Bocah Tua

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sudah genap enam puluh empat tahun telah berlalu. Bocah kecil dari enam puluh empat tahun yang lalu, kini telah dalu. Bocah tua itu juga sudah memiliki isteri, anak bahkan cucu. Ada hal yang membuatku merasa sedu ketika mengingat ketuaannya itu. Bocah tua itu bertingkah layaknya seperti cucunya yang kepala batu. Sejenak aku berpikir kalau masih kecil, keras kepala tak apa tetapi di umur lebih dari setengah abad itu. Ia yang masih saja kepala batu ... Membuatku kian pilu.

Apakah kau tahu, mengapa bocah yang telah berusia enam puluh empat tahun itu kuceritakan? Dan lagi, mengapa aku masih memanggilnya bocah padahal usianya senja?

Dia selalu menampakkan wibawa dan kebijaksanaannya di depanku. Namun, nyatanya dia tak sebijaksana kiranya.

Semuanya bermula ketika aku mengetahui fakta, kalau bocah tua itu tak akan pernah dewasa. Dewasa dalam arti keputusannya. Ia keras kepala dengan keputusannya yang jelas salah.

Seharusnya makin tua ia makin sadar dan bijaksana. Namun, aku tidak melihatnya begitu.

Apakah aku durhaka? Bukan, bukan. Ini kenyataan.

Ia menyakiti hati seorang wanita. Dengan alasan konyol batinnya tidak lagi cocok dengan wanita, yang tak lain isteri yang ia sakiti.

Ya, aku hanyalah anak bungsu di keluarganya yang semakin hari akan membesar ini. Namun, aku juga seorang wanita.

Di usianya yang kian senja ini ia memikirkan nafsu batin. Siapa yang tak marah? Layaknya remaja baru puber dengan segudang khayalan mesumnya. Ia mengikuti kata hatinya. Membiarkan wanita yang tak lain ibuku itu, tersakiti.

Berkali-kali kuingatkan, masih ada Akhirat. Masih ada Akhirat. Namun, ia masih saja keras kepala.

Di usia enam puluh empat ini, dan usiaku yang masih tujuh belas ini. Aku harus bagaimana? Ibuku sudah cukup banyak tersakiti dan aku hanya bisa menyimpan rapat-rapat kebejatan tak terkira yang dilakukan ayahku dengan wanita lain.

Namun, sampai kapan? Sampai kapan bocah tua itu tetap keras kepala?

"Masih ada akhirat, masih ada akhirat!" jerit suara hatiku yang tak terungkap, berulang kali.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro