Bab 26 : UAS

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari ini UAS. Aku tidak menyangka saat ini akan datang juga. Waktu di mana aku bisa membuktikan pada semua orang kalau aku bukan seperti yang mereka pikirkan, khususnya pada Arennga. Aku akan menjadi orang yang patut diperhitungkan.

Sedari pagi, aku sudah tidak sabar. Bukan karena persiapanku sudah matang, tetapi lebih karena membayangkan tidak lama lagi aku bisa membakar pantat orang sombong itu seutuhnya.

Aku datang lebih pagi dari biasanya. Kelas bahkan baru diisi oleh beberapa orang. Sambil menunggu waktu ujian dimulai, kuputuskan untuk belajar sedikit lebih dahulu. Tidak ada salahnya menyegarkan otak, bukan?

Waktu berjalan cepat. Tidak terasa sudah banyak orang-orang yang mengisi kelas. Aku terlalu fokus sampai tidak sadar keadaan sekeliling.

"Kau terlihat sangat bersemangat!" sapa Anastasia ketika datang, diiringi pukulan di punggungku.

Aku tersentak. "Kebiasaan!"

"Kau sudah yakin bisa mengalahkan Arennga kali ini?" tanya Anastasia berbisik. Ia melirik ke sekeliling memastikan tidak ada orang yang dimaksud.

"Harus," aku meyakinkan.

"Siapa yang kau maksud?" Suara lelaki. Kami menegang. Arennga datang di saat yang sangat tidak tepat.

Aku memicing. Pandangan kami saling bertemu. "Bukan urusanmu," jawabku dingin. Namun, ketegangan di antara kami sudah memicu sesuatu yang jauh lebih panas dari api.

"Oh, sudahlah, kalian berdua!" Anastasia menengahi. "Tidak bosan apa kalian terus-terusan saling membenci satu sama lain?"

Kami berganti melihat Anastasia.

Gadis itu gagal menjadi penengah. Sebagai gantinya, bel masuk yang berhasil. Aku dan Arennga memutus kontak mata. Lelaki itu lantas pergi ke tempat duduknya. Tak lama kemudian, seorang guru masuk.

"Ayo, semua duduk, Anak-anak," kata Pak Dereck selaku koordinator UAS kelas kami.

Pak Dereck kemudian mempersiapkan berbagai hal sebelum memulai penjelasannya mengenai UAS. Mulai dari daftar nama sampai koneksi proyektor hologram.

"Sebelum kita memulai UAS, Bapak akan menjelaskan bagaimana peraturan yang berlaku," jelas Pak Dereck memulai. "Ujian Akhir ini berbentuk survival. Itu artinya kalian harus bisa bertahan hidup sampai akhir. Akan ada seratus orang dalam satu arena nanti. Semua kelas Scienta akan berada dalam satu arena. Hasil akhir nanti akan menjadi acuan peringkat paralel. Ada pertanyaan dahulu sampai sini?"

Aku melihat sekeliling, memastikan akan berasal dari mana sebuah pertanyaan muncul. Namun, sepertinya belum ada pertanyaan untuk saat ini.

"Baiklah, kalau tidak ada, Bapak akan lanjutkan." Pak Dereck memunculkan sebuah peta hologram yang cukup besar. Melayang di depan kelas dengan posisi diagonal sehingga semua murid dapat melihatnya dengan jelas.

"Tujuan dari ujian ini adalah untuk mendapatkan pemenang tunggal yang akan menjadi juara umum. Caranya, setiap orang akan memperebutkan nilai dari orang lain. Maksudnya, pada awal masuk arena kalian akan mendapatkan hit point avatar kalian berdasarkan jumlah nilai yang telah didapat selama satu semester. Setiap orang akan mendapatkan nilai keseluruhan dari orang yang kalah. Selain itu, kalian juga bisa mendapat nilai tambahan dari soal-soal yang telah tersebar di seluruh arena. Oh, iya, strategi juga sangat penting dalam ujian kali ini. Karena tujuan akhir dari ujian ini adalah 'orang yang dapat bertahan sampai akhir'."

"Ada pertanyaan?"

Seseorang mengangkat tangan. "Bukannya itu terkesan tidak adil? Orang yang sudah susah payah mendapat nilai bisa saja kalah telak oleh orang yang hanya duduk diam menunggu kesempatan."

Bapak Dereck mengangguk. "Seperti yang Bapak bilang, kunci dari ujian ini adalah strategi. Meskipun, Bapak ragu orang yang hanya duduk diam tanpa berbuat apa-apa dapat mengalahkan orang yang sudah mengumpulkan banyak poin. Terlepas dari dia pintar atau tidak. Lebih baik mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya sebelum melawan 'boss' terakhir. Iya, 'kan?"

"Ada lagi?" Jeda, hening. Semua mata saling tatap. "Okey, kalau tidak ada, Bapak akan melanjutkan." Bapak Dereck memutar-mutar peta hologram yang ada. "Arena UAS berbeda dari arena ujian yang lain. Karena membutuhkan ruang yang besar untuk menampung seratus siswa sekaligus, maka arena dibuat di bawah tanah untuk menghemat tempat."

Arena ujian yang Bapak Dereck maksud berbentuk seperti perpaduan hutan, area pegunungan berbatu, padang rumput berbunga, sungai disertai air terjun dan tebing. Semua menyatu dalam satu lanskap.

"Nanti, kalian akan disebar di beberapa area secara acak. Waktu hanya akan berakhir bila sudah tersisa satu orang saja. Jadi, kalian tidak perlu terburu-buru. Namun, kalian juga tidak ingin berlama-lama di sana, 'kan?"

Mana sudi aku terus menerus di sana. Hal yang harus aku lakukan adalah mengalahkan Arennga. Akan tetapi, hal itu sangat tidak mudah. Aku tahu itu. Arennga orang yang ambisius. Lagi pula, aku sudah bilang akan menjadi juara umum. Itu artinya, mengalahkan laki-laki itu sama saja mengejar peringkat pertama. Bertele-tele, ya, cara pikirku kalau diperhatikan?

Oke, lupakan.

Bapak Dereck bertanya lagi. "Ada pertanyaan lain?"

"Kalau ingin ke kamar mandi bagaimana?" tanya seorang laki-laki dari arah belakang. Sepertinya pertanyaan itu sudah pernah diajukan di ujian yang lalu.

"Sama seperti ujian-ujian yang lain, akan ada kata kunci yang dapat digunakan untuk keluar. Tetapi, bila dalam waktu satu jam tidak kembali, peserta akan dinyatakan gugur. Jadi, usahakan kalian jangan sembelit, ya!"

Jawaban dan nasihat yang bagus, Pak.

"Oke, ada lagi yang ingin ditanyakan? Baiklah, kalau tidak ada yang ditanyakan lagi. Bapak akan memberikan detail ujiannya pada kalian." Pak Dereck melakukan sesuatu dengan layar hologram di depannya. Sesaat kemudian, tangannya seperti menyebarkan sesuatu. Bunyi-bunyi notifikasi pesan masuk saling bersahutan setelahnya. "Silakan baca selama lima menit."

Aku membaca detail itu secara saksama. Kebanyakan sudah dibahas oleh Pak Dereck dan Bu Mia. Selain rincian poin yang didapat bila mengerjakan soal-soal tambahan, tidak ada lagi yang penting.

"Kalau sudah selesai, ayo, kita mulai ujian ini!"

...

Setiap kelas ditempatkan di ruangan yang berbeda di gedung ujian. Kami berada di ruangan yang kosong melompong berwarna putih bersih. Tidak ada apa pun, bagaikan kanvas yang siap untuk dilukis.

Sebuah suara datang dari entah mana. "Kita akan mulai perpindahan tempat. Jadi, mungkin kalian akan merasakan motion sicknes untuk beberapa saat. Persiapkan diri kalian."

Awalnya aku tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan. Namun, setelah lantai di bawahku bergerak ke bawah seperti lift dengan cepat, aku jadi mengerti. Seperti kata Pak Dereck, ruangannya ada di bawah tanah.

Hal yang tidak kuduga selanjutnya adalah kemunculan cahaya putih menyilaukan yang tiba-tiba. Sekejap muncul, sekejap hilang. Kemudian aku sudah berada di tempat yang berbeda. Teman-temanku lenyap entah ke mana. Hanya aku sendiri.

Apa ini teleportasi?

Kulihat sekeliling, memastikan tempatku berada. Sepertinya aku berada di pinggiran hutan. Pohon-pohon tinggi rapat di belakangku, sementara padang rumput hijau kekuningan membentang sejauh mata memandang. Bebatuan di beberapa titik disertai pohon dengan kanopi lebar berbatang kurus. Sabana, seperti tempat para singa berburu zebra dan antelop.

Langit biru cerah tanpa awan. Aku bahkan harus memicing saat memandang ke langit saking teriknya. Ini di bawah tanah, tetapi pihak sekolah benar-benar bisa mengimitasi lingkungan luar dengan sangat baik.

Aku memutuskan untuk mulai, tetapi baru beberapa langkah kakiku terhenti karena menabrak sesuatu yang transparan. Ada penghalang. Sebuah tanda peringatan muncul. Layar hologram dengan penghitung waktu.

[SATU MENIT MENUJU UJIAN DIMULAI]

00:00:59

00:00:58

00:00:57

00:00:56

00:00:55

.

.

.

Selama aku menunggu, kupikirkan strategi apa saja yang harus dilakukan agar semuanya efektif. Mendapat nilai yang tinggi sekaligus mengalahkan Arennga dalam satu kali pertemuan (aku tidak ingin ada duel lanjutan sebenarnya, walaupun aku akan merasa puas karena bisa menghajar lelaki itu dua kali).

Bu Mia bilang agar aku mengumpulkan nilai dahulu sebanyak-banyaknya sebelum memulai duel agar rasio kemenangan semakin tinggi. Akan tetapi, aku tidak yakin masih memiliki kekuatan untuk menghadapi Arennga nanti di akhir. Apa yang harus kulakukan? Mengumpulkan nilai seadanya sambil menunggu kesempatan yang tepat? Tunggu dulu, aku baru ingat kalau Anastasia juga mengincar posisi pertama. Itu artinya gadis itu juga menginginkan untuk mengalahkan Arennga karena laki-laki itu pasti sudah berada di puncak. Tidak, itu tidak boleh terjadi. Itu artinya, aku harus menemukan Arennga terlebih dulu. Harus. Bagaimanapun, aku tidak ingin melawan Anastasia.

.

.

.

00:00:03

00:00:02

00:00:01

00:00:00

[UJIAN DIMULAI!]

-oOo-

A/N

Semoga menghibur!

Diterbitkan: 6-3-2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro