enam.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Eir sedikit banyak bersyukur jalanan Distrik 18 selalu riuh ramai seperti biasanya, karena perjalanan mereka berdua banyak diselingi sepi. Cuaca mulai terselip dingin di antara, pertanda musim gugur telah lebih dekat selangkah dibandingkan musim panas yang terlanjur terik dan gerah.

Tidak banyak perubahan yang bisa dirasakan ketika musim berganti, apalagi mereka di daerah Distrik yang masih berkembang: ruang terbuka hijau nyaris tidak ada, digantikan dengan hiasan pohon-pohon hologram, atau rerumputan palsu yang selalu Eir lihat sambil lalu. Hijau-hijau artifisial tersebut tidak cukup menyita perhatian, Eir kadang sudah cukup puas untuk mampu tidak terbawa keramaian menuju tempat yang ia tuju.

Distrik 18 tidak memiliki tangga berundak dari besi seperti rumahnya di Slum-A, lebih banyak jalur untuk pejalan kaki atau jalanan landai untuk kendaraan berlalu-lalang. Mungkin itu adalah awal yang membuat Eir cukup asing dengan Distrik 18 yang begitu padat lagi semua sisi kota dapat dilihat dengan cepat.

Tidak banyak yang bisa ditransportasi menuju ke Distrik 18 karena konstruksi yang berjalan tidak memerlukan perlengkapan tambahan. Orang-orang juga umumnya tidak akan menunggui bis apabila mereka bisa mencapai tujuan dengan berjalan kaki. Kendaraan seperti sepeda atau sepeda motor jarang digemari karena alur transportasi yang terbilang cukup jauh dari Distrik 18 menuju Distrik atau daerah bernama lain. Lebih baik menaiki zepelin dari Pelabuhan Udara dibandingkan capek-capek menggunakan transportasi darat, stigma kebanyakan sudah seperti itu.

Eir menggelengkan kepala, matanya kembali ke arah kakinya yang terus melangkah terarah, kembali melihat partnernya di hadapan mata.

Hari itu, Regina tampak tenang, tidak menyembunyikan banyak hal seperti kemarin. Atau, hari ini Regina lebih terselubung lagi, lebih tidak ingin dirinya ditemukan.

Tempat tujuan mereka, Guild, adalah gedung serbaguna yang telah diautomasi untuk kepentingan aliran data dari kota maupun wilayah-wilayah tertentu ke pemerintah pusat. Mereka hanya perlu mengakses database milik SPADE dengan memutar kunci, mengambil beberapa data baru dari pusat dan kembali ke kantor untuk menyerahkannya pada Selena. Guild  milik Distrik 18 terletak di kaki bukit, agak jauh dari hiruk-pikuk pasar dan pelabuhan udara. Perjalanan ke sana cukup singkat, dua puluh menit dengan berjalan kaki, lebih efektif daripada menunggu bis.

Eir menatap punggung berjaket hitam itu sesekali, Regina berjalan di depannya agar tidak menghalangi alur pejalan kaki yang berjalan di arah berlawanan dari trotoar tersebut. Jaket taslan hitam itu adalah perlambang mereka, tanda kepartneran, seperti bagaimana Nona Kellan dan Nona Anne memiliki sepasang anting yang mereka kenakan bersama.

Sebenarnya, mungkin tanda kepartneran tidak diperlukan. Eir pun tidak terlalu ingat saat-saat mengapa Regina memilih jaket itu sebagai 'tanda'; mereka akan mengenakannya saat menjalankan misi, seperti sebuah marker untuk mencari orang di tengah keramaian. Tanpa penanda sekalipun, Eir merasa Regina mudah ditemukan, walau di kerumunan dengan banyak orang berambut merah.

Jaket itu identik dengan jaket yang dikenakan Eir saat pertama kali ia datang ke kantor cabang SPADE, bahkan Eir masih ingat kalau Regina bilang bahwa jaket itu 'keren'.

"Eir?"

Eir merogoh kedua kantung jaketnya, ekspresinya netral, "Hm?"

"Oh, kukira kamu nyasar."

Regina hanya melihat ke arahnya sebentar sebelum kembali berjalan. Eir menaikkan bahu, sekarang berinisiatif untuk berjalan di samping Regina. Mereka sudah sampai di sisi trotoar yang syarat pejalan kaki, berjalan beriringan tidak akan mengganggu orang lain.

"Nggak lagi kok. Sudah 6 bulan 'kan aku disini." Ia menggembungkan sebelah pipi, masih saja dianggap anak kecil, ya.

"Ingat nggak waktu itu kita ketemu copet di perempatan depan?"

Regina menunjuk jalan di depan, tempat bangunan tinggi terpisah membagi Distrik 18 menjadi empat bagian: daerah padat gedung, daerah dengan toko-toko menjamur, daerah pemukiman, dan daerah perkantoran.

Eir menyipitkan mata sejenak. Mereka ada di sisi daerah pertokoan, jalanan terasa penuh dengan teriakan orang-orang mengumandangkan diskon makanan pada jam makan siang, atau diskon kilat di toko-toko baju dan butik. Trotoar tersebut memang agak sepi terutama di dekat pertemuan antara empat jalan, entah kenapa. Transisi antara kebisingan dan keheningan kadang membuatnya pusing sendiri.

"Waktu itu aku belum tahu jalan," ucap Eir. "Kalau misal sekarang ada copet, aku—"

"COPEEEET!"

Oh, tidak. Baru saja ia bilang.

Mereka dengan sengaja membuka jalur ketika seseorang dengan topi hitam dan hoodie hitam berlari tergopoh-gopoh dengan tas tangan di tangannya. Ia segera berbelok ke arah gang sebelum perempatan besar, sementara wanita pemilik tas tangan itu terengah-engah di belakang mereka, tidak mampu mengejar sosok tersebut. Eir sudah mengingat profil orang tadi dengan seksama: bentuk tubuh kekar dan maskulin, tinggi sekitar 175 sentimeter, berpakaian hitam terkecuali celana jins dan sepatu kets putih, ia tidak akan keluar dari area gang sempit di dekat pertokoan dalam karena teriakan peringatan barusan.

"XII."

"Kamu cegat saja di depan, IX."

"Oke."

Dan dengan begitu saja—tanpa rencana awal, tanpa banyak kompromi—mereka segera bersiasat terhadap si pencopet. Akan tetapi kini, Eir tersenyum sempurna – ia sudah hafal jalanan sekitar sini, ia hanya butuh mengarahkan si pencopet ke tempat Regina menunggu.

"Copet!"

Eir mulai menarik perhatian si pelaku yang kelabakan dengan teriakan. Sesekali pencopet itu melihat ke arah belakang, seraya mencoba terus menambah jarak di antara mereka. Seperti yang ia duga, si copet mengambil jalan menuju ke arah akhir gang-gang pertokoan. Walau begitu, ada trik kecil yang bisa ia lakukan untuk mengacaukan jalur, seperti menembakkan api ke arah kanan pelaku sehingga ia akan berbelok ke kiri.

Bisa saja ia berlari melampaui si copet, tapi, eh, bersenang-senang sedikit lebih menyenangkan, bukan? Toh, toko-toko di gang ini hanya buka saat malam.

Dengan lihai, Eir memfokuskan api kecilnya untuk menembak ke arah kaki kanan si pencopet. Si pelaku tampak kewalahan mendapati panas menuju arahnya, walau ia menghindar tepat waktu. Sesuai keinginan Eir, si pelaku segera berbelok ke kiri, ke arah rahasia untuk memotong jalan ke area perkantoran.

"Copet!"

Eir menyalak sekali lagi, dan si pelaku semakin memacu kakinya untuk pergi. Ia sudah dapat melihat ujung gang, dan semakin si pelaku dekat dengan cahaya di belantara gelap gang, semakin senyumnya terkembang.

Suara yang ditimbulkan ketika Regina dengan santai menjegal si pelari yang pontang-panting sangatlah menyenangkan, KRAK. Begitu indah untuk melihat aplikasi ilmu fisika di mana aksi akan dibayar tuntas dengan reaksi pada benda bergerak dan benda mati. Regina hanya berdiri di sana, seakan-akan tidak bersalah. Dengan bantuan kekuatan Hermit mengamplifikasi kekuatan sisi tubuhnya, si pelaku segera menghantam Regina dan segera terpental ke belakang, seakan ia menubruk tembok. Tas tangan yang ada di genggamannya melayang percuma, sementara ia tersungkur tak sadarkan diri dengan wajah penuh memar.

"Ups." gumam Regina pelan. "Untung koban cuma dua gedung dari sini, kita bisa menyeretnya dengan mudah~"

"Itu sudah rencanamu, 'kan," Eir menaikkan bahu, masih nyengir lebar. "Tapi kamu yang lapor ke Miss Marina, ya?"

"Dia sudah naik pangkat sekarang jadi kepala kantor sekarang, bukan pesuruh yang patroli kota lagi," Regina terkekeh. "Marina palingan geleng-geleng saja pas kita nyetor copetnya ke kantor polisi."

"Ayo cepat, nanti kita kelamaan ke Guild."

"Santai, XII, santai."


Enam bulan yang lalu, mereka dihadapkan oleh seorang pegawai patroli yang bernama Marina ketika menyerahkan copet kepada pihak berwajib. Enam bulan kemudian, di keadaan yang hampir mirip, mereka lagi-lagi menyerahkan pelaku, namun Miss Marina kini telah memiliki beberapa bintang tambahan di seragam polisinya. Polisi dengan surai hitam cepak dan bekas luka melintang di pelipis mata kanannya itu menyembur kopinya ketika Regina dan Eir masuk ke pelataran kantor polisi resor Distrik 18 sambil menyeret orang.

Kebetulan, lobi kantor kecil itu sedang tidak ramai oleh orang-orang yang melaporkan kejadian-kejadian tertentu di kala siang. Eir pernah melihat korban tabrak lari ditolong di sana enam bulan yang lalu ketika Regina mengobrol dengan Marina dan atasannya di kala itu. Kantor tersebut hanya terdiri atas satu lantai dan satu ruangan tambahan untuk melayani masyarakat yang ingin melapor. Regina hanya menarik si pelaku ke arah kursi panjang tempat orang-orang biasa mengantri, membiarkan dia tersungkur di atas lantai kotak-kotak putih dengan sandaran kaki kursi, sementara Eir menunjukkan tas tangan barang bukti ke hadapan Miss Marina. Hanya tangan Eir yang menggunakan sarung tangan, jadi Regina menyuruhnya untuk memegang tas barang bukti.

"Lagi?" seru Marina seraya menurunkan topinya dan menaruh kopinya di atas meja depan. Ia memijat batang hidungnya. Ada polisi lain yang tengah berjaga segera mengamankan pelaku barusan tanpa bertanya, wajahnya tampak pucat melihat Marina meliriknya dengan tatapan tajam.

"Aku rasa para polisi patroli di sini cukup tidak berguna melihat masyarakat sipil mengamankan copet."

Regina mengibas tangannya. "Kebetulan saja kok~ dan kita bukan masyarakat awam~"

"Ya, tapi," Marina berkelit. "Reputasi kami bisa buruk kalau mereka tahu ada agen Arkana mengamankan pencopet."

"Tenang saja, tenang. Aku akan mengisi formulir kesaksian hari ini," Regina mengedip. "Nggak perlu lama-lama interogasi, ya, Marina? Kami lagi ada kerjaan."

"Ya, ya. Ikut aku ke ruangan. Partnermu biar menunggu saja di luar." Marina menunjuk ruangan di samping kanan mereka. Regina memberi Marina satu jempol, kemudian ia memberi gestur dengan telunjuknya kepada Eir untuk duduk di kursi tunggu.

Enam bulan yang lalu pun, Eir melakukan hal yang sama, mendengarkan huru-hara obrolan Regina dengan Marina dari balik kaca ruang tunggu seraya menanti. Alih-alih mereka adalah teman lama, Regina dengan mudah memulai pembicaraan dengan petugas kepolisian yang pertama kali ia temui. Sekarang mungkin mereka sudah lebih saling kenal, tetapi sifat supel Regina selalu membuat Eir takjub.

Seniornya itu memang pemalas, senang tidur, menjalankan semuanya dengan iramanya sendiri, sekilas seperti cuek dan tidak perduli ... akan tetapi Regina selalu bisa berpikir cepat dan dapat diandalkan di segala situasi, seakan ia memiliki cara sendiri untuk memutar kemauan orang di sekitarnya atau bahkan kemauan dunia sekalipun. Salah satu dasar kekuatan Hermit, yang Eir tahu, memang berkaitan dengan hati manusia, walau Eir tidak tahu apakah spektrum itu berupa emosi, atau kehendak dan cara berpikir. Ia tidak tahu kalau-kalau Regina bisa memutarbalikkan keinginan orang lain, selain ia dapat membaca keadaan dengan mudah. Eir tidak pernah bertanya dan tidak ingin tahu terlalu banyak.

Juga, kalau mengingat bahwa Regina adalah satu-satunya yang selamat dari musibah yang dinamakan 'Perang Arkana Terakhir'; semakin banyak pertanyaan yang muncul di benak Eir.

Ia membuka ponselnya ke direktori berita dan data yang sengaja ia rangkum ke dalam satu file untuk dibaca, salah satunya adalah tentang Perang Arkana Terakhir.

Yang ia tahu dari banyak berita hoaks dan segala intrik-intrik konspirasi yang bisa orang-orang munculkan, 'Perang' ini menewaskan banyak orang dan 'Perang' ini hampir tidak memiliki penggagas. Seperti sebuah fenomena alam gempa bumi atau banjir bandang, kejadian ini berada seperti kuasa Tuhan, walau banyak bukti-bukti menunjukkan keterlibatan benda-benda sihir dan campur tangan beberapa pengguna Arkana yang tidak terbatas pada agen-agen Arkana mayor, namun juga satuan tugas yang berupa Arkana-Arkana minor.

Sebatas itu, segalanya adalah misteri. Tidak ada yang tahu awal segalanya dimulai. Tidak ada yang tahu akhir kejadian tersebut selesai. Tidak ada apapun di antara awal dan akhir. Tidak ada korban yang utuh. Tidak ada mulut yang bersaksi. Tidak ada yang melantunkan kejadian yang menghancurkan sepertiga daerah ini. Tidak ada.

"Ada apa, Eir? Serius banget kayaknya."

Eir terkesiap, sementara wajah Regina ada di hadapannya, hampir saja ponsel itu lepas dari genggaman atau malah terbang ke wajah seniornya. Regina hanya terkekeh melihat bahwa ia berhasil mengagetkan si junior. Wajahnya sangat, sangat dekat, Eir dapat merasakan urai nafasnya dan ejaan tawanya.

"Sudah selesai?"

"Sesuai janji Marina, aku cuma perlu isi formulir kesaksian. Tanpa interogasi." ucap Regina.

Eir melirik ke arah dalam kaca, melihat Marina mengerutkan dahi seraya ia memasukkan isi formulir yang ditulis oleh Regina ke layar komputer kepolisian untuk pemrosesan data. "Oh, oke."

"Ayo cabut," ia mengulurkan tangannya. "Kita ... bisa bahas soal itu nanti."

Eir mengedip beberapa kali. Matanya kembali ke arah ponsel, lalu ke tangan Regina yang terbuka dan senyumnya yang sederhana.

Oh, dia melihatnya, ya, soal Perang Arkana Terakhir, batinnya. Namun, Eir tidak berucap apa-apa soal isi ponselnya atau rasa ingin tahunya. Regina tampak seperti biasa; kalem, santai, Eir tidak tahu jalan pikirannya saat ini.

"Kalau itu maumu, IX." Balasnya. Ia menggapai tangan tersebut dan mereka beranjak pergi.


Dari perempatan, tidak jauh lagi perjalanan mereka menuju kompleks berbentuk lingkaran yang terletak jauh dari jalan utama dan wilayah pemukiman. Guild terletak di sebuah lahan landai yang dikelilingi oleh bukit-bukit batu bekas penggalian tambang entah puluhan tahun silam. Gedung Guild berupa bangsal dengan beton kokoh dan berbentuk seperti segi enam, dengan enam bagian berbeda untuk orang luar bisa akses asal mereka memiliki kunci arsip.

Laporan atau data misi yang telah diolah untuk kantor cabang SPADE ambil selalu datang dari Guild. Bila Selena tidak sibuk, biasanya ia akan mengambil data itu sendiri, atau ia akan menyuruh Anne. Entah kenapa, bila Selena menyuruh Regina ke sana, Eir harus turut serta bersamanya. Mungkin sekedar agar Eir sebagai anggota baru paham atas sistem di Guild, sehingga ia bisa datang sendiri di kali lain.

Pagar utama dan area-area menuju ruangan utama berupa dinding elektronik yang memindai orang yang akan datang dan pergi. Dinding ini akan menunjukkan jalan apabila orang yang datang memenuhi kriteria tertentu, seperti bagaimana Eir dan Regina terdaftar sebagai agen Arkana yang aktif di Distrik tersebut, atau orang yang bekerja di pemerintahan setempat. Tidak sembarang orang bisa masuk ke sana, dan dinding itu akan mengunci sempurna dan membunyikan peringatan apabila ada orang yang berusaha masuk dengan paksa, entah dengan sistem retas maupun cara-cara ilegal lain.

Ketika mereka telah memasuki level 1 dari tiga level dinding Guild, ponsel Eir berbunyi.

"Ini dari Nona Anne."

"Angkat saja, jangan lupa di loudspeaker." Regina mengangguk.

Eir mengakses hologram dari ponselnya untuk membuka pembicaraan tersebut. Anne tidak menampilkan foto di sisi lain layar, tetapi ada suara bising seperti noise statis yang terjadi ketika Eir menjawab panggilan.

"—Eir, Regina. Menjauh dari gedung Guild! Aku baru saja mendeteksi potensi ledakan!"

Sayangnya, peringatan itu datang terlambat. Yang Eir ingat sebelum cahaya dan gemuruh reruntuhan menyambar inderanya, adalah Regina yang meneriaki namanya, kemudian melompat untuk melindunginya dari arah hantaman ledakan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro