Good

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Among the many stars in the sky, you're the only one of my favorite stars.


☆☆☆☆

Jimin POV.


Seoul, 12 March 2018.


Hari ini,
Sekolahku di liburkan, entahlah, guru-guru sedang melaksanakan rapat sekarang, dengar-dengar mereka merencanakan sesuatu, semacam pesta malam.


Aku memandang bangunan mewah dari dalam mobilku, baru beberapa menit yang lalu aku sampai kesini.

Tujuanku kesini adalah untuk bertemu Yoora, gadis itu tidak menjawab pesanku dari kemarin malam. Itu membuatku gelisah. Aku tidak tau kenapa.

Gelisah. Mungkin karena perkataan lelaki itu, perkataan Jeon sialan Jungkook.


Aku mencopot seatbelt yang sedari tadi masih kupasang, kemudian bersiap-siap untuk segera turun.

Drtt.. Drtt..

Saku celanaku bergetar,lebih tepatnya, ponsel didalam saku celanaku.

Dengan cepat, aku mengeluarkan ponselku, aku berharap itu pesan daru Yoora. Haha, oke. Apa aku terdengar seperti berharap sekarang?

Jenniex: Jimin-ahh,nanti malam kau mau makan malam bersama orang tuaku?

Aku membuang nafas kasar, gadis satu ini, kenapa tidak cari lelaki lain saja, tch. Atau mungkin karena pesonaku lebih daripada siapapun. Sulit untuk ditolak memang.

Tanganku tergerak untuk membalas pesannya.

JiminP:arraseo, chagia~ jam berapa? Biar aku kesana nanti malam.

Setelah membalas pesan itu, aku segera memasukan ponselku kembali kedalam saku, lalu segera keluar dari mobil.

Aku menghela nafas tenang, lalu kupandangi lagi rumah Yoora, rumah gadis aneh itu. Rumah gadis dingin itu.

Lalu, aku melangkah, memencet tombol bel di samping.

Sedetik.

.....

Dua detik..

....

Tiga detik..

....

Ceklek.


Seseorang membuka pintu rumahnya, tidak salah lagi. Itu pasti Yoora. Jadi dengan cepat aku menengok kearah sumber suara.

"Yoor- KAU?" aku membulatkan mata sempurna, yang keluar bukanlah Yoora, namun pria itu.

Temannya Yoongi hyung, kalau tidak salah namanya Daniel. Kang Daniel.

Lelaki yang waktu itu dipanggil Yoora dengan sebutan 'oppa' dan lelaki yang memanggil Yoora dengan sebutan 'chagi'

Wow.

Ternyata benar, pria itu kekasih Yoora.

Tch. Jika memang benar, siapa yang ada didepanku ini adalah kekasih Yoora, maka..

Aku siap bertaruh.

Tunggu.. Tunggu Park Jimin, barusan kau bilang apa?

"Kau?" Ia berjalan mendekat kearahku, berusaha mengingat-ingat wajahku.

Aku menyipitkan mata. Walaupun mataku memang sudah sipit dari sananya.

"Sedang apa kau disini?" Tanyanya seraya membukakan pagar. Heol, sudah seperti yang punya rumah saja gerak-geriknya ini.

"Yoora, dimana?" Tanyaku santai, pandanganku turun menatap pakaian yang dikenakannya.

Kaos tipis. Dan Training hitam. Oh, dan juga rambut kusut.

Apa mereka habis melakukan hub--

Tidak mungkin.

"Di kamarnya. Kau kesini mencari Yoora?" Ia menatapku datar. Lalu pandangannya beralih menatap ke arah belakangku. "Dan pacarmu?" Ia menaikan kedua alis.

"Gadis waktu itu, bukan kekasihku." Aku meninggalkan Daniel, kemudian melangkahkan kaki masuk.

Rumah ini sedang dalam keadaan sepi, bisa kutebak, pasti Ibu Yoora sedang tidak ada dirumah.


Dan..

Mereka berdua disini.

Boom.

Aku mendengar suara langkah seseorang yang mengikutiku dari belakang. Kalau bukan si sipit itu, siapa lagi?

Aku menaiki tangga menuju kamarnya, tidak perlu di beri tahu lagi, aku sudah pernah kesana.

Langkahku terhenti tepat didepan kamarnya, lalu aku berbalik. Menatap datar Daniel yang sedari tadi mengekoriku.

Bibirnya membentuk kata 'mwo'

"Aku tidak akan apa-apa kan Yoora, jadi tidak usah mengikutiku." Aku menatapnya datar, lagi.

Perlu digaris bawahi 'aku tidak akan apa-apa kan Yoora'

Daniel menatapku dengan ragu sebentar, lalu kemudian ia mengangkat bahu dan membalikan badannya.


Oh, satu lagi. Dia lebih tua dariku, dan aku tidak peduli.

Setelah Daniel benar-benar menuruni tangga, aku membalikan badanku. Menatap pintu didepanku, pintu dengan cat berwarna biru langit.

Tok.. Tok.. Tok..


Lalu, aku bisa mendengar teriaknya dari dalam kamar.

"Masuk saja, tidak dikunci."


Ceklek.

--

Yoora POV.


Aku menggambar sesuatu pada sketch book milikku. Well, kalian semua tahu apa yang ku gambar kan? Tidak akan jauh dari bintang.

Karena, sekarang aku sedang menatap langit lewat jendela kamarku.

Kau mau tau kebiasaanku yang lainnya? Ketika menggambar di meja belajar, aku selalu menjilat bibir bawah, Haha. Dan aku mengingat waktu itu, waktu Jimin menciumku. Segera kumasuki kembali lidahku.

Aku sendirian sekarang, baru beberapa menit yang lalu. Daniel oppa turun kebawah, dia bilang, dia kehausan.


Tok... Tok.. Tok..


Aish, Si gigi kecil itu.
Kenapa masih mengetuk pintu. Padahal sebelumnya aku bilang ointunya tidak dikunci. Dasar pintar.

"Masuk saja, tidak dikunci." Seruku dari dalam kamar.

Ceklek.

Siapa tahu saja, si gigi kecil itu tidak bisa mendengar teriakanku.

"Yoora-yaa.." Dan suara itu, oh, aku berhalusinasi. Daniel oppa dapat meniru suara Jim-

Tunggu.. Apa? Jimin?

Aku membalikan badanku, menatap siapa orang yang baru saja masuk kedalam kamarku, dan meniru suara Jimin.

Aku terkejut bukan main, tidak.. Tidak.. Tidak ada yang meniru suara khas Jimin, tapi yang berdiri disana itu.. Beneran dia, Park Jimin.

Aku reflek berdiri, kemudian merapihkan rambutku yang kupikir sedikit kusut.

"Jimin? Bagaimana kau bisa masuk kesini?" Tanyaku, berpikir kalau tidak ada yang membukakannya pintu.

"Pacarmu yang membukakan pintu. "Ia mengangkat bahu.

Huh?

Pa-pacar?

What the.


"Pacar? Maksudmu siapa?" Aku menatapnya bingung sekaligus heran.


Kemudian ia menatapku tenang, "tidak usah berpura-pura lagi, Yoora-yaa. "


Aku terkekeh konyol. Apa katanya? Berpura-pura? Apa-apaan dia ini.

"Dengar ya,  Jimin-ssi. Kau datang kerumahku tanpa memberi tahu terlebih dahulu, lalu masuk kekamarku tanpa izin, terus sekarang kau mau menuduh -nuduh aku punya pacar, gitu?" Ujarku.



"Kang Daniel itu kekasihmu kan?"


Kang apaa?!

Seketika tawaku meledak. "Hahahaha.. "


Jimin menatapku heran, "yaa, kenapa kau tertawa seperti itu?" Ia gugup.

Baguslah, aku ingin membuatnya malu saja sekalian.


"Hahahaha, Daniel? Daniel oppa? Pacarku? Hahahahah. " aku memegangi perut. Perutku terasa sangat geli. Aku tidak tahu kenapa.


"Yaa, memang be-benar kan?"


Aku menarik nafas, oke. Tenang.tenang.

Setelah tawaku mereda, aku berdeham. Kemudian menatapnya, yang kebetulan sedang menatapku juga dengan tatapan ingin tahu alias penasaran.

"Jadi, dia itu bukan pacarku."

Jimin membulatkan matanya, sekaligus tersenyum lebar. Ah, mau dia membulatkan mata juga tetap saja tidak kelihatan.


"Dia sepupuku."

"Se-sepupu?"

"Hm."aku mengangguk pelan.

Lalu, Jimin terlihat seperti sedang berpikir.

"Chagi yang dia sebut itu, maksudnya apa? "

Chagi? Jangan-jangan.
Waktu di club, dia memperhatikan kami?!

"Ah i-itu, dia suka bercanda seperti itu. "

Jimin terkihat seperti tidak percaya, namun beberapa detik kemudian ia mengangguk pelan "arraseo." (Aku mengerti)


Aku senyum kikuk, seraya mengusap leher belakangku.

"Ada apa kesini?" Tanyaku yang kini duduk di tepi ranjang, diikuti dengan Jimin.


"Aku kesini, mau memberitahu kalau sekolah kita libu-"

"Aku sudah tahu. " Aku tahu dia berbohong, bukan itu alasannya.

"Ah, iya. Aku lupa." Kini, giliran Jimin yang mengusap leher bagian belakangnya.

"Sasileun. Aku gelisah, aku terus memikirkan lerkataan si Jungkook itu." Ia menundukan kepalanya. (Sebenarnya)

"Jimin-ahh, aku sudah menerima aj--"


Jimin mengangkat kepalanya kembali, seraya memotong ucapanku.

"Tidak, jangan katakan itu."

"Jim-"

"Yoora, jangan buat aku cemas lagi."


"Kau.. Cemburu?" Oke. Oke aku gila. Aku terdengar seperti orang yang terlalu percaya diri ya? HAha.

Jimin memalingkan mukanya, kemudian kembali menatapku.




"Aku.. Tidak cemburu,tapi apapun itu sudah kuanggap milikku. Ya miliku."









Deg.

He is very good at saying that.

So good.

















To Be Continue.
Vote and spam comment untuk fas update yapp.
Xx,
Chelsea.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro