D u a p u l u h d u a

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

22. Penyesalan

"Den, boleh Bibi bicara sama Kiara berdua?"

Kenzie yang saat itu tengah menatap Kiara, langsung mengalihkan pandangannya ke arah Bi Dedeh yang berada di ambang pintu.

Cowok itu menatap Kiara sebentar, ia mengangguk setelahnya. "Boleh, Bi," jawabnya tak rela.

Kenzie dan juga Rara akhirnya memilih keluar. Namun, Kenzie tak benar-benar menjauh dari ruangan.

Ia berdiri di tembok samping pintu.

"Ra, kayaknya keputusan Ibu buat bawa kamu pergi salah."

"Maksud, Ibu?"

Bi Dedeh mengusap rambut Kiara pelan. "Ibu lihat, Den Kenzie dari kemarin murung. Dia juga merasa bersalah banget sama kamu, tadi Ibu lihat … dia juga bener-bener menyesal, Ra."

"Coba kamu inget-inget apa aja yang udah suami Kamu korbanin buat kamu? Masa depannya, masa mudanya, sekolah dia berantakan demi menikah sama kamu."

"Kamu inget?"

Kiara diam. Apa yang Ibunya katakan benar. Rara juga sudah menjelaskan padanya, Kenzie tidak salah. Walaupun ia sempat terpancing, tapi ia dengan cepat menghentikannya.

"Tapi—"

"Apa Den Kenzie pernah main tangan, Ra?"

Kiara menggeleng. Kenzie bukan cowok seperti itu.

"Ibu yakin kamu tahu jalan mana yang harus kamu pilih, Ra."

Kiara mengigit bibir bawahnya. Ia masih terlalu remaja, pikirannya masih labil. Di dalam dirinya juga selalu muncul rasa takut ketika mengambil keputusan.

Tak pernah berpikir panjang juga. Kiara yakin, kebanyakan remaja seperti itu.

"Tapi, Kenzo gak suka sama Kiara, Bu. Dia selalu nyalahin posisi Kiara, Kiara gak pernah minta ada di situasi kayak gini. Kenapa kebahagiaan gak pernah berpihak sama Kiara, Bu?" Kiara mengigit bibir bawahnya.

Gadis itu menunduk. "Ra, Allah gak akan ngasih cobaan sama hambanya di luar batas kemampuan. Allah tau Kiara kuat."

Di luar sana, tangan Kenzie terkepal. Kenzo, adiknya itu diam-diam membuat permasalahan Kenzie dan juga Kiara semakin kacau.

Kenzie hendak pergi. Namun, Rara menahan tangannya. "Mau ke mana?"

"Lepas, Ra. Gue harus ngomong sama Kenzo."

Rara menatap punggung Kenzie yang mulai menjauh.

Ia harus mulai merelakan Kenzie. Cowok itu benar-benar sangat mencintai Kiara.

Rara juga tak pernah melihat Kenzie berantakan seperti sekarang.

Dan Rara paham, tak semua sesuatu yang ia perjuangkan akan berakhir bahagia. Mungkin, Tuhan sudah menyiapkan kebahagiaan yang lain untuknya.

***

Kenzie masuk ke dalam rumahnya dengan tidak sabaran. Cowok itu tanpa aba-aba mencengkeram kerah baju milik Kenzo.

"Ngomong apa lo sama Kiara, Bangsat?!"

"Zi!" Ayla mendorong Kenzie. Gadis itu menarik Kenzo dan berdiri di depannya.

Kenzie terlihat begitu emosi. "Bisa gak, lo gak usah ikut campur urusan rumah tangga gue sama Kiara? Lo itu masih kecil, lo gak akan ngerti urusan kayak gitu."

"Gak usah sok tahu. Gue selama ini diem liat lo yang selalu nyudutin Isteri gue."

"Gue gak tau apa yang keluar dari mulut lo itu buat kiara. Yang jelas, omongan lo itu nyaris bikin gue sama Kiara pisah!"

Ayla menatap Kenzie dan juga Kenzo secara bergantian. "Lo ngomong apa sama Kiara, Zo?"

"Gak ada! Gue cuman mau dia tau diri aja. Gue gak suka dia jadi manusia yang sok paling tersakiti."

Kenzie hendak mencengkeram kerah Kenzo. Namun, Ayla menahannya. "Lo diem!" Ayla menunjuk Kenzie.

Gadis itu kembali menatap Kenzo. "Lo itu masih kecil, Zo. Seandainya kalau gue yang ada di posisi Kiara, gue dimaki-maki sama keluarga suami gue, apa lo terima? Sedangkan posisinya gue sama sekali gak salah."

Kenzo diam. Ia hanya Sayang Kenzie, ia tidak suka ketika orang lain menyakiti Abangnya.

"Diem kan lo?"

"Gue minta sekarang lo ikut gue sama Kenzie. Lo minta maaf sama Kiara." Ayla menarik lengan Kenzie dan juga Kenzo untuk berangkat menuju rumah sakit.

Di lain tempat, dengan bujukan Ibunya, Kiara akhirnya mendapat keputusan.

Ia janji ini yang terakhir, jika suatu saat terjadi lagi, Kiara benar-benar akan mencari kebahagiaannya sendiri.

Sudah cukup ia menderita selama ini.

Hanin dan juga Malik baru saja sampai dengan buah-buahan yang mereka bawa.

Mereka tidak tahu menahu soal renggangnya hubungan Kenzie dan juga Kiara. Yang mereka tahu, Kenzie kemarin menangis tapi entah karna apa.

"Udah sehat, Ra?"

"Allhamdulillah, Bu."

"Jangan sedih, kamu harus ikhlas, ya." Hanin mengusap pelan rambut Kiara.

Kiara tersenyum dan mengangguk. Tak lama, sosok Ayla muncul di balik pintu dengan tangan yang menarik Kenzie dan juga Kenzo.

Gadis itu menatap ke arah seisi ruangan yang terlihat heran.

"Ngomong lo." Ayla mendorong Kenzo agar berdiri di samping Hanin dan juga menghadap Kiara.

"Gue minta maaf."

"Yang ikhlas!" sindir Kenzie.

Kenzo berdecak pelan. Cowok itu menatap Kiara lagi. "Gue minta maaf sama omongan gue kemarin. Maaf gue udah sok tahu sama masalah lo dan Abang."

Kenzo tak mendapatkan jawaban apapun dari Kiara. Cowok itu menatap khawatir ke arah Kenzie yang sudah menatapnya tajam.

"Kak, jawab dong. G-Gue beneran minta maaf. Gak lagi, janji."

"Emang kamu ngomong apa sama Kiara?" tanya Malik.

Kenzo menelan salivanya susah payah. Cowok itu menggeleng takut. "B-bukan apa-apa, Pa!"

"Dia sok tahu sama masalah orang," sahut Kenzie.

"Jujur aku sakit hati sama sikap kamu, Zo. Tapi aku juga ngerti kamu kayak gitu karna kamu sayang sama Abang kamu," ujar Kiara.

Kenzo tak berani menatap wajah Malik yang seolah meminta penjelasan.

"Oke! Kenzo ngaku! Kenzo udah maki-maki Kak Kiara. Kenzo nyinggung soal dia yang nikah sama Abang tapi hamil anak orang, dia gak tahu diri."

"Tapi please! Kenzo beneran minta maaf!" Kenzo berlutut di depan Malik.

Kiara menghela napasnya. "Aku maafin kamu. Tapi gak tau kalau Ibuku, aku yakin Ibu pasti lebih sakit hati daripada aku. Kamu tau? Disaat anaknya dihina kayak gitu, seorang Ibu akan merasa sangat gagal mengurus anaknya."

"Kamu denger? Jadi orang gak boleh julit, Zo. Kamu mau kamu dijulitin sama orang? Disaat kamu berperilaku gak baik sama orang, ada sesuatu yang gak baik juga nunggu kamu."

Kenzo berdiri. Cowok itu menundukkan kepalanya. "Minta maaf sama Kiara, Bi Dedeh, sama Abang kamu juga," titah Hanin.

"Bi, Kenzo minta maaf."

"Minta maaf, kalau nanti di ulang lagi buat apa?" sahut Kenzie kesal.

Kenzie tertawa sinis, "Orang bakal ngerasa bersalah kalau dirinya lagi ngerasa diancam, dan dikepung kayak lo sekarang. Padahal dalam hati mengumpat," sambungnya.

Kenzo menunduk. Mungkin, ini yang Kiara rasakan ketika ia menyudutkan gadis itu.

"Bi, Kak, kenzo beneran minta maaf."

"Jangan diulangi lagi," jawab Bi Dedeh.

Kenzo mengembangkan senyumnya. Namun, tertahan kala Kenzie kembali berucap. "Gak usah sok-sok'an bahagia. Gue masih ngawasin lo, kalau sampai lo gitu lagi … jangan harap gue bakal maafin lo gitu aja."

TBC

Gimana part ini?

Semoga pesannya nyampe ya T_T

Ada yang ingin disampaikan untuk Kiara

Kenzie

Kenzo

Kemungkinan, cerita ini hanya akan sampai 25 part ya, sengaja dikit biar gak bosen hihi^^

Btw, masih ada yang menggantung gak? Kalau ada kasih tau ya, biar pas ending selesai semua. Aku tunggu^^

See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro