduknya. Anya baru saja berhasil merayu Brian untuk pindah duduk supaya dia bisa duduk di dekat Niko. Tentu saja Anya mau pedekate dengan Niko. Lalu, Manda terkejut karena dia bisa cuci mata dalam jarak dekat, memandang Niko sudah menjadi rutinitasnya. Demi kesegaran jiwa juga. Sementara Claudia, ada perasaan tidak rela melihat Manda akan dekat dengan Niko.

"Kenapa? Mau protes?" tanya balik Gabriel.

Tentu saja tidak ada yang berani memprotes perintah Gabriel, dia sudah tahu itu. Jadi, dia tersenyum saja melihat Anya pergi dari sebelah Niko dengan langkah gontai. Sementara Manda, matanya terlihat berbinar-binar memandang Niko.

Manda baru saja duduk di sebelah Niko begitu ada ucapan yang terdengar. "Heh, jangan deket-deket. Nggak sudi aku deket sama cewek gendut kayak kamu. Udah gendut, tukang telat, lemot pula," celotehnya pelan.

Manda hanya diam dan tersenyum. Entah kenapa Niko jadi kesal sendiri, semakin dia menjelekkan Manda, semakin berantakan perasaannya. Entah sejak kapan perasaan aneh itu ada, tapi dia tidak memperdulikannya.

"Oke. Hari ini kita belajar soal Gelombang. Oh iya, kalian akan jadi satu tim dengan teman sebangku. Jadi, satu tim isinya dua orang. Nah, yang bisa jawab pertanyaan bapak akan dapat 1 poin."

Niko langsung menghela napas dan menepuk jidatnya. Cowok itu menatap ke arah Manda dengan tatapan miris. Sementara Manda menatap Gabriel dengan tatapan serius.

"Ehm, ada yang tahu definisi gelombang?"

Niko langsung mengangkat tangan, berhubung cowok itu lebih dahulu mengangkat tangan sehingga dia dipersilahkan untuk menjawab.

"Ya, apa jawabannya Niko?"

"Gelombang adalah getaran yang merambat."

Gabriel tersenyum lalu mengacungkan jempolnya. "Bagus, kelompok Niko dapat 1 poin. Sekarang pertanyaannya, gelombang dikelompokkan menjadi berapa dan apa saja?"

Niko mengangkat tangan lagi, tetapi kali ini ada orang lain yang lebih cepat darinya. Orang itu adalah Claudia.

"Oh, Claudia. Apa jawabannya?"

"Ada empat, yaitu gelombang transversal, gelombang longitudinal, gelombang elektromagnetik, gelombang mekanik."

"Oke, kelompok Claudia dapat 1 poin."

Niko mengepalkan tangannya, dia tidak suka dengan kekalahan. Cowok itu langsung bersiap-siap untuk mendengarkan pertanyaan selanjutnya. Manda sadar dengan ambisi Niko, dia menunduk sejenak, ingin sekali bisa membantu cowok itu.

"Oke, pertanyaan selanjutnya. Bisa jelaskan pengertian empat gelombang tadi?"

Niko langsung mengangkat tangannya begitu Gabriel selesai mengucapkan soal. Dia tersenyum puas, akhirnya bisa mendapat giliran menjawab.

"Gelombang transversal itu gelombang yang arah rambatnya tegak lurus terhadap arah getarannya. Kalau gelombang longitudinal itu gelombang yang arah merambatnya searah dengan arah getarannya. Gelombang magnetik itu gelombang yang memerlukan medium perambatan, lalu gelombang elektromagnetik yaitu gelombang yang tidak memerlukan medium perambatan."

"Oke, kelompok Niko dapat 2 poin." Gabriel menatap ke arah Manda lalu tersenyum. "Manda, ayo bantu. Masa Niko aja yang mikir," guraunya.

Gurauan yang mengundang gelak tawa anak-anak sekelas, namun tidak dengan Niko dan Manda. Niko menatapnya dengan tatapan miris, sementara Manda hanya tersenyum walaupun perasaannya tidak baik. Dia benci menjadi beban.

"Pertanyaan selanjutnya, tahukah kalian apa perbedaan gelombang magnetik-gelombang elektromagnetik dan gelombang transversal-longitudinal?"

Niko tidak mengangkat tangan, begitu pula dengan Claudia. Kali ini Manda mencoba mengangkat tangannya.

"Oh, tumben. Apa jawabannya Manda?"

"Bedanya kalau gelombang elektromagnetik-magnetik itu gelombang berdasarkan medium rambatnya, sementara gelombang longitudinal-transversal itu gelombang berdasarkan arah rambat gelombangnya."

Gadis itu menjawab dengan gugup, dia bahkan menundukkan kepalanya. Suaranya juga bergetar, wajahnya semakin pucat dan badannya dingin. Namun, Gabriel tersenyum mendengar jawaban adiknya.

"Benar. Kelompok Niko dapat 3 poin."

Mereka terus melanjutkan sesi tanya jawab, jika tidak ada yang bisa menjawab maka akan dijawab sendiri oleh Gabriel. Pria itu bukan kakak yang tega mengusili adik sendiri, dia tetap memperhatikan Manda. Besar inginnya untuk lebih dekat dengan adik satu-satunya itu. Dia mau membagikan ilmu pada adiknya, supaya adiknya bisa sukses di kemudian hari. 

Alasan mengapa dia tetap bersikap usil karena dia ingin Manda tahan banting, dia tahu betapa jahatnya dunia pekerjaan, dia mau membekali Manda dan membuatnya semakin tahan banting. Dia tahu adiknya mampu.

-Bersambung-


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro