8. Back To December

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hai, Desember.. aku ingin kembali di waktu kita sedekat nadi. Kalau bisa.

***

29 Desember 2013.

"Halo.. Eomma? Nomor Key tidak bisa aku hubungi sejak tadi. Apa Eomma bersamanya?"

Tidak ada suara selain isakan.

"Eomma? Ada apa?" tanya Keiko panik.

"Key.. kecelakaan, sayang." Lalu kembali terdengar suara isakan.

Sementara Keiko bersusah payah duduk di tepian kasurnya. Bersusaha menelan salivanya, tiba-tiba hal sesepele itu menjadi sulit. Kepala Keiko mendadak pening karena kabar barusan. Tanpa pikir panjang ia menyambar jaket dan tas selempangnya. Yang ada dalam pikiran dan benaknya saat ini adalah ia harus menemui Key.

"Eomma, tolong kirimkan alamat rumah sakitnya." Karena Keiko memang seakrab itu dengan keluarga Key maka ia tidak diperbolehkan memanggil Ibu Key dengan sebutan Ahjuma.

Sehangat itu keluarga Kim Emery Yaro.

"Tidak Keiko, ini sudah malam dan hujan deras.." ucap Eomma ketika ia menuruni tangga secara terburu-buru.

Keiko berhenti sejenak mengatur deru napasnya yang bersautan dengan degup jantungnya. "Aku mohon.."

"Tidak, sayang." Wanita itu berhenti untuk menghirup napas panjang. "Key akan baik-baik saja.."

Esoknya Keiko beserta sejuta kekalutan dalam benaknya pergi ke rumah sakit tempat Key dirawat. Degup jantung yang berdetak terlalu cepat mengiringi langkahnya menyusuri lorong koridor. Keiko ingin menemui sahabatnya itu. Di setiap langkahnya menuju ruangan yang diberitahukan Nael, ia tidak berhenti untuk merapalkan doa untuk Key. Ia berharap tidak ada sesuatu yang lebih buruk lagi selain hal ini.

Lalu tidak lama ia sampai di sebuah koridor dengan beberapa kamar yang berhadapan. Di depan salah satu kamar rawat-yang Keiko yakini dimana Key dirawat-terdapat Nael, Eomma dan Appa yang duduk di kursi tunggu. Ia pun semakin mempercepat langkah kakinya.

Nael menahan sebelah tangannya, tepat sebelum Keiko sampai di depan pintu ruang rawat tersebut. "Key belum sadar."

Alis Keiko berkerut dalam, ia mulai tidak menyukai situasi ini. "Kenapa? Eomma bilang semua baik-baik saja."

Nael menjatuhkan tatapannya ke lantai. "Kepalanya terluka parah, karena ia jatuh dari jembatan."

Keiko terdiam, menyerap setiap kata-kata yang Nael lontarkan. Semua benar-benar terasa seperti mimpi.

Bagaimana bisa? Batin Keiko.

Sehari yang lalu, mereka masih saling melempar ejekan. Kemudian sore harinya Key masih mengantarnya pulang ke rumah neneknya. Bahkan mereka masih sempat mengunjungi taman hanya untuk rebahan di sana dan saling menebak bentuk awan. Seperti biasanya.

Tiba-tiba tadi malam sejak pukul 08.00 Key sama sekali tidak bisa dihubungi. Entah lewat Skype ataupun Twitter, sampai akhirnya Keiko memilih untuk menghubungi ibu Key. Karena biasanya mereka akan melakukan sesi chating tidak penting sampai larut malam. Persahabatan mereka memang yang semacam itu.

Bak guntur yang membelah langit, kabar Key kecelakaan membuatnya tidak tidur semalaman.

Lantas Keiko menoleh ke arah kaca yang menampilkan sosok Kim Emery Yaro yang terbaring tidak berdaya di bangkar sana. Banyak selang dan beberapa alat yang tidak Keiko mengerti terpasang di tubuh laki-laki itu. Ada banyak jarum di setiap oksigen yang ia hirup.

Dan ya, Keiko masih bisa menahan bendungan air matanya.

Nael menyentuh lengannya, menyodorkan sebuah kotak yang sudah penyok. "Semalam Key pergi karena ingin memberi kejutan untukmu."

Sedetik. Dalam hitungan satu detik bendungan air matanya runtuh, bersamaan dengan tangannya yang mendekap kotak itu erat.

Benar, hari ini hari lahirnya. Yang ia rayakan tanpa Kenzo. Tanpa Key.

Hai, aku harap kau tidak memukulku saat membuka kotak ini.

Iya, isinya hanya foto kita yang bertransformasi dari bocah ingusan hingga sekarang. Jangan marah dan merajuk, aku pusing mendengarnya.

Baik, barusan kau memukulku. Sepertinya hidupmu hampa tanpa menyiksaku ya?

Selamat ulang tahun, sahabat ingusanku.

Kan, kau memukulku lagi!

Terima kasih sudah banyak menghabiskan banyak waktu tidak berguna bersamaku. Terima kasih sudah menerima uluran tanganku di depan kolam ikan saat kita masih ingusan. Aku masih mengingat jelas hobi tidak jelasmu yang bicara serius dengan ikan haha. Ajari aku lain waktu ya? Kau berhutang padaku.

Terima kasih sudah menjadi sahabat terbaikku.

Foto-foto ini berharga bagiku, seperti sebuah film yang memiliki jalan cerita masing-masing.

Aku menyukai setiap waktu yang kita lewati bersama. Bagaimana waktu mengubahmu dari gadis ingusan dengan banyak jepitan warna-warni di rambutmu, hingga menjadi gadis yang mandiri.

Your Ironman,

Kim Emery Yaro.

***

"Key sudah sadar.." ucap Nael dengan wajah sendu.

Aneh. Tapi Keiko tidak peduli dan langsung menyentak pintu kamar rawat itu. Hampir setiap hari ia berkunjung ke rumah sakit untuk melihat keadaan sahabatnya itu. Kadang kala, ia juga mengerjakan PR dan belajar di samping bangkar Key. Banyak waktu yang ia habiskan untuk menunggu Key. Sebab ia ingin menjadi yang pertama Key lihat saat laki-laki itu membuka matanya.

Ia rindu. Sangat rindu dengan sahabatnya yang selalu mengejek tinggi badannya itu.

Keiko dengan cengiran lebarnya menghampiri laki-laki itu. "Aku senang kau sudah sadar!" katanya dengan nada gembira.

Key tersenyum tipis. "Terima kasih. Namamu siapa?"

Cengiran di bibir Keiko luntur seketika. Sekian detik ia hanya mematung memandang Kim Emery Yaro dengan gamang.

"Eomma, dia siapa?" tanya Key pada Eomma-nya.

Wanita paruh baya itu menatap Keiko sejenak sebelum menghampirinya. "Keiko, Eomma tidak ingin Key tersiksa. Ia kehilangan ingatannya. Tolong jangan paksa Key.."

Keiko mengangguk lalu beralih memandang sahabatnya dengan senyum samar. "Aku akan datang kembali jika kau sudah mengingatku atau kau bisa menemuiku nanti."

Dan setelah hari itu Keiko tidak pernah datang lagi.

***

Salju yang turun menutupi jalanan kota itu tidak membuat Keiko mengurungkan niatnya bertemu seseorang. Kali ini ia sudah memutuskan untuk berdamai dengan masa lalunya. Sebelah tangannya mendorong pintu kafe hingga menimbulkan bunyi dentingan.

Pemilik kafe ini dengan baik hati mengosongkan Serendipity untuk dua jam ke depan deminya. Kim Emery Yaro memang sedermawan itu. Matanya tidak sulit menemukan Kenzo yang duduk menghadap jendela besar di sana. Karena memang laki-laki itu satu-satunya pengunjung selain dirinya.

"Sudah lama?" tanya Keiko yang menarik kursi di depan laki-laki itu.

Kenzo tersenyum hangat. "Belum. Bagaimana dengan kabar burung yang tersebar?"

"Wajahmu sukses membuat fans-ku patah hati."

Kenzo terkekeh. "Gomen'nasai, Keiko-chan."

Ia menatap kakak yang paling disayanginya itu tanpa api dalam sorot matanya lagi. "I have done."

"Sure. Aku tidak pernah ingin meninggalkan adik kecilku yang manja. Tapi aku harus melakukannya saat itu."

"Ya, aku ingin tahu alasanmu."

"Masih tanpa embel-embel Onii-chan lagi?" Kenzo mengusak rambutnya.

"Belum. Cepat katakan."

"Otou-san memintaku melakukan itu. Aku disiapkan untuk menjadi penerusnya, jika aku tidak menurutinya... Otou-san akan tetap menikahi perempuan itu, membawanya ke rumah kita dan membuatmu semakin terluka." Kenzo tanpa ragu menarik kedua tangannya. "Mari kita mulai lembaran yang baru, Keiko-chan."

Rasanya sulit untuk tidak memiliki rasa benci terhadap Ayahnya sendiri. Lantas Keiko menganggukkan kepalanya dengan senyum tipis.

***

Alhamdulillah Keiko udah baean sama abangnya. Okelah, terima kasih untuk kalian yang sudah mampir, pencet bintang apalagi komen.

Setelah ini part dari kembaran gue ya.

See ya in the next part!

Aradi151.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro