Hati

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebagai gadis kelahiran Jombang tahun 92-an. Nara, wanita yang masih saja single itu, tengah memandang langit biru menghias di atas menara air ringin contong, ikon titik nol kota Jombang ini. Nara tidak berada di taman ringin contong, lebih tepatnya ia sedang berada di parkiran mobil sebuah bank. Ia sedang menunggu kakak pertamanya mengantri di dalam. Alih-alih ikut menunggu di dalam bank. Nara memilih menunggu di dalam mobil bobrok yang tak memiliki pendingin itu. Padahal ia tahu sendiri di pukul satu siang seperti ini, matahari cukup terik.

Sayangnya, panas yang cukup terik ini tidak mengintimidasinya. Ia tak peduli karena ada satu hal yang menarik perhatiannya selain langit biru kekuningan di atas sana, yakni Aras.

Aras, lelaki mantan pacarnya tengah memasuki swalayan di seberang sana. Tidak diketahui mengapa Nara dapat menangkap manusia itu di antara ratusan orang yang bersliweran di jalan atau pun yang sekadar ikut masuk ke dalam parkiran swalayan.

Melihatnya masuk ke sana membuat Nara mendesah berat. Aras tidak pergi sendirian rupanya, ia pergi bersama calon isterinya. Rumor di antara teman-teman SMA-nya, rupanya benar.

Untuk sesaat, Nara mengingat masa lalunya. Masa yang cukup lama itu. Waktu lima tahun bersama Aras. Masa indah khas anak muda saat itu.

Bertemu saat SMP dan berpacaran saat SMA hingga berlanjut saat kuliah, tetapi harus kandas karena sudah waktunya memikirkan masa depan, katanya.

Ada satu hal yang dapat Nara petik dari hubungannya dengan Aras. Di pemikiran tentang masa depan Aras, tak ada dirinya.

Tak ada dirinya maupun nilai dari masa-masa kebersamaan mereka.
Melihat Aras menggandeng wanita berkerudung Syar'i tersebut membuat Nara melirik dirinya sendiri. Ya, Aras sudah memilih yang terbaik, lagipula sudah saatnya Nara benar-benar melepaskan Aras. Di umurnya yang ke dua puluh enam ini, sudah saatnya juga Nara memikirkan dirinya sendiri. Memikirkan masa depannya yang harus segera dipikirkan.

"Jdiing."

Pikiran melamunnya terbuyarkan karena suara chat masuk...

"Sudah makan?"

Nara hanya bisa mendesah lagi ketika membaca pesan itu, tak ada pilihan lain. Ia harus mulai mencoba membuka hatinya.

"Belum, mau makan bareng? Jam dua saja, oke?"

End~
[A/N]
Uhuk, jadi setelah sekian lama tidak update karena masalah internal (baca:pr) dan otak yang tidak bisa diajak berimajinasi. dan saya juga lagi latian nulis sejenis ini XD semoga saya bisa melaksanakannya tahun depan. Wkwkwk

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro