34th

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebelumnya, aku cuma mau bilang kalo soal setor KTP itu cuma canda doang. Nggak ada adegan yang perlu kena sensor. Cuma, be aware aja kalo sewaktu2 aku ngeprivat cerita. Nggak semua chapter, hanya pada chapter2 yang aku rasa level emeshnya akut 😂😂😂😂😂

Btw, aku memang penggemar karakter bad boy jadi kalo ada yang kesel sama Aras, aku anggap wajar aja sih. Dia layak untuk dibenci 😄😄😄 dan cuma mau bilang makasih buat support kalian yang mau terus mengikuti kelanjutan BiL.

----------------------×××××---------------------------

Bagaimana ia bisa mengingat ulangtahun Aras, hal itu juga yang menggelitiknya. Ketika ia benci kepada orangnya, tapi ia mengingat hari lahir Aras. Ia sampai menandai kalender dengan spidol merah. Karena menurutnya hari lahir seseorang merupakan hari spesial, jadi tidak boleh dilewatkan.

***

Widya melihat jam dinding untuk kesekian kali.

Sudah jam 9 malam.

Kenapa Aras belum pulang ya?

Apakah ia sedang lembur?

Aras sangat jarang lembur dan kalaupun lembur, ia tidak pernah pulang di atas jam 9 malam. Aras memang tidak pernah memberitahu akan pulang jam berapa setiap harinya dan Widya seperti sudah terprogram untuk tidak bertanya jika Aras pulang terlambat.

***

Jam 10 malam, Widya mendengar suara deru mobil berhenti di depan rumah. Disibaknya tirai jendela, memastikan Aras sudah pulang.

Tanpa beranjak sedikitpun, Widya terus mengamati aktivitas Aras di luar rumah sejak masuk halaman, terus ke garasi dan ketika Aras sudah menutup garasi, barulah Widya bergegas menuju tangga dan masuk ke dalam kamar.

Ia tidak bisa mendengar dan melihat aktivitas Aras saat memasuki rumah. Ia menarik napas dalam, dan berjalan menghampiri tempat tidur. Selimut ditutupkan sampai sebatas leher. Lalu ia menghidupkan lampu tidur.

Pintu kamar terbuka sekitar lima menit setelah Widya mengurung diri dalam selimut. Aras pasti hendak masuk untuk mandi dan berganti pakaian. Aras menyalakan lampu dan Widya yang sudah mengambil posisi memunggungi, memejamkan matanya semakin kuat.

Widya sesekali melirik jam di nakas. Biasanya waktu yang diperlukan Aras untuk mandi dan berganti pakaian tidak pernah lebih dari setengah jam. Sekarang malah lebih cepat. Hanya 20 menit.

Ia tidak tahu apakah Aras sudah makan malam atau belum. Mungkin Aras mau memesan makanan lagi.

Setelah pintu kamar tertutup, Widya perlahan menyingkap selimut.

Ia tidak bisa tidur. Kegelisahan itu semakin bertambah justru ketika Aras sudah tiba di rumah.

Pagi harinya, Aras kembali bangun lebih pagi. Kali ini sarapan oatmeal dan jus wortel. Widya menguntit jadi ia tahu menu sarapan apa yang tengah dikonsumsi Aras.

Ia sudah melintasi meja makan sebanyak tiga kali selama Aras makan. Tapi tidak pernah sekalipun Aras berbicara. Sekadar mengangkat wajah untuk melihatnya pun tidak.

Widya kembali mendesah, kegiatan yang dilakukannya berulangkali sejak pagi itu.

Selesai sarapan, Aras mencuci sendiri mangkuk dan gelas jus. Memasukkan kaleng wadah oatmeal kembali ke lemari penyimpanan. Widya berada di sana, berdiri di dekat kulkas, tapi Aras masih tetap tidak mempedulikan.

Aras memang tidak peduli. Jadi mengapa ia masih berharap Aras akan peduli padanya?

***

"Surprise?"

"Iya. Jadi, Mbak mau bikin surprise. Sederhana aja sih. Cuma ngasih kejutan pas Aras pulang kerja. Tapi tokoh utamanya ya harus kamu dong."

"Aku harus ngapain nanti, Mbak?"

"Nanti kamu yang megang kuenya. Dan jangan lupa, kamarnya harus didekorasi pake ornamen-ornamen gitu."

Sambil terus menjelaskan konsep, Sera memperlihatkan foto-foto dekorasi birthday surprise room decoration dari pinterest. Ia takjub dengan apa yang dilakukan orang-orang kreatif untuk pesta kejutan ulangtahun mulai dari disain kue, gifts, hingga dekorasi kamar. Ia tidak keberatan jika ulangtahunnya nanti diberi kejutan seperti itu. Selama ini, jika berulangtahun ia jarang diberi kejutan. Sesekali hanya dibuatkan acara kecil, seperti makan nasi kuning bersama. Atau tiup lilin kue ulangtahun. Tidak sampai kepada ide dekorasi indah dan mewah seperti pada foto-foto yang diperlihatkan Sera.

"Kalo kue nanti Mbak yang pesan. Kalo untuk bahan dekorasi nanti kita belanja sama-sama."

"Untuk makan-makannya gimana?"

"Udah beres. Mbak udah ngasih tau ART di rumah. Nanti mereka yang nyiapin. Nanti kalo udah jadi tinggal dibawa ke sini. Oke?"

Widya mengangguk. "Oke, Mbak."

Setelah melihat-lihat lagi, pilihan dekorasi balon-balon berwarna pink dan hijau lengkap dengan taburan bunga di atas tempat tidur menjadi pilihan Widya. Sera mengacungkan jempol tanda setuju dan kini mereka sudah siap berbelanja.

***

Widya merapikan letak taburan mahkota mawar merah di atas tempat tidur. Balon-balon merah dan hijau memenuhi langit-langit, ditambah hiasan pita-pita curly yang menggantung di atas kepala.

Awalnya ia ingin mengganti warna balon pink menjadi warna lain, silver atau putih, misalnya. Namun Sera meyakinkan bahwa warna pink yang ditempatkan pada dekorasi bertujuan membuat suasana kamar jadi lebih romantis. Biar Aras menjadi terbawa lebih lembut dikit. Gitu.

Kue tart yang dipesan Sera dikeluarkan dari dalam kulkas. Ia dan Sera memastikan sekali lagi kuenya tetap rapi. Model kuenya sangat simpel. Berbentuk bulat dan berhiaskan lilin warna-warni. Nama Aras tergrafir di bagian samping kue.

"Aras udah di jalan. Kuenya kamu pegang, nanti begitu dia buka pintu kita nyanyi lagu ulangtahunnya bersama-sama."

Rama, ayah Sera dan Aras, nenek Adilla, tiga sepupu Aras, dan dua ART rumah sudah siap menyambut kedatangan Aras. Mereka berdiri di belakang Widya, lengkap memakai topi kerucut, spray, minus terompet karena khawatir nenek Adilla bisa terkaget-kaget.

Widya mengangkat kue dan bersiap-siap ketika mendengar suara pintu terkuak.

Aras masih berdiri di ambang pintu ketika mereka mulai bernyanyi.

***

"Happy Birthday to you.....happy birthday to you..."

Aras membiarkan pintu di belakangnya tetap terbuka. Ia berjalan sambil memerhatikan wajah-wajah pemberi kejutan saat ia pulang kantor malam itu.

Widya. Ia berdiri di hadapannya sambil memegang tart berhiaskan lilin warna-warni yang menyala.

Aras menatap deretan lilin yang membentuk ucapan HAPPY BIRTHDAY.

"Make a wishnya dong," celetuk Sera.

"Iya. Jangan diem aja."

Nenek dan ayahnya hanya tersenyum.

Aras tentu saja tidak punya harapan lain, sama seperti harapannya di ulangtahun sebelumnya.

Ia berharap ibunya ada di sini bersama mereka.

Tanpa bicara, ia langsung meniup lilin-lilin itu satu persatu. Mereka menyemangati sampai lilin terakhir berhasil dipadamkan.

"Selamat ulangtahun yang ke-28, Ras,"
ucap Widya pelan.

Aras memalingkan muka dan menyambut pelukan dari nenek, ayah, Sera dan terakhir sepupu-sepupunya.

"Widya belum kebagian dipeluk tuh." Sera mengambil alih tart dari tangan Widya dan menunjuk ke arah Widya.

Aras menatap Widya tajam dan langsung memeluknya. Hanya sekian detik, setelah dirasanya cukup untuk membuat orang lain berpikir bahwa pelukan itu memang ditujukan sebagai ekspresi kasih sayang.

"Ciumnya belum, Ras."

Aras berlanjut mencium kening Widya tanpa berminat melakukannya berlama-lama. Widya lalu memilih mundur, mengambil kue dan membawanya ke atas meja.

Ia masih marah. Lebih dari sekadar marah dan ingin melampiaskan kepada Widya.

Potongan kue yang tidak diberikannya kepada Widya, sikap sinis dan tak acuh. Tatapan tajam, lalu mendiamkan.

Widya pantas mendapatkan semua perlakuan itu.

***

Serpihan confetti sisa-sisa pesta kecil di ruang tengah, dibersihkan Widya dan dikumpulkan dalam keranjang sampah plastik khusus sampah kering. Dapur sudah bersih oleh tangan cekatan ART yang datang. Ia hanya merapikan ruang tengah, termasuk menyusun kado-kado yang diberikan. Aras belum membuka kotak-kotak cantik aneka bentuk dan warna itu dan membiarkannya tetap teronggok di atas meja.

"Karena hari ini hari spesial gue, gue tidur di kamar utama."

Widya diam saja dan masih melanjutkan aktivitas mengumpulkan serpihan confetti.

"Lo ngerasa bersalah jadi lo diam aja? Gue salut sama kesabaran lo menghadapi gue."

Widya menghela napas.

"Jangan pernah lo berani nyentuh barang-barang gue."

Widya mengangkat tangannya dari kotak kado yang sempat disentuhnya.

Aras mengambil kotak kado pemberian Widya dan melemparnya ke lantai.

"Lo ambil ini kembali."

Widya memungut kotak kado yang kini sudah dalam posisi terbalik.

"Terimakasih." Widya menggumam dan merapikan kotak kado pemberiannya. Ia kembali melanjutkan memungut serpihan confetti.

"Kenapa nggak sekalian lo keluar dari rumah ini?"

***

KTP-nya disetor besok aja ya? 😂😂😂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro