18. Acara Besar

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Untuk pertunjukan yang maksimal, Ares dan Ara kembali berlatih sebelum tampil pada malam hari. Keduanya begitu fokus pada setiap gerak agar dapat menambah chemistry di antara mereka.

Tatapan keduanya bukan lagi tatapan teman seperti sebelumnya, tatapan mereka sudah naik satu tingkat dan membuat tarian pasangan mereka terlihat begitu indah.

Tepuk tangan yang begitu bersemangat mengakhiri sesi latihan hari ini, Mira adalah pelakunya. Perempuan paruh baya itu sangat bangga melihat kemampuan Ares dan Ara yang terus meningkat. "Kalian hebat banget."

"Makasih, Bu."

"Saya doain nanti malam lancar ya."

"Amin," ucap Ares dan Ara kompak sembari saling menatap. Ada senyuman manis merekah di wajah keduanya dan hal itu tentu tidak bisa Mira abaikan.

Mira berdeham pelan dan membuat kedua orang di hadapannya salah tingkah. "Hmm, kalian pacaran ya?"

"Enggak."

"Belum."

Jawab keduanya secara bersamaan. Lantas hal itu membuat tanda tanya beras di kepala Mira. "Loh, kok nggak kompak sih jawabannya," goda perempuan itu dengan senyum bahagia di wajahnya.

"Kami belum pacaran kok, Bu. Masih tahap pendekatan." Itu yang menjawab Ares dan Ara hanya dapat mengangguk pelan sebagai tanggapan.

"Wah, berarti kalian pasangan kedua yang berhasil ya."

"Pasangan kedua?" tanya Ares dan Ara bersamaan. Mereka bingung dengan maksud ucapan Mira dan tentu meminta menjelaskan lebih dalam.

"Iya, yang pertama kan Sean dan Deli."

Ares dan Ara kembali beradu pandangan. Mereka bingung harus membalas apa ucapan Mira yang memang benar adanya.

"Ibu, tau?" tanya Ara dengan sedikit terbata.

"Iya dong, keliatan banget kalau mereka udah pacaran."

Bodoh, Ara merasa bodoh karena tidak menyadari status 'pacaran' Sean dan Deli padahal mereka begitu dekat. Sepertinya, kecemburuan yang teramat membuat dirinya melupakan hal tersebut dan begitu fokus pada Ares.

"Kok bisa ya, Bu Mira tau kalau Sean sama Deli pacaran?" tanya Ara pada Ares yang berjalan di sisinya.

Mereka kini tengah berjalan pulang untuk istirahat agar malam nanti penampilan mereka bisa berjalan lancar.

"Aku juga nggak tau," jawab Ares singkat sembari menatap jalanan berbatu di bawahnya. Pikiran pria itu tengah berkenalan entah kemana dan membuatnya tidak peduli dengan pertanyaan yang Ara lontarkan.

Menjelang malam, Ara dan Ares pergi lebih dahulu ke tempat acara untuk melakukan gladi bersih. Acara malam dimulai pukul 8 dan relawan lain kemungkinan akan datang pada waktu itu.

Baju tari sudah terpasang lengkap di tubuh keduanya. Walau mengenakan hijab, Ara tetap terlihat begitu cantik dengan pakaian khas Desa Dadak.

"Kamu gugup ya?" tanya Ares setelah memperhatikan raut wajah Ara cukup lama.

Yang ditanya langsung menoleh dan mengangguk pelan. "Iya, aku gugup banget."

Ares tersenyum kecil melihat kepanikan di wajah Ara. Pria itu kemudian menarik tangan Ara dan menggenggamnya dengan erat. "It's okay, Ra. Penampilan kita bakal berjalan lancar kok."

Ara menarik napas panjang setelah mendengar ucapan penenang dari Ares. Ucapan itu sedikit banyak mempengaruhi perasaan. "Amin. Semoga lancar ya."

Di tengah interaksi keduanya, tiba-tiba terdengar panggilan dari pembawa acara. "Selanjutnya, kita panggilkan penampilan tari spesial dari Ares dan Ara."

Sebelum naik panggung, Ares dan Ara berdoa bersama. Di dalam doa tersebut, tersimpan doa agar penampilan mereka berjalan lancar seperti harapan sebelumnya.

Saat selesai berdoa, keduanya langsung naik ke atas panggung tanpa melepaskan genggaman tangan mereka. Mata keduanya kemudian menangkap sosok teman+teman relawan mereka yang ikut hadir untuk memberi semangat.

"Semangat Ares, Ara. Kalian pasti bisa!"

Deli berteriak dengan penuh tenaga untuk menyemangati keduanya dan Ara langsung melambaikan tangannya ke arah perempuan itu.

Ketika lagu dimainkan, raut wajah Ares dan Ara berubah drastis. Keduanya hanyut dalam tarian yang juga menyita perhatian para penonton.

Di akhir tarian, tiba-tiba saja Ares berlutut di hadapan Ara dan membuat perempuan itu terkejut. "Res, kamu kenapa?" bisik Ara dengan mata menatap sekeliling.

Orang-orang pikir apa yang Ares lakukan termasuk dalam penampilan mereka. Namun, sebenarnya apa yang pria itu lakukan adalah tindakannya sendiri.

"Ra, izinin aku buat ngomong ini ya," ucap Ares dengan sedikit gugup. Pria itu kemudian menarik tangan Ara dan menggenggamnya dengan erat seakan takut kehilangan perempuan itu. "Ra, maukah kamu jadi pacar aku?"

Shock, satu kata itulah yang tengah Ara rasakan sekarang ini. Matanya membulat sempurna, tidak menyangka jika Ares akan menembaknya hari ini.

"Terima, terima, terima!" Seruan itu berhasil membuat Ara terpacu untuk menjawab pernyataan Ares secepatnya. Perempuan itu kemudian menarik Ares untuk bangun dan berdiri sejajar dengannya.

"Iya, aku mau, Res."

Di depan banyak mata yang memandang, Ares dan Ara akhirnya memiliki hubungan yang jelas. Ara amat bersyukur karena penantian dan usahanya tidak sia-sia.

Di barisan penonton, Sean menoleh menatap Deli yang sibuk bersorak atas hubungan Ara dan Ares. Tangan pria itu kemudian mengalung di tubuh Deli dan membuat perempuan itu terkejut. "Mas ngapain sih?"

Sean tidak menjawab dan malah tersenyum jail sembari mengecup lama kepala Deli. "Mas, kita tuh lagi di luar!" ucap Deli lagi dengan penuh penekanan.

Matanya menjelajah memperhatikan sekitar dan benar saja, mereka menjadi pusat perhatian kedua setelah Ares dan Ara.

"Udahlah, nggak usah ditutupin. Kita semua udah tau kok kalian pacaran," ucap Dwi tiba-tiba.

"Kalian tau?" tanya Deli dengan pelan. Dia merasa amat bersalah sekarang, apalagi setelah memperhatikan raut wajah Oci yang berubah datar.

"Aku nggak pa-pa kok. Asal Mas Sean senang, aku juga ikut senang," jawab Oci tiba-tiba setelah mengetahui Deli memperhatikannya.

Wajah perempuan itu terangkat dan perlahan bibirnya tersenyum. "Langgeng ya, kalian."

Satu persatu masalah Deli terselesaikan, walau hubungannya dengan Sean sudah diketahui relawan lain. Tetapi, perempuan itu masih enggan untuk berinteraksi lebih dengan pacarnya itu sehingga membuat Sean sedikit cemburu.

"Kan yang lain sudah tau kita pacaran," ucap Sean dengan wajah cemberut. Kini keduanya tengah berada di dapur, Sean menemani Deli yang tengah sibuk memasak.

"Iya, mereka emang tau. Tapi, kamu juga harus profesional dong. Di sini yang ikut relawan bukan cuman aku doang, jadi kamu jangan cuman perhatian sama aku aja."

Pertengkaran kecil seperti itu sering kali menyerang keduanya dan membuat hubungan mereka semakin erat.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro