[Kekuatan] - 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hidup Abay bisa dikatakan sama mirisnya dengan tokoh utama cerita sedih apalagi sinetron. Ia memiliki kemampuan bak pisau bermata dua. Andai saja kemampuan psikometrinya tidak muncul, Abay mungkin masih bisa bermain futsal dan latihan renang seperti biasa. Bukan pemuda payah yang sepanjang hari duduk di kursi roda.

Terapi yang melelahkan menjadi rutinitas barunya. Tak peduli fisioterapi atau terapi kejiwaan. Keduanya Abay lakukan setelah mengalami kecelakaan fatal di rumah Elissa. Hari itu Abay hanya menjalani sesi terapi rutin bersama Profesor Rachmat di rumahnya.

"Apa belakangan ini kau masih mengalami halusinasi?"

"Udah jarang sih, Dok. Cuman kadang suara-suara aneh sering berbisik di telinga."

"Suara aneh. Apa tidak ada hal lain yang mengganggumu selama ini?"

Abay menunduk di atas kursi rodanya. "Dokter. Apa dokter percaya dengan adanya reinkarnasi?"

"Jujur saja, aku tidak percaya. Belakangan ini aku dan kolegaku sesama dosen di kampus sedang meneliti fenomena ini dari sudut pandang psikologi dan medis. Apakah benar reinkarnasi itu memang ada ataukah delusi semata seperti yang kaualami?"

"Mungkin dokter tidak akan percaya dengan perkataanku. Aku sebenarnya makhluk halus yang terjebak permanen dalam tubuh ini. Aku tidak tahu apapun tentang masa laluku selain masa kecilku dengan tubuh ini."

Profesor Rachmat tertegun sesaat. "Makhluk halus yang menitis dalam tubuh manusia. Aku belum pernah mendengar ini."

"Apa mungkin semua yang kualami sekarang merupakan karma dari masa lalu termasuk halusinasi itu?"

"Apa Nak Bayu benar-benar sadar dengan perkataan itu? Kasus yang kau alami bisa saja variasi menarik dari fenomena reinkarnasi."

Abay mengangguk. Sementara itu, Profesor Rachmat mengambil secarik kertas dari laci meja kerjanya.

"Dokter, ini buat apa?"

"Aku ingin meminta persetujuanmu untuk membantu penelitianku di kampus. Tidak banyak pasienku dan kolegaku yang bisa menjadi subjek dalam penelitian ini. Tenang saja. Aku akan menjamin rahasiamu termasuk perihal rekam medis. Itu pun jika Nak Bayu bersedia."

Penelitian. Apa jangan-jangan ... sudah cukup adegan dalam film membuatnya berpikir yang tidak-tidak. Bisa saja penelitian Profesor Rachmat dapat mengungkap misteri soal jati dirinya.

"Apa Dokter akan menjadikanku kelinci percobaan seperti mayat tak dikenal di rumah sakit?"

Profesor Rachmat tertawa. "Nak Bayu benar-benar lucu. Kau hanya cukup terapi seperti biasa dan menjawab beberapa kuesioner tambahan. Selain itu, kau hanya perlu melakukan pemeriksaan fisik dan kejiwaan secara menyeluruh. Tenang saja. Nak Bayu juga akan mendapat uang tambahan sebagai ucapan terima kasih."

Tawaran uang saku memang menggiurkan. Abay lalu menyanggupi tawaran Profesor Rachmat.

Siapa sebenarnya Bayu Samudera? Apakah tokoh dalam serial kolosal yang jatuh cinta pada ibunya sendiri? Ataukah pemuda payah yang terbaring tak berdaya karena kebodohannya sendiri? Kini Abay memetik buah dari kebanggaannya memamerkan punya otak di dengkul. Ia hanya menjadi beban bagi orang lain.

Pergi ke sekolah? Abay hanya masuk sekolah jika jadwal kelasnya ada di lantai satu. Selebihnya ia mengerjakan tugas pengganti via internet.

Melakukan pekerjaan rumah? Ia hanya bisa sebatas membersihkan debu dengan vacuum cleaner di atas kursi roda.

Bagaimana dengan pekerjaannya sebagai cenayang? Untung ada Go-Jack yang mengantarnya dengan mobil. Meski itu artinya uang saku Abay bertambah empat kali lipat untuk ongkos.

"Ya ampun. Kenapa kau tidak menurut?" bentak Lenny di depan pintu.

Abay terus tersenyum jahil. Ia memutar roda menuju meja kerjanya.

"Abisnya bosen di rumah mulu. Gak bisa ngapa-ngapain. Cuman bisa ngerjain tugas online dari guru. Mana dapet gaji buta pula."

Lenny mengurut dada berkat kelakuan anak buahnya yang satu ini. "Ikut ke ruanganku sekarang juga!"

Kedatangan Abay di sana justru menjadi bumerang. Maksud hati ingin membantu, tapi berakhir di ruangan Lenny.

"Apa maumu? Asosiasi sudah jelas memberikan kompensasi bagi para cenayang yang mengalami kecelakaan saat bertugas. Apa kau benar-benar tidak membaca kode etik cenayang setelah pelatihan usai?"

"Nyonya, aku ingin jadi lebih kuat. Aku gak mau terus-terusan bergantung sama Saras apalagi anggota unit Reserse lain."

Lenny duduk di sofa ruangannya. "Kau ingin sekuat apa, hah? Aku tahu perkembanganmu dalam latihan itu sangat lambat. Masih banyak hal berguna lain yang bisa kau lakukan tanpa mengandalkan kemampuan fisik. Lihat Malika. Dia masih berguna dalam tim tanpa harus bertarung."

"Tapi, Nyonya."

Lenny menyesap segelas kopi di depannya. "Kau benar-benar membuatku pusing. Apa kau tahu kesabaranku habis setelah kau dioperasi? Sudah berapa kali kau seenaknya menangani kasus tanpa seizinku? Apa kau tahu ini institusi pemerintah dan bukan firma swasta milikmu yang bisa diperlakukan seenaknya?"

Lenny benar-benar menggebrak meja di depannya. Saat itu keadaan di sekitar ruangan unit Reserse berubah senyap. Urat-urat nadi menyembul di wajah indo Lenny. Bersamaan pula dengan sepasang manik mata berkaca-kaca yang hendak menitikkan air mata.

"Apa kau tahu betapa sulit mencari anggota unit seperti kalian berlima? Kalian jauh lebih baik daripada semua anggota timku sebelumnya. Maafkan aku. Aku memarahimu bukan karena benci. Aku hanya tidak ingin kehilangan anak buahku lagi."

Tanpa sadar air mata membasahi riasan wajahnya. Hidungnya kini memerah karena sesak.

"Maafkan aku, Nyonya. Aku janji gak bakal ngelanggar aturan lagi."

"Sebenarnya ada satu cara untuk mengatasi anak buah keras kepala sepertimu. Kemarilah."

Abay masih tak bisa menatap wajah Lenny. Tubuhnya gemetar sewaktu Lenny memintanya mendekat. Rasa sakit menusuk-nusuk kaki kirinya. Telapak tangan lentik Lenny berada di atas kaki yang kini berpenyangga bidai.

"Tahan sedikit. Kakimu akan sakit untuk sementara waktu."

Dada Abay merasakan kehangatan yang familiar. Perasaan itu sulit terungkap dengan kata-kata bahkan tak ada dalam ingatannya. Abay menoleh ke arah Lenny. Lalu, kenapa?

"Kau ingin lebih berguna dalam tim, 'kan? Kau bisa membantu melakukan pertolongan pertama. Aku memang bukan seorang dokter, tapi setidaknya bisa menggunakan jurus pemulihan untuk keperluan darurat."

Seingat Abay, Asosiasi memang mengajari lima jenis jurus penting pada para cenayang: jurus bayangan, pengalih, penyerang, penahan, dan pemulih. Namun, hanya jurus pemulihan yang tidak pernah diajarkan dalam pelatihan. Selama ini para anggota Unit Medis seperti Dokter Seno mempelajarinya secara serius. Seperti namanya, unit tersebut memang memiliki cenayang berlatar belakang medis seperti dokter dan perawat.

"Dari mana Nyonya mempelajari ini?"

"Ingatanku benar-benar kabur. Aku hanya ingat seseorang pernah mengajari teknik ini. Aku bahkan tidak bisa mengingat apalagi fisiknya secara jelas. Dia pernah mengatakan sesuatu sewaktu mengajariku. Jangan pernah mengabaikan siapapun yang membutuhkan pertolongan ..."

Rasa sakit menggigiti ubun-ubun dan kepalanya. Sebuah kejadian dalam bayang-bayang hitam putih muncul di depan mata. Perkataan sosok yang tampak sebagian wajahnya seakan melanjutkan perkataan Lenny.

"... karena setiap pertolongan sekecil apapun bisa mengubah keadaan bahkan takdir."

"Abay? Apa badanmu masih sakit?"

Pertanyaan Lenny mengembalikan Abay pada keadaan di sekitar ruangan kepala unit Reserse.

"Sepertinya aku harus periksa lagi ke dokter. Nyonya benar. Kurasa aku harus banyak istirahat. Aku gak mau ngerepotin tim dengan kondisiku sekarang."

"Apa perlu kuantar pulang?"

"Gak usah, Nyonya. Aku bisa pulang naik Go-Jack."

Yo! Pika di sini. Gimana ceritanya? Maafkan kalo kurang serem, kurang kasus, dan lebih banyak slice of life juga drama. Soalnya aku pengen nyeritain perkembangan karakter Abay di bagian ini.

Bagian ini juga udah masuk konflik utama. Semua itu masih berhubungan dengan berkas rahasia Asosiasi, kondisi fisik aneh Abay, halusinasi, dan identitasnya. Kalem aja. Aku gak pernah bikin pertanyaan dan masalah yang gak dituntasin di akhir.

Soal reference di bagian ini, ada yang bisa nebak? Petunjuknya itu judul sinetron yang salah satu nama tokohnya juga "Bayu Samudera" (versi ejaan yang benar).

Kemaren ada pembaca yang nebak (dan bener) soal Toserba Mataram itu sebenarnya plesetan dari Toserba Yogya. Yogya emang salah satu toserba terbesar di Bandung selain Borobudur Market/Borma. Aku sengaja plesetin namanya dari perjanjian Giyanti yang isinya "membelah kekuasaan Kesultanan Mataram jadi Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta".

Bicara soal easter egg, ponakanku juga sempet nanya ini. Apa ceritaku banyak easter egg-nya? Banyak. Cuman gak kusebutin secara eksplisit di cerita soalnya sadar diri pembacanya sedikit.

Yup. Makasih udah baca sampe sini. Sampai jumpa di bab selanjutnya!


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro