PESAN ASTARI

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Astari berjalan mengikuti Zulham yang hendak berangkat ke kantor. Pak Idrus jelas sudah sedia di dalam mobil yang hendak dia kendarai. Meski dengan pikiran yang belum tenang karena Astari masih belum tahu dimana keberadaan Malik, tetapi perempuan itu tetap bersikap netral seolah dia mengatahui keadaan Malik di mana. Sejujurnya Astari sadar bahwa Zulham, suaminya itu, sepertinya sudah bisa membaca keresahannya meski serapat apapun Astari mencoba menutupinya.

Ketika sampai di dekat mobil, Astari melihat Rindu ang sedang berjalan menuju ke garasi sepeda motornya di paviliun. Kemudian terlintas ide mengenai keberadaan malik.

"Tunggu sebentar, Pak Idrus. Saya sedang ada perlu dengan Rindu," tanpa menunggu persetujuan Zulham, Astari bergegas menyeberangi halaman belakang untuk mendatangi Rindu yang sudah berkemas hendak berangkat kuliah.

"Rindu?!" seru Astari ketika dirasanya Rindu tak menyadari keberadaannya.

Merasa ada yang memanggil namanya, Rindu mendongak dan mendapati Astari yang bergegas menuju ke arahnya.

"Rindu?" Astari kembali memanggil Rindu dengan suara sedikit lirih agar tak terdengar oleh Zulham. Namun demikian, Rindu terkejut karenana. Bukan hanya karena melihat Astari yang demikian tergesa-gesa mendekatinya seolah ada hal penting yang tak bisa ditunda.

"Ya, Bu? Kok ibu yang kesini? Saya bisa datang ke rumah besar jika ibu ada perlu sama saya, Bu," Rindu menyapa santun.

Dengan napas sedikit terengah, Astari tersenyum. Perempuan itu menggeleng demi meredam rasa bersalah yang muncul di hati Rindu. "Tidak perlu, Rindu. Kebetulan memang ibu sedang ada sedikit permintaan."

Rindu mengerutkan keningnya. "Permintaan? Permintaan apa, Bu?"

"Ibu minta tolong. Sejak kejadian semalam, Malik tidak tidur di rumah karena dia tak pulang."

"Saya minta maaf jika keberadaan saya semalam menimbulkan masalah antara bang Malik dengan Bapak," Rindu menunduk, tak bisa menyembunyikan rasa bersalah yang menderanya sejak tadi malam.

Astari tersenyum. "Bukan salah kamu, Rindu. Mungkin saja Malik memang sedang tidak dalam posisi nyaman. Bisa jadi karena ayahnya tidak bisa memilih waktu yang tepat untuk berbicara. Jadi kamu tak usah merasa bersalah. Ini bukan mutlak kesalahan kamu."

Rindu mengangguk. "Sekali lagi saya minta maaf, Bu."

Astari mengangguk.

"Namun Ibu ada satu permintaan, Rin."

Rindu mendongak menatap Astari. "Apapun yang Ibu minta, selagi saya mampu, akan saya lakukan, Bu."

Astari kemudian membuka tas tangannya dan mengambil sebuah buku notes kecil dan pena. Kemudian terlihat menulis sesuatu pada notes tersebut, menyobeknya kemudian menyerahkannya pada Rindu. Gadis itu menerima setelah membacanya sekilas, karena sepertinya Astari tak memberikan catatan yang rahasia.

"Jika nanti sampai kamus, serahkan catatan ini sama dia. Bilang bahwa Ibu mengkhawatirkan dia karena semalam tak pulang," ucap Astari setelah menyerahkan catatan itu pada Rindu.

Gadis itu mengangguk dengan raut muka yang tak bisa menyembunyikan kesedihannya karena rasa bersalah yang membanjirinya. "Sekali lagi saya minta maaf, Bu. Saya janji untuk tidak menjadi pemicu kemarahan bang Malik lagi."

Astari tersenyum menepuk lengan Rindu. "Sudahlah. Tak ada yang bersalah diantara kita semua. Mungkin Malik yang masih terbawa emosi."

Rindu mengangguk tepat ketika terdengar suara Zulham yang meminta istrinya itu untuk segera kembali ke mobil.

"Cepat sedikit, Astari. Kalian bisa berbincang nanti." Terdengar suara Zulham.

"Bapak sudah memanggil, Rin. Terima kasih karena kamu bersedia memenuhi permintaan Ibu, Rin," Astari kemudian bergegas pergi memenuhi panggilan Zulham. Sementara itu, Rindu masih berdiri di tempatnya, memegang secarik kertas yang diberikan oleh Astari dengan perasaan bimbang tak karu-karuan.

Gadis itu menunduk untuk menyimak tulisan yang ditinggalkan Astari.

"Jika kamu sudah lapang, hubungi ibu segera."

Hanya sesingkat itu tulisan dalam secarik kertas itu. Tapi Rindu sangat tahu, maknanya tak sesederhana itu karena seolah Rindu bisa merasakan keresahan seperti apa yang kini dirasakan oleh seorang ibu, oleh seorang Astari karena keberadaan putranya yang tak jelas sejak semalam.

Dengan tergesa, Rindu berlari kecil menuju ke rumah besar untuk berpamitan kepada ibunya. Hari ini, ada sebuah amanah yang harus Rindu sampaikan. Meskipun Rindu tahu, tak akan semudah itu menemui Malik dan menyampaikan pesan Astari, karena yang jelas Malik akan malas bertemu dengannya. Tapi Rindu harus menyampaikan pesan Astari.

* * *


Bab lengkap ada di aplikasi FIZZO dengan judul yang sama.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro