Helper

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

(Play mulmed.)


Slowly, you'll soon realize,
that you're in the midst of them,
who are fighting over you.

☆☆☆☆☆

Yoora POV.

Seoul, 8:00 PM.




Aku melamun, menatap indahnya langit dan udara malam yang selalu menjadi favoriteku.


Bintang - bintang bersinar seperti biasanya, lagi -lagi aku mengukir senyuman.


Ada yang sedang kupikirkan saat ini, yang sedari tadi terus kupikirkan.


Aneh, kenapa akhir -akhir ini aku selalu banyak pikiran. Rasanya, akhir-akhr ini aku terlalu banyak melamun.


Tadi itu, aku masih mengingat kejadian itu, kejadian di restaurant. Perkataan lelaki itu, Jeon Jungkook. Kenapa dia membuatku merasa bingung seperti ini?


Aku masih mengingat dengan jelas perkataannya.


"Ayo, kita berkencan. Orang tuaku memintaku untuk membawa kekasihku kerumah."




Kekasih? Orang tua Jungkook msmintanya untuk membawa kekasihnya ke rumah? What the, aku bahkan bukan kekasihnya. Tidak, tidak.. Bukan. Tidak mungkin.

Kenapa dia tidak meminta Yaera untuk datang ke rumahnya? Bukannya Jungkook menyukainya?seharusnya dia mengajak Yaera saja.

Tunggu, tunggu.  Kenapa sekarang aku terdengar seperti merelakan Jungkook dengan gadis itu?

Aku menghela nafas, kupandang kembali langit malam, salah satu bintang berkelip-kelip, seperti tidak setuju dengan pikiranku.

Lalu, aku kembali mengingat kejadian tadi, Jimin yang menggebrakan meja dengan keras, kulihat telapak tangannya memerah. Dia terlihat sangat marah.

Setelah itu, Jungkook juga ikut berdiri menatap Jimin dengan tajam.

Aku bersumpah, aku benar- benar gemeteran saat itu, karena tatapan mereka yang saling mematikan itu. Ditambah, semua perhatian tertuju pada table kami.

Aku tidak biasa diperhatikan, karena aku sedikit tertutup. Oke, sedikit.

Lalu, mereka bertengkar, Jimin menggandeng tanganku, ia bilang "gadis ini, tidak boleh berkencan denganmu." Dengan penuh penekanan, "kau bukan siapa-siapanya,Park Jimin." Senyuman mematikan Jungkook pun masih terbayang jelas.

Mereka terlihat seperti memperebutkanku,tidak,bukannya aku terlalu percaya diri.tapi,memang benar begitu.

Susah payah untuk menenangkan mereka berdua,sampai-sampai yang punya restaurant itu menghampiri kami,dan mengusir mereka berdua serta aku untuk tidak membuat keributan.


Sebelum itu, ada satu ucapan Jimin yang rasanya masih terdengar ditelingaku,


Saat Jungkook berkata dengan nada remeh, "Yoora saja tidak masalah untuk berkencan demganku, dan kau.. Kau bahkan bukan orang tuanya, tapi-"


"Aku menyukainya,"


Saat itu, mataku membelalak, terkejut dengan ucapannya. Dia baru saja mengatakan itu di depan Jungkook.

Jungkook juga sama terkejutnya denganku, Jungkook membeku dengan ekspresi tidak percaya.



"kenapa? Aku menyukai gadis ini, Bae Yoora. Dan aku tidak akan pernah membiarkan siapapun mengajaknya berkencan. Selain aku, Jeon Jungkook-ssi, kau mengerti?" Lalu, Jimin kembali menggandeng tanganku.


Perkataan Jimin membuat jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya, genggaman tangannya membuatku membeku, seolah tidak bisa beranjak kemanapun,

Ditambah tatapannya saat ia menengok kepadaku,kenapa hatiku semakin berdebar-debar dibuatnya? Lelaki itu.. 



Aku tidak mungkin menyukainya, kan.




Tok.. Tok.. Tok..

Suara ketukan pintu itu membuatku tersadar dari lamunanku, aku segera membalikan badan menatap pintu kamarku.

"Masuk saja, tidak dikunci." Ujarku sedikit berteriak. Mungkin ibuku atau---


Ceklek.

"Chagii.."


Aish, aku mengira itu ibuku, ternyata salah, malah makhluk astral yang muncul.

"Yaa, oppa. Sudah berapa kali kubilang agar tidak memanggilku dengan sebutan menjijikan itu." Aku menatapnya kesal, seraya bersender pada pagar balkon kamarku. (Hey)

"Wae? ~" Kali ini, nadanya semakin memanja. Jika saja dia seumuran denganku, mungkin sudah ku cabik -cabik dia. Tapi seorang Yoora ini sangat sopan. Hehe, meski aku selalu menghiraukan perkataan guru-guruku disekolah. (Kenapa)

Daniel oppa berjalan masuk kedalam kamarku, ia memakai kaos putih tipis dan training hitam, dengan rambut yang acak-acakan.

"Aku lapar." Tanpa minta izin, ia seenaknya tiduran di kasurku, seraya mengusap-usap perutnya, tch.

"Kalau kau lapar, kenapa datang ke kamarku?" Aku duduk di ranjangku, menatap Daniel oppa prihatin. Ekspresi wajahnya mengenaskan.

"Kalau melihatmu, rasa laparku lansung hilang.hehe, " Ekspresinya berubah menjadi sok imut.


Ugh, ekspresinya itu membuatku ingin menampolnya walaupun hanya sekali saja.

"Menggelikan." Aku melempar bantal dan tepat mengenai wajahnya itu.

Yang kudapat adalah, wajah tanpa dosanya itu.

Daniel oppa kemudian mendekatkan wajahnya menatapku heran.

"Ada apa dengan wajahmu?" Tanyanya seraya makin mendekatkan wajahnya, dasar tukang modus.

"Tidak apa-apa." Aku mendorong jidatnya dengan jari telunjukku. Dengan tatapan Jijikku yang terus kupasang.


"Aku serius. Wajahmu menyeramkan." Ia menatapku ngeri.

Dasar, dikira aku ini hantu apa.


"Biar kutebak, kau sedang memikirkan seseorang." Dugaannya benar, tapi aku tisak boleh ketahuan sedang msmikirkan seseorang. Apalagi menyukai seseorang.

Jika Daniel oppa tau, mungkin saja ia akan langsung mengejeku seribu kata.

"Tidak." Aku memasang wajah polos.

Kemudian, aku menggigit bibir bawahku, iya, itu kebiasannku ketika berbohong. Karena aku tidak pandai berbohong.

"Kau tidak pandai berbohong rupanya.hahaha." Tawaannya terdengar menggelikan, dia sangat sangat menyebalkan.

"Mau oppa ajarin?"


Dengan cepat,aku menjitak kepalanya, lalu menatapnya jengkel.




Kapan kekanak -kanakan dia itu akan hilang?



"Masih seperti anak kecil saja, beraninya main ke club, tch." Aku mengejeknya, tapi itu memang benar. Dia berumur 20 Tahun tapi masih seperti bocah berumur 5 tahun.

"Yaa!" Dia menjitak kepalaku, aish, jitakannya sangat keras.



Kemudian, ia menatap aneh wajahku lagi. Oh, tidak. Kali ini bukan seluruh wajahku, tapi bibirku.


"Bibirmu, kenapa sedikit berubah?" Tanyanya menatapku curiga, tatapannya itu membuatku gugup, bagaimana kalau dia tahu aku baru saja diciu-.


Aku harus bagaimana ini.


"Hey, jawab."


Tidak, tolong jangan biarkan dia mengetahuinya.



"Yoora, kau.."

Sial.



☆☆☆☆☆



AUTHOR POV.

Lelaki itu menatap gedung berukuran sedang di depannya, kemudian ia menengok kanan kiri, memastikan tidak ada siapapun yang melihatnya.


Ia menghela nafas,


"Aku akan sangat sibuk."

Setelah itu, ia melangkah masuk kedalam gedung bertuliskan 'Bighit'

.



Jungkook menatap layar ponselnya, sudah dua puluh menit ia menunggu balasan, namun ponselnya sama sekali tidak ada notif dari gadis itu.


Ia cemas, ketika orang tuanya memintanya untuk mengajak kekasihnya berkencan dan mengajak makan malam bersama.


Lagipula, kenapa juga ia harus berbohong mengatakan sudah punya kekasih.


Tapi, lelaki itu juga tidak menyangka orang tuanya akan memintanya untuk mengenalkan kekasihnya. Karena ia masih SMA.


"Ayolah, Yoora..." Ia menyandarkan punggungnya pada Sofa Apartementnya.

Sebelum meminta Yoora, Jungkook mengajak Yaera terlebih dahulu, namun gadis itu bilang ia sedang sibuk.

Soal Yaera,waktu itu yang mengatakan bahwa ia teman kecilnya, Jungkook sedikit ragu. Karena gadis itu sama sekali tidak aneh,gadis itu terlihat kekinian. Sedangkan, tokki , teman kecilnya dulu, sangat aneh, tertutup.


Dan satu kebiasaan tokki (Kelinci) yang ia ingat, tokki selalu menggigit bibir bawahnya, ketika berbohong.

Drt.. Drt.. Drt..

Ponselnya bergetar, segera ia membuka applikasi kakaotalk, berharap orang yang ia tunggu itu, sudah membalas pesannya.




Seketika, senyumnya merekah.



Yoora: Ne, Aku mau.






















She helped me.











To Be Continue,
Vote dan Comment untuk fast update, yaa.
Berhubung UTS nya udah selesai, jadi aku bakalan fast update, asalkan votenya banyak wkwkwkw.

Xx,
Chelsea.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro