4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Habis mandi sama makan, terus rebahan." Ucap Askara

"Okeee."

"Yaudah babai sayangg !"

"Tiatii, nanti chat kalo udah sampe rumah. Babaiii jelekk!" Ledek Arumi

"Bilang apa barusan ? Coba ngomong lagi." Ucap Aska sambil mendekatkan telinganya pada Arumi

"Babaii jelek !" Ulang Arumi sambil memeletkan lidahnya

"Nakal yaa, rasain nih rasain !" Ucap Aska sambil menggelitiki perut Arumi

"Ahahahha ampun ampun, nyerah nyerah ahahahah." Tawa Arumi menahan gelitikan dari Aska

"Bilang Askara ganteng dulu, baru aku lepasin." Ucap Aska

"Ahahahha iya iya Askara ganteng diliat dari sedotan 5 meter. Ahahahhah iya iyaa bercanda, sayangnya aku ganteng banget pokoknya no kecot no debat ahahahah."

Barulah Askara melepaskan Arumi yang nampak terengah.

"Gitu lagi gak aku ampunin, aku gelitikin sampe kamu ngompol ahahahahha." Ucap Aska

"Ga takut wlee, gak takut."

"Awas kamu yaa, aku tandain."

Arumi memeletkan lidahnya pada Askara yang terlihat pura - pura kesal.

"Yaudah gih pulang."

"Ooo setelah bilang aku jelek, sekarang aku diusir. Oke fine." Ucap Askara sambil menyalakan motornya

"Bukan ngusir, kan emang kamu tadi udah pamit mau pulang."

"Oiya ya, yaudah assalamualaikum cantik." Ucap Aska sambil melambaikan tangannya pada Arumi

"Waalaikumsallam ganteng." Balas Arumi

Motor Askara sudah tidak terlihat dari pandangan Arumi.

Arumi pun berjalan masuk kedalam rumah. Namun, belum sempat ia melangkah jauh, terdengar suara klakson di depan rumahnya.

Tin..tin..

Arumi berbalik, dan menjumpai Ansel ada didepan rumahnya.

Arumi terbelalak, karena kehadiran Ansel yang tiba - tiba.

"Lo ngapain kesini ?" Tanya Arumi sambil celingukan

"Cuma pengen lewat aja."

"Arah rumah lo sama gw beda."

"Terus ? Terserah gw kan, mau lewat mana aja ?"

"Nyebelin banget sih lo !" Ucap Arumi

Keduanya sama - sama terdiam.

"Nih, tadi pas di jalan gw ga sengaja liat ada yang jual molen bakar. Gw inget kalo lo suka makan itu, makanya gw beli dan anterin kesini." Ucap Ansel sambil menyodorkan sekantong plastik yang sudah berisi banyak molen bakar

Arumi bukannya menerima pemberian Ansel, malah hanya melirik kantong plastik dan wajah Ansel bergantian.

"Cepet ambil !"

"Gw kan ga minta beliin."

"Gw yang mau ngasih."

"Gw udah ga suka molen bakar." Jawab Arumi

"Kenapa ?" Tanya Ansel karena seingatnya Arumi paling suka makan molen bakar ini

"Ga suka aja."

"Lo tuh suka banget sama jajan ini. Ambil !" Ucap Ansel kembali menyodorkannya pada Arumi

Arumi masih terdiam, sampai Ansel yang menyerahkannya pada tangan Arumi sendiri.

"Makan. Jangan dibuang." Ucap Ansel

"Lo ngapain masih bersikap kayak gini ke gw ?" Tanya Arumi heran

"Salah ?"

"Salah lah. Dulu lo bilang, gw harus move on dari lo. Dan ya, sekarang gw udah bisa ngelupain lo. Terus buat apa lo bersikap kayak gini, hah ?"

"Kita bisa jadi teman bukan ?" Tanya Ansel balik

"Sumpah yaa, gw tuh udah gamau berurusan sama lo lagi. Lo bisa gak sih, jangan kayak gini ?! " bentak Arumi

"Kalo memang lo udah move on dari gw, harusnya lo ga keberatan gw kayak gini. Wajar kan sikap gw yang menganggap lo sebagai temen gw sekarang ?"

"Astagaa Ansel ! Gw udah punya Askara, dan gw gamau dia salah paham." Ucap Arumi

"Dari awal bukannya memang lo manfaatin dia buat ngelupain gw ? Lo tuh gak bener - bener cinta sama dia Ar. Dari awal, lo emang udah nyakitin Askara." Ucap Ansel

"Mending lo pulang sekarang !" Bentak Arumi

"Oke gw balik." Ucap Ansel kemudian melajukan motornya meninggalkan Arumi yang masih diam mematung

***

Askara 🫶

Halo sayang, aku udah sampe. Mau bersih-bersih dulu.

Arumi membaca notifikasi baru di ponselnya.
Kemudian ia menghela napas gusar.

"Darimana Ansel tau cobak ? Tapi sekarang gw emang beneran sayang sama Askara." Gumam Arumi

"Hidup gw udah tenang adem ayem, sekarang malah bergemuruh lagi. Kenapa sih lo harus dateng lagi An ?!"

Tok..tok..tok..

"Dek ? Ini molen bakar punya siapa ?" Tanya Bunda

Arumi terbelalak, lupa jika molen bakarnya ia taruh begitu saja di meja makan.

"Makan aja bun, tadi gasengaja ketemu penjual molen bakar di jalan."

"Ohh yaudah Bunda makan ya, banyak banget belinya."

"Iya bun, kasian tadi belum laku sama sekali dagangannya."

"Yaudah Bunda bawa keruang tv yaa ?"

"Iya bun."

Sepeninggal Bundanya, Arumi mengusap wajahnya kasar.

"Kenapa gw harus bohong sih ? Makin ribet kan jadinya. Bego bego !"

"Mandi aja deh, biar pikiran gw tenang."

Sebelum mandi, tak lupa ia membalas pesan dari Askara.

Yaudah. Aku juga mau bersih - bersih. Nanti lagi yaa.

Arumi pun segera menuju kamar mandinya.

***

"Dek, besok keluarga Naren mau kesini." Ucap papa saat Arumi baru saja memasuki ruang tv

"Ngapain pa ?"

"Loh kamu ini bagaimana ? Kan keluarga mereka sudah lama tidak berkunjung kemari."

"Ohhh."

"Kata papa Naren, kamu sekelas sama Naren ya ?" Tanya Papa

"Iya dek ? Kok kamu gak cerita ?" Tanya Bunda pada Arumi

"Hmm iyaa gitu, sekelas. Baru masuk kemaren." Jawab Arumi malas

"Nahh ketemu teman lama dong." Ucap Papa

"Berarti Askara juga kenal dek ?" Tanya Bunda

Arumi hanya mengangguk singkat.

"Kapan - kapan ajak mereka berdua makan disini ya dek ? Nanti bunda masak yang banyak." Ucap Bunda antusias

Arumi terbelalak atas ucapan Bunda yang menyuruhnya mengajak mereka berdua kerumah.

Arumi saja tidak ingin Askara tau bahwa ia mengenal Ansel sejak awal. Ini malah Bundanya menyuruh Arumi mengajak mereka berdua kerumahnya.

Hell. No.

Itu tidak mungkin Arumi biarkan terjadi.

"Sekalian saja besok Naren kan pasti ikut kemari bersama keluarganya. Nah Askara kamu ajak mampir sini juga pulang sekolah. Gimana bun ?" Tanya Papa pada Bunda

"Ide yang bagus. Bunda setuju."

"Nggak nggak ! Arumi gak setuju !"

"Loh kenapa gitu ?" Tanya Papa

Arumi menghela napas sebelum menjawab,
"Pokoknya Askara gak boleh tau kalo Arumi itu udah kenal sama Ansel dari awal."

Papa dan Bunda Arumi terkejut mendengar ucapan dari anak semata wayangnya itu.

"Kamu gak cerita sama Askara ?" Tanya Bunda

Arumi hanya menggeleng dan tertunduk lesu.

"Nanti kalau salah paham gimana ? Mending kamu cerita secepatnya sama Askara." Saran Papa

"Iyaa Arumi bakalan cerita, tapi nggak sekarang."

"Papa nggak pernah ngajarin kamu buat kayak gini ya dek. Papa gamau kamu sama Askara sampai berantem karena salah paham."

"Iya, kasian Askara nanti. Duhh calon mantu Bunda. Kalo enggak, biar Bunda aja yang cerita." Ucap Bunda

"Astaga Bunda nih ngapain ikut - ikut hubungannya anak muda ? Biarin Arumi nyelesain sendiri sama Askara. Papa gamau tau, kamu harus udah cerita sama Askara paling lambat 2 hari dari sekarang."

"Ada batas waktunya gitu Pa ?" Tanya Bunda

"Iya biar tepat waktu, gak ditunda - tunda terus."

"Papa sama Bunda nihh kenapa sih lebih sayang Askara."

"Calon mantu yang paling ganteng sama baik tuh ya Askara. Bunda gamau ya, kamu sampe putus terus pacaran sama orang lain."

"Astagaaaaa." Teriak Arumi

Memang sesayang itu Papa dan Bundanya pada Askara.

Askara ? Kamu beruntung.













Next ?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro