Dizzy

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pria itu berjalan memasuki gedung di depannya.


Setelah masuk, ia menyapa beberapa orang yang di kenalnya. Tak lupa, ia juga membungkuk hormat, itu salah satu tata krama yang harus di lakukan.

"Noona. Apa latihannya sudah mulai?" Tanya lelaki itu menghampiri meja receptionis . (Noona (nuna) panggilan untuk orang yang lebih tua)

Wanita dengan rambut yang di ikat rapih itu mengangguk, "Sudah di mulai dari beberapa menit yang lalu."

Mendengar itu, ia sedikit terkejut. "Aish, aku telat." Decaknya.

"Noona, aku duluan eoh." Lelaki itu dengan cepat berlari menuju tempat latihan.

Ia menambah kecepatan larinya begitu mengingat tempat latihannya itu sangat jauh dari meja receptionis.

Begitu sampai, ia berhenti di depan pintu dengan tulisan 'trainee room' dan mengatur napasnya dengan baik. Juga, tidak lupa merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan karena berlari tadi.

Ia mengapai ganggang pintu, lalu menarik napas tegang. Ia tau apa yang akan terjadi saat ia memasuki ruangan itu.


Ceklek.


"Jesonghamnida, saya terlambat." Semua mata tertuju padanya, terutama pria yang bisa di perkirakan umurnya sekitar 20 tahunan. (Maaf)

"Oh, kau terlambat lagi, Jeon Jungkook." Ujar pria itu, dengan senyum penuh kemenangan, pulpen yang di pegangnya sudah siap mencoret beberapa poin Jeon Jungkook.




----------------


Gadis itu, memandang jam dinding dengan cemas.

"Jimin-ssi, aku harus pulang." Gadis itu berjalan masuk ke dalam.

Jimin mengerutkan dahi, "Pulang ke rumah?" Tanyanya yang kemudian mengikuti gadis itu masuk.

Yoora merangkul tasnya, "Ke Mars." Jawabnya dengan wajah malas.

Jimin terkekeh, kemudian ia menghampiri Yoora.

"Geure, Aku akan siapakan roketnya dulu." Ujarnya dengan tawa kecil, Jimin segera menggapai kunci mobil di nakas.

Ia menghentikan langkahnya, "kajja." (Ayo)


Mereka berdua menaiki lift menuju basement.

Telat ketika pintu lift tertutup. Jimin menepuk jidatnya sedikit keras. Ia melupakan sesuatu yang sangat penting.

"Aish, aku lupa." Ujarnya dengan wajah pucat, masalah besar akan datang padanya.

"Huh? Apa terjadi sesuatu?" Tanya gadis di sampingnya, ia penasaran kenapa Jimin menjadi pucat.

"A-ani." Jawabnya gugup.

Ia melupakan jadwal latihannya hari ini, posisinya sebagai trainee saat ini, membutuhkan banyak poin, tapi lelaki ini malah membolos.

Dengan cepat ia meronggoh ponsel di saku celananya. 

Setelah dapat, ia menekan nomor seseorang.



Tutt..


Tutt...


Tutt...




"Yeobuseyeo?" Jawab suara dingin di seberang telepon sana. (Halo)

"Eoh. Yoongi Hyung? Kau latihan hari ini?" Tanyanya. 

"Eoh. Neo eodisseo?" Suara dingin itu terdengar kembali.  (Kau dimana)

"Apartku."

"Ya! Kesini sekarang! Kau mau di kurangi berapa poin!" Teriak Yoongi. (Hey)

"Aku tidak bisa, hyung."

"Mwo? Ya! Micheosseo?" (Apa, hey, kau gila)

"Ada hal yang lebih penting." Perkataan Jimin semakin membuat Yoora penasaran.

"Ah, molla. Aku tidak bisa lama-lama, pelatihnya akan memarahiku, dan aish. Bahkan aku tidak bisa pergi ke club." (Terserah)

"Geure, hyung. Aku akan meneleponmu lagi nanti." Setelah mengatakan itu, Jimin kembali menaruh ponselnya di dalam saku. (Baiklah)

"Nugu? Kakakmu?" Yoora mengangkat kedua alis matanya. (Siapa)

"Teman, tapi dia lebih tua. Jadi, aku memanggilnya dengan sebutan itu." Jimin memasang senyum hangat seraya menjawab pertanyaan Yoora.

"Kenapa dia berteriak seperti itu?" Tanya gadis itu lagi,

"Eoh? Apa kedengaran?" Jimin menatap Yoora dengan tatapan terkejut.

"Hm, tapi aku tidak mendengar perkataannya dengan jelas."



Syukurlah.


"Dia berteriak karena.. Ada sesuatu yang penting." Jimin menatap tombol-tombol lift dengan santai.

"Seperti apa?"

Jimin berpikir sebentar, ia tidak tau bagaimana ia harus menjelaskannya, karena identitasnya sebagai trainee Bighit Ent tidak boleh di ketahuin siapa-siapa.

"Seperti... Ada sesuatu yang harus kulakukan namun aku melupakannya.. Kira-kira seperti itulah." Jimin menatap sepatunya, lalu terkekeh.




Ting tong.



Pintu lift itu terbuka begitu mereka sampai di Lobby utama Apartement.

Jimin berjalan terlebih dahulu. Kemudian, disusuli oleh Yoora.

"Kenapa tidak bilang padaku?" Yoora menghentikan langkahnya.

Jimin berbalik. Menatap sosok gadis itu dengan bingung.

"neo museun tteus-iya?" Jimin mengerutkan dahinya. (Maksudmu)

"Seharusnya kau mendahului yang penting terlebih dahulu. Jika seseorang sampai berteriak seperti itu, tandanya ada sesuatu yang benar-benar harus diutamakan." Yoora menatap kedua bola mata Jimin serius. Ia mencemaskan sesuatu.


Jimin berjalan mendekati gadis itu, lagi-lagi ia tidak bisa menahan diri untuk tersenyum di depan Yoora.

"Itu memang penting Yoora-ya." Jimin terkekeh. Ia tersenyum hingga mata sipitnya pun ikut tersenyum.

"Lalu, kenapa kau tida-"


"Tapi menurutku, kau lebih penting dari itu. Aku tidak akan membiarkan gadis yang aku sukai pulang malam-malam sendirian." Jimin menggapai kedua bahu Yoora, mengusapnya pelan.

Yoora bergeming. Ia tidak menduga bahwa Jimin akan mengatakan itu.





"Dan satu lagi, jika ada orang yang berani macam-macam padamu.. " Jimin menjeda perkataannya.




Kemudian, ia menatap lekat gadis di hadapannya. Seolah -olah sedang membuat gadis itu yakin padanya.













"Akan kupastikan, orang itu tidak akan kembali ke rumahnya dalam keadaan baik-baik saja." Ia menyeringai diahkir perkataannya.




---------------




Lelaki bersurai biru mint itu menaruh kembali pponselnya pada tas ransel kulit miliknya.


"Aish, anak gila itu." Decaknya.


Sedari tadi, seseorang memperhatikannya, dari mulai ia berteriak tadi.


"Yoongi hyung?" Tanyanya menghampiri lelaki itu,

Pandangan Yoongi beralih untuk menengok siapa yang baru saja memanggilnya.


"Eoh. Jungkook?" Ia mengerutkan dahi, begitu Jungkook menyapanya ramah, ditambah dengan panggilan
'Hyung' yang terkesan akrab.

"Kau berteriak pada siapa? Neo yeochin?" Tanyanya, (pacarmu)

Yoongi terkekeh, "tidak, tidak. Temanku, dia bolos latihan hari ini."

Jungkook mengangguk ngerti, kemudian menyodorkan sebotol minuman pada Yoongi.

"Ah, dia trainee juga?"

"Eoh. Kau tahu dia? Park Jimin."



"Tida-- tunggu.. Nu-nugu?" Jungkook tersadar, nama yang Yoongi sebut terdengar familiar di telinganya. Rasanya, ia sudah pernah mendengar nama itu sebelumnya. (Siapa)


"Jimin. Park Jimin." Yoongi senyum tipis, dan meskipun begitu. Senyumannya tetap semanis gula.


"A-ah..aku tidak tahu. "Jungkook berbohong, tapi ia mencoba untuk mengingat sosok Jimin.

"Geunde, Jungkook-ssi, kenapa latihan tadi kau terlihat tidak bersemangat?"(tapi )

Jungkook meneguk air dalam botol air mineral yang di pegangnya sedari tadi. Setelah merasa rasa hausnya hilang, ia menjawab pertanyaan Yoongi.


"Aku habis berdebat. Dengan seseorang."



"Oh, arraseo. "Yoongi mengangguk mengerti,






"Tapi anehnya, aku merasa bersalah padanya. Sehingga aku terus memikirkannya." Jungkook kembali meneguk air.




☆☆☆☆☆




Yoora berjalan mengendap-ngendap menuju kamarnya, sepatu yang di kenakannya mengeluarkan suara nyaring. Ia berharap ibu dan oppanya telat tidur.




Hampir berhasil.





"Ya! Kau darimana saja jam segini baru pulang?" Suara khas orang yang dikenalanya itu mengejutkannya. (Hey)





Ah, sial.




Perlahan,Yoora membalikan badannya. Dengan senyum tanpa dosa.


"Annyeong, oppa. Hehe. Itu.. Em.. Ada urusan mendadak.. Jadi, aku harus pulang terlambat." Yoora beralasan.


Namun, Daniel malah menatapnya terkejut, dengan dua bola mata yang hampir mau keluar dari tempatnya.

Senyum Yoora pun memudar, begitu ia merasakan ada cairan kental yang mengucur dari hidungnya.



"Yo-yoora, kau..











Mimisan." Tunjuknya pada hidung Yoora. Seketika, lelaki itu  gemetaran. Ini pertama kalinya Yoora mimisan.











I got a nosebleed.

This is very strange.

I've never had a nosebleed before.







after that, I'm dizzy.

and do not feel anything else.







-----------










Haloo semua, jangan lupa vote & spam comment untuk next chapter ya. Aku berusaha sebisa mungkin supaya fast update terus~

Jangan lupa follow ig~
Xx,
Chelsea.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro