Confused

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

You are present like opium, because every time I see you smile, I want to see it again.


☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Jimin POV.

Aku menjauhkan wajahku beberapa centi dari Yoora, ia mematung. Dan tidak mengedip sama sekali.

Aku menatap matanya, gadis bermarga Bae itu sama sekali tidak bergerak, setelah kucium tanpa izin barusan.

Setelah menciumnya, aku semakin benci dengannya.

Bibirnya sangat manis, membuatku ingin merasakannya lagi dan lagi. Ah,inikah yang dimaksud dari 'candu'?

Aku mengalah. Jika ia mengerti,itu tandanya aku menerima kata 'maaf'nya.

Pandangan gadis itu kini beralih menatapku,ia gugup. Aku tau itu.

AUTHOR POV.

"Kenapa kau tidak meresponku?hm? " Jimin menatap kedua mata Yoora,

Namun, Yoora merubah tatapan datarnya, menjadi tatapan kesal. Dengan cepat, ia menendang tulang kering Jimin dengan sepatunya.

"Yaa! Tadi itu.." Yoora menjeda ucapannya, rasanya ia tidak bisa melanjutkan perkataannya itu. (Hey)

"Aish, neo! Ini benar-benar sakit!"Jimin mengusap-usap tulang keringnya yang terasa linu, dan meringis sakit. (Kau)

"Tadi itu.."Lidah Yoora terasa membeku,

"Arra.." Setelah linu di kakinya lumayan mereda, Jimin kembali berdiri tegap. (Aku tau)

Yoora mengerti maksud Jimin, lelaki itu tau, kalau dia yang baru saja merenggut first kiss Yoora.

Dari respon Yoora saja, ia tahu kalau ia baru saja berhasil menjadi first kiss gadis aneh itu.

"Lalu kenapa kau melakukannya?"Yoora menatap Jimin mematikan.

Kemudian, Jimin balas menatap Yoora dengan tatapan menantang. Ah, tatapan melemahkan itu.

"Kau bilang tidak bisa berjauhan denganku kan?" Jimin memberi penekanan pada kata 'kan'.

Tatapan tajam Yoora perlahan melembut. Ia menundukan kepalanya.

"Hm."gadis itu mengangguk, meski gengsi untuk mengakuinya.

"Kalau begitu, kita tidak usah menjaga jarak lagi."Jimin mengulurkan jari kelingking didepan gadis itu.

"Janji?" Tanya Jimin.

Yoora menjabat kelingking Jimin dengan kelingkingnya,kemudian mengeratkan satu sama lain.

"Janji."

Jimin tersenyum.senyuman itu, membuat Yoora mengingat ciumannya tadi.

"Jamkkan,jadi maksudmu..setelah kau menciumku tadi..a-apa?" Suara Yoora sedikit gemetar,gadis dingin itu bisa gugup juga rupanya.(tunggu)

"Molla,hanya ingin saja." Jimin mengangkat bahu dengan wajah tanpa dosa itu. (Tidak tau)

Yoora geram, lalu ia menjitak kepala Jimin sedikit keras. Agar lelaki itu tahu rasa.

"Yaa! Sakit!" Jimin mengusap - usap kepalanya pelan, dan merapihkan rambutnya yang berantakan.

"Mau lagi?"Yoora mengepalkan jari-jarinya tepat di depan Jimin.

Jinin membulatkan matanya, terkejut.

"Aniyoo.. Mianhae, nuna-yaa~~" Seketika Jimin mengubah suaranya, ia sangat imut ketika mengatakan itu, sungguh.

Jika wanita lain yang melihatnya, mungkin wanita-wanita itu akan kejang-kejang saat ini juga.

Namun, tidak dengan Yoora,gadis itu malah menatap Jimin dengan tatapan jijik.

"Menggelikan."Yoora bergidik ngeri.

Sedangkan Jimin, memasang wajah polos seraya mencolek-colek bahu Yoora gemas.

"Kajja, kita ke kelas." Jimin menggandeng tangan gadis itu, dan mengusapnya lembut. (Ayo)

----

"APA?!!!" Gadis itu baru saja melemparkan alat makeupnya pada cermin toilet.

Ia menatap dirinya di cermin, dengan nafas naik turun. Tatapannya juga mengerikan. Seakan-akan siap menerkam siapapun yang ada di dekatnya.

"Katakan sekali lagi!" Gadis bersurai cokelat itu kini menatap gadis bersurai cokelat kemerah-merahan yang berdiri dibelakangnya.

"Katakan sekali lagi, Chaeyeong! " Teriaknya yang membuat gadis dibelakangnya gemetar.

"Ji-jimin,da-dan Yoora..mereka..kembali deka-"

"CUKUPP!"Teriak wanita itu seraya melempar tempat kosmetiknya pada gadis yang dipanggil dengan sebutan 'Chaeyeong' itu.

Ia mengepalkan kedua tangannya,kemudian senyum remeh.

"gadis itu.." Ia sedikit menurunkan nada bicaranya.

"Dia cari masalah denganku rupanya.." Jennie menatap wajahnya di cermin dengan sangar.

Gadis yang memakai nametag 'Park Chaeyeong' itu meremas ujung roknya gemetar, temannya itu benar-bemar mengerikan layaknya seorang psikopat.


"Geure..tunggu saja..















Jalang."





****

Dihirupnya udara sore menjelang malam, ia menengok kesamping, menatap pria yang berjalan disebelahnya dengan wajah santai.

Aku merindukannya dengan wajah seperti itu.

Jimin menyadari tatapan gadis disampingnya, kemudian ia menengok membalas tatapan gadis dengan marga Bae itu.

"Apa?" Jimin mengangkat kedua alisnya bingung,

Apa ada yang salah denganku?

Kenapa Yoora terus menatap Jimin seperti itu, membuat pria ini salah tingkah saja.

"Aniyo."Yoora memasang senyumnya, kemudian kembali menatap lurus ke depan. (Tidak)

Sementara itu, Jimin masih memperhatikan Yoora, sesekali ia senyum penuh kemenangan.

Apa gadis ini sudah mulai terjebak?




Bagus.





Drtt... Drtt.. Drtt..

Ponsel Yoora bergetar, ada yang mengirimnya pesan.

Segera ia meronggoh saku jaket hoodie kuningnya ,ia segera mengeluarkan benda berbentuk kotak tipis yang merupakan ponselnya.

Pandangan Jimin beralih pada ponsel Yoora,

"Siapa?"Tanya Jimin.

Yoora menghentikan langkahnya, ia membalikan badannya, kemudian menatap Jimin.

"Jungkook."

Kenapa disaat aku dan Jimin kembali dekat, Dia datang.

Disaat Jimin menjaga jarak, Dia pergi. Dengan Gadis itu, Yaera.









****

Lelaki bersurai cokelat tua itu tersenyum lebar, kemudian menghampiri table di pojok restaurant.

Masih dengan jas almater kuningnya, ia duduk didepan gadis yang ia minta datang kesini.

Tidak lupa, disebelah gadis itu ada pria dengan surai kuning yang mencibir ketika lelaki bermarga Jeon itu datang.

"Yoora-yaa, maaf membuatmu menunggu. "Jungkook menatap gadis itu dengan tatapan penuh harap.

"Tida-"

"Sangat."Jimin memotong ucapan Yoora,

Pandangan Jungkook lalu tertuju pada Jimin ,yang ditatap malah membuang muka kesal.

Jungkook berdeham. Ia ingin menceritakan sesuatu, namun sedikit ragu, karena pria bantet itu terus menatapnya tajam.

"Jadi.. Ada sesuatu yang ingin aku-"

"Cepat! Ini sudah malam. Aku harus mengantar Yoora pulang. " Jimin menyela perkataan Jungkook.

"Hanya sebentar.. "

"Ada apa, Jungkook-ah? " Yoora menatap Jungkook penasaran, ia tidak sabar dengan apa yang akan Jungkook katakan.












Jungkook menghela nafas,












"Besok, apa kau ada acara?"

"Ani. Obsoyo" (tidak, tidak ada)

Jungkook senyum lebar, kemudian ia menatap mata gadis itu penuh harap.


























"Ayo kita berkencan, orang tua ku memintaku untuk membawa kekasihku kerumah. "






Tunggu, tunggu..
Apa?!






Jimin dengan cepat menggebrakan meja. Membuat semua mata tertuju pada table mereka.








Yoora membeku, apa maksudnya ini?






Why does it feel like a tug drag?
He always make me confused.















To Be Continue~
Vote and spam comment, untuk fast update.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro