Kembalinya Sebuah Senyuman

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Aku pernah lupa cara untuk tersenyum. Kini aku mulai belajar untuk tertawa.

"Shin! Lihat ke kamera!"

Saat itu Kyo memegangi sebuah kamera.

Apa yang harus kulakukan?

Apakah aku harus tersenyum? Aku memang buruk dalam hal ini.

Kyo baru saja membeli kamera polaroid di toko. Sejak saat itulah, ia senang memotret benda-benda di sekitarnya, termasuk semua koleksi tanaman miliknya. Selembar kertas foto keluar dari badan kamera lalu ia kipas-kipasi.

"A-Apa aku terlihat buruk?" kulihat ia menggeleng. Ia perlihatkan foto itu dengan senyuman.

"Aku baru kali ini melihatmu tersenyum selebar ini. Kau sangat cantik saat kau tersenyum."

"Benarkah?"

Kyo tidak berusaha menghiburku. Aku tak percaya ini. Foto ini tidak berbohong. Kamera polaroid dapat mencetak foto secara instan dan ... kenapa rasanya aku ... ?

"Shin? Kau kenapa?"

"Tidak. Hiks. Aku tidak apa-apa. Sudah lama sekali aku tidak bisa melakukan hal ini. Saat aku tahu aku bisa melakukannya, itu membuatku sangat bahagia."

Kedua pelupuk mataku berat. Foto diriku saat tersenyum membuatku menangis. Ini kali pertama aku bisa tersenyum lagi.

Orang-orang berkata aku ini sosok yang dingin, tidak berperasaan, dan sinis. Mereka hanya bisa mengatakan hal itu tanpa sebab. Aku kehilangan kebahagiaanku sejak kecil. Aku tak menyangka di usiaku yang amat muda harus menyaksikan perceraian kedua orang tuaku. Aku tak menyangka aku nyaris menghilangkan nyawa sahabatku sendiri.

Aku ini apa? Apa salahku? Aku hanya seorang gadis kecil yang saat itu kehilangan arti dari keluarga dan kebahagiaan. Bahkan anak kecil yang tinggal di dekat rumahku pun takut melihatku. Aku ingat anak itu. Ia melihatku saat itu.

Sejujurnya aku takut. Aku takut kehilangan Mithra. Aku takut semuanya melihatku seperti anak itu. Aku takut aku akan kehilangan sahabatku dan orang-orang yang kusayangi. Aku takut. Aku takut semua pergi meninggalkanku seperti Ayah.

"Shin. Kau kenapa?"

"A-Aku tidak apa-apa."

Anak kecil penakut itu kini sudah dewasa. Ia kini tidak memandangku seperti dulu. Ia merangkulku di bahunya.

"Ceritakan padaku. Apa yang selama ini membuatmu tak bisa tersenyum seperti ini? Selama aku ada di sini, kau harus bahagia."

"Kyo. Aku benar-benar takut. Apa yang harus kulakukan?"

"Apa kau masih terbebani dengan masa lalumu? Aku tahu rasanya. Kita sama-sama memiliki masa kecil yang tidak bahagia. Kita adalah korban dari keegoisan kedua orang tua kita dulu.

Shin, kita sudah dewasa. Tidak sepatutnya kita terus hidup dalam kesedihan dan penyesalan.
Kau ingat 'kan Rey dapat menghentikan waktu namun ia tak dapat memutarnya kembali? Begitulah waktu. Semua yang kita lalui pergi begitu saja. Ia hanya menyisakan sedikit jejak dalam diri dan kenangan.

Jika kau ingin bahagia, biarkan ia pergi. Tak peduli seberapa pedihnya itu, lepaskan. Itu akan membuatmu jauh lebih bahagia."

Memang Kyo itu payah dalam beberapa hal. Setidaknya ia tahu cara membuat hatiku terasa lebih hangat. Ia bagaikan lentera kecil dalam kehidupanku. Itu sebabnya aku semakin menyukainya di samping kelemahan dari diri anak itu.

Kyo! Hentikan!

"Akhirnya aku bisa mendapatkan senyuman terbaik darimu. Ini benar-benar hal yang langka. Aku harus memperlihatkan ini pada Bibi Shireen juga Ayah."

"Jangan! Fotonya jelek."

"Kata siapa jelek? Kau hanya kurang percaya diri.

Ayah pernah mengatakan, seseorang bisa bertambah cantik atau tampan saat ia sedang tersenyum."

"K-Kembalikan foto itu!"

"Tidak bisa! Ini barang langka. Aku harus menunjukkan ini secepat mungkin."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro