Admit

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Aku tidak ingin menjadi bintangmu, karena aku tidak ingin menjadi satu diantara seribu."



☆☆☆☆

Author POV.





Sedari tadi, Jimin memang sudah memperhatikan Yoora, saat gadis itu belum tersadar.

Bahkan, pandangannya sama sekali tidak berpaling dari Yoora, wajah terlelap Yoora sangat menggemaskan, ya begitulah yang Pria ini pikirkan.



"Ne, Park Ahjussi." Yoora mengangguk seraya tersenyum menatap Jimin, senyumannya itu membuat jantung Jimin berdegup kencang.



Namun, pria itu berusaha menutupinya dan membalas senyuman Yoora.

Tatapannya turun pada bibir mungil Yoora, bahkan bukan hanya orangnya saja yang menggemaskan. Tapi bibirnya juga sangat menggemaskan, membuat Jimin ingin mencicipinya sekali lagi.

Lupa diceritakan, bahwa hampir setiap malam Jimin selalu memikirkan Yoora karena ia menciumnya waktu itu, ini pertama kalinya ia merenggut First Kiss seseorang.

Dulu-dulu, ia selalu mencium gadis yang bibirnya sudah tidak di segel lagi, haha.



Semua orang tau, Jimin is a player.




Jadi, wajar saja Jimin selalu mengingat bibir Yoora, jelas. Kesannya beda ketika menciun seseorang yang belum pernah berciuman, dan seseorang yang sering berciuman.


Haha, ini terdengar konyol. Sungguh.



"Jamkkan.." Pandangan Yoora menatap sesuatu dibelakang Jimin, kemudian ia beranjak dari ranjang. (Tunggu)

Namun, pergelangan tangan Yoora ditahan oleh Jimin, sehingga Yoora kembali ke posisi semula ---duduk di ranjang---, tenaga Jimin lebih kuat daripada Yoora yang termasuk kriteria gadis bertubuh mungil.


"Jangan kemana-mana." Ujar Jimin, ia menatap Yoora sayu, seperti disengaja untuk menggoda gadis di hadapanya itu.

Yoora menelan ludah, ia menggigit bibir bawahnya,"Eung?"

Melihat itu, beberapa kali Jimin mengutuk dirinya sendiri dalam hati, oh. Mungkin kalian tau langkah apa yang akan Jimin ambil selanjutnya¿





"Tapi ponselk-"



Tanpa aba-aba, Jimin mendaratkan bibirnya pada bibir Yoora.

Perlakuan Jimin membuatnya membulatkan mata sempurna, gadis ini terkejut dengan sentuhan Jimin.

Sesuatu yang lembut baru saja menempel di bibirnya.

Jimin mulai memejamkan kedua matanya, diikuti dengan Yoora, gadis itu mulai menikmatinya.

Awalnya, Jimin hanya sekedar menempelkan saja, namun sedetik kemudian, ia tertarik untuk melakukan sesuatu yang lebih.

Lelaki itu perlahan membuka sedikit mulutnya, lalu mulai melumat bibir Yoora dengan lembut.

Tangan Jimin tergerak untuk memegang pinggang Yoora, sedangkan Yoora. Ia mulai membalas ciuman Jimin, ia melingkarkan kedua tangannya pada leher Jimin.

Lumatan demi lumatan yang Jimin berikan, seakan memberikan sensasi tersendiri, membuat Yoora tidak ingin lepas dari tautan mereka.






Ah, Park Jimin.

Dia memang tau caranya.

He's a good kisser.

And no one can beat him.



Jimin mengelus kedua pipi Yoora, tanpa melepas tautan mereka.

Sentuhan tangan Jimin pada pipinya itu, seakan-akan menghipnotis Yoora untuk melupakan semuanya sejenak. 

Gadis itupun bimbang, tapi ia tetap menerima setiap lumatan Jimin, sebenarnya siapa yang Yoora sukai? Jungkook atau Jimin.

Tapi sepertinya, Yoora mulai menyukai Jimin.



Dan Jimin tahu itu.





"Hng.. Huft.." Yoora menghirup banyak oksigen setelah Jimin melepaskan tautan mereka secara perlahan, rasanya ia hampir kehabisan nafas karena lelaki itu melumat bibirnya tanpa ampun.

"Kau.. A-apa yang baru saja kau lakukan?" Tanya gadis itu, masih dengan nafas yang belum beraturan.

"Aku? Maksudmu kita? Kita baru saja berciuman, wae? " Ujarnya santai, (kenapa)



Yoora menelan ludah, ia baru sadar, bahwa ia juga membalas ciuman Jimin.



Ah, mau bagaimana lagi. Habisnya rasanya enak.

Eh, tidak. Tidak.




Jimin menatap Yoora takjub, seraya mengusap bibirnya lembut.

"Untuk pengalaman pertama, kuakui kau cukup hebat, Yoora-yaa." Jimin mengacak-acak pucuk rambut Yoora gemas.

"Huh?"


Kemudian, Jimin menunjukan smirk andalannya, dan mendekati telinga Yoora.







"Kau, mulai menyukaiku. Bae Yoora." Bisiknya lembut.

"Kenapa kau melakukannya?" Yoora menatap iris mata lelaki itu. Ia termasuk kedalam golongan gadis polos di umurnya saat ini.

"Bukannya, aku pernah mengatakan bahwa aku menyukaimu? Di depan Jungkook sekalipun." Ujar Jimin dengan percaya diri.

"Tapi, perasaanku untuk Ju-"

"Lihat saja, kau akan menyukaiku dan aku akan membuat Jeon Jungkook itu menyesal." Jimin menatap gadis itu dengan senyum kemenangan.


Gadis itu bergeming. Ia mencerna baik-baik perkataan Jimin, lalu, ia mengalihkan pandanganya dari mata lelaki itu. Mata sipit dengan pesona yang terpancar jika pemiliknya sedang menatap seseorang.

Pandangannya terhenti pada langit di luar balkon Apartement Jimin,



"Ah, byeol." Gadis itu segera beranjak menghampiri balkon. (Bintang)







-----------





Suara pecahan gelas itu menggema di ruangan tersebut, Gadis itu geram, sangat.  Terlihat dari sorot matanya yang seperti elang.


"Apa kau bodoh?!" Pekiknya, tatapan tajam itu tertuju pada garis dengan surai cokelat kemerah-merahan yang kini berdiri di depannya.

Tubuh gadis itu gemetaran, bibirnya mengatup, ia tidak berani untuk mengatakan satu katapun.



"Ya! Park Chaeyoung! Kenapa kau tidak menerima tawaran Jeon Jungkook huh?!" Teriak gadis itu, kedua tangannya menggebrak meja di depannya dengan keras.

Chaeyoung menyesal, bodohnya ia malah menolak perkataan Jungkook waktu itu, jika tau akan terjadi ini, gadis itu lebih baik menerima tawaran Jungkook.



"Jennie-ah, tenang dulu.." Suara Chaeyoung bergetar, daripada diam ia memilih untuk memberanikan diri.

Jennie menengok ke arahnya sadis, "Apa kau bilang? Tenang? Kau pikir uangku yang kuberikan padamu untuk menjalankan misi itu sedikit? Iya?!" Jennie berjalan mendekati gadis itu,


"Kau pikir, hanya kau yang di bayar mahal? Aku juga menyewa mata-maa untuk mengawasi Jimin dan Yoora!" Jennie melempar kursi yang ia duduki tadi.



Sedetik kemudian, ia mengambil nafas, lalu menenangkan dirinya.




"Aku sudah mempercayaimu untuk membayar tugas,"

"Mianhae." Chaeyoung mundur selangkah, (maaf)






Tuk.

Tuk.

Bahkan suara heels yang dikenakannya pun terdengar ngeri.



"Sekali lagi, kau melanggar perintahku, aku tidak akan segan-segan untuk menyuruh orang membakarmu hidup-hidup, mengerti?" Jennie menatap Chaeyoung dengan sangar,

"A-aku me-mengerti, Jennie- ah." Jantung Chaeyoung berdegup kencang, rasa takut mulai menghantuinya. Sejak saat itu, ia menyadarinya, Jennie tidak bisa di sepelekan.

"Bagus. Tetaplah jadi sosok Yaera yang lemah lembut, arraseo?" Jennie mengelus pipi Chaeyoung perlahan deman telunjuknya. Membuat gadis dihadapannya itu srmakin takut dibuatnya. (Kau mengerti(

"Ne. " (ya)



------------------



"Kalau yang itu, jenis apa?" Tanya Jimin, menunjuk salah satu bintang di langit.

Kini, keduanya diam di balkon apartement Jimin.


"Procyon." Balas Yoora dengan senyum manis,




Bagus, dia sudah mulai luluh.




"Kau tau, aku jadi suka menatap langit malam. Karena kau." Jimin menanggahkan kepalnya, menampakan garis rahang yang tegas dan tulang lehernya.

"Aku suka langit sore, bukan malam." Yoora terkekeh,

Jimin menatap Yoora. "Tch, kau menyukai keduanya."

"Hm, tepat sekali."

Lalu mereka berdua sama-sama meneliti langit, siapa tahu saja ada bintang jatuh yang lewat, sehingga mereka bisa mengucapkan harapan masing-masing.



"Aku ingin jadi bintangmu." Ujar Jimin pelan, tapi tetap bisa didengar oleh Yoora.



"Eung?"





Lalu, secepat kilat Jimin menggeleng kepalanya, "ah, tidak.. Tidak. "





".. "







"Aku tidak ingin menjadi bintangmu, karena aku tidak ingin menjadi satu diantara seribu."Ujar lelaki itu, percaya diri.




"Aku ingin menjadi bulan, kau juga suka bulan kan? " Tanya Jimin mengangkat kedua alisnya, menunggu jawaban dari mulut gadis itu.




"Mm.. " Yoora mengangguk,







"Kalau begitu, kau menyukaiku."









And you should admit it.





☆☆☆☆






To Be Continue~
Vote nd Dpam comment for fast update~

Kira-kira bagusan JiRa/YoorIn atau JungRa/ KookRa?

Xx,
Chelsea.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro