Deceived

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jimin menatap Yoora sayu, tatapannya berubah drastis dari sebelumnya,




Hatinya terasa sakit begitu gadis berkata "aku mulai menyukainya." . Dia sendiri juga tidak mengerti, kenapa hatinya bisa sakit? Bukankah Yoora hanya dianggap sebagai mainan baru yang lebih menantang olehnya?

Biasanya ia yang membuat para gadis-gadis sakit hati, tapi kenapa sekarang ia yang merasa hatinya tergores?



Memangnya aku punya perasaan padanya?



Jimin merasa ia tidak punya perasaan apa apa pada Yoora, namun, kenapa ia selalu ingin bertemu dengan gadis itu? Kenapa ia selalu mengkhawatirkan Gadis itu? Kenapa juga dia membenci Jungkook jika ia tidak menyimpan perasaan pada Yoora?


Atau mungkin, ia hanya tidak suka mainan barunya diambil orang lain.


Begitu bukan?




"Hey! Kenapa kau melamun?" Yoora melambai -lambaikan tangannya didepan wajah Jimin, dengan cepat, Lelaki itu tersadar.

"Huh?"



Setelah Jimin sadar, Yoora menatap jam dindingnya yang bergambar bulan.


"Sudah jam setengah sembilan malam, kau tidak pulang?"

"Kau mengusirku?" Tanyanya,

"Eung? Tidak, maksudku.. Bahaya jika jam segini kau pulang."

"Kalau begitu, besok saja."

"Huh? Shireo, tidak boleh!" Yoora menatap Jimin tajam,

"Katanya tidak boleh pulang jam segini." Jimin mengerucutkan bibirnya.

"Terus? Kau mau menginap? Begitu?"

"Mm,"Jimin mengangguk semangat, dan tersenyum idiot. Ini pertama kalinya ia tersenyum idiot.

"Tidak akan kubiarkan, kalau perlu ku tendang kau dari balkon kamarku ini."Tunjuk Yoora pada pintu kaca balkon kamarnya.

"Aigoo, Sudah kubilang padamu, jangan macam-macam dengan Park Jimin ini." Jimin mengedipkan sebelah matanya menggoda,


Yoora menatap lelaki disampingnya itu datar,




"Jangan terlalu dekat dengan lelaki itu juga." Jimin mengusap-usap rambut Yoora lembut, namun tangannya ditepis pelan.



*****


Yoora mengantar Jimin hingga gerbang rumah besar miliknya,

"Hati-hati," Yoora mengucapkannya dengan ekspresi datar, namun tetap saja  terlihat imut menurut Jimin,


"Aku bawa mobil, tidak usah khawatir. "Jimin mengusap tengkuk belakangnya,


"Aku tidak khawatir," Bantah Yoora.

"Ya, ya, terserah kau Yoora-yaa,"Jinin menatap kedua iris mata Yoora.


"Tapi, nanti kau akan mengkhawatirkanku, hingga kau tidak bisa tidur setiap malam."Lanjut Jimin, dengan kekehan diakhirnya.


"Itu... Menyeramkan. Dan tidak akan terjadi." Yoora menatap lelaki itu dingin,

"Tch, Aku pulang. " Jimin membalikan badannya setelah mengacak-acak rambut Yoora gemas.



Yoora memperhatikan Jimin, hingga lelaki itu benar-benar memasuki mobilnya dan segera pergi,setelah itu ia kembali masuk kedalam.




*****

Pagi ini, Pria bersurai cokelat tua itu sudah ada diperpustakaan umum tengah kota, dengan beberapa tumpuk buku disampingnya, dan juga surat cinta dari junior yang berjibun banyaknya.


Ia membaca buku serius, namun sesekali senyum tipis, membayangkan bahwa gadis itu ada disebelahnya,  Bae Yoora.

"Yoora, Bae Yoora, Yoora, Bae Yoora. " ia mengumamkan nama gadis itu berkali-kali dengan senyum lebar.

"Permisi, apa aku boleh duduk disini?" Gadis bersurai cokelat kemerah-merahan itu berdiri disamping Jungkook, menunggu jawaban dari lelaki ini,

"A-ah iya boleh,"


Gadis itu segera duduk di sebelah Jungkook, dengan Dua buku tebal ditangannya.

Tepat ketika gadis itu mendaratkan pantatnya pada kursi, Jungkook menyadari sesuatu.

"Maaf tapi..  Apa kita pernah bertemu sebelumnya?.. " Jungkook mengatakan itu dengan ragu -ragu,

Gadis itu menatap Jungkook, kemudian ia menarik sudut bibirnya membentuk menjadi senyuman.

Gadis itu menjulurkan tangannya didepan Jungkook, yang dijabat Jungkook dengan cepat,

"Senang bertemu denganmu lagi Jeon Jungkook, Bae Yaera imnida. "


Jungkook senyum lebar, memperlihatkan deretan gigi putihnya,


"Aku ingat kau, kau yang menabraku waktu itu, kan?" Jungkook terkekeh pelan,





Sial, dia tampan jika dilihat dari jarak yang dekat.



*****



"Eommaa! Aku pergi duluu." Teriak Yoora setelah beres mengikat tali sepatu puma miliknya,

"Eoh! Hati-hati. "Balas Eommanya,

Yoora segera berlari menuju pintu setelah merangkul tas ransel berwarna hitam kulit dengan gantungan planet-planet pada resletingnya,

Begitu ia menutup pintu rumahnya, ia melihat mobil yang kemarin Jimin pakai itu didepan rumah.

Bingung dan heran, gadis ini membuka pintu gerbang dan berjalan pergi begitu saja,



Lupakan, di negara ini pemilik mobil sepertinya bukan hanya satu orang.





Baru lima kali melangkah, seseorang membuat langkahnya terhenti,




"Yakk!" Pekik seseorang dibelakangnya,

Suara cempreng itu membuat Yoora segera membalikan badannya,


Gadis bertubuh mungil itu sedikit terkejut melihat siapa yang ada disana,

Seseorang yang dengan tanpa sopan santun memanggilnya dengan kata "yakk!" Itu Jimin,


Pemilik mobil itu adalah Jimin,

"Yak?" Yoora meniru gaya bicara Jinin, dengan nada tidak suka .

"Dasar gadis cuek, jangan bilang kau tidak melihatku ada disini." Jimin masih bersandar di mobilnya.

"Kau, mau apa kesini?" Tanya Yoora, yang kemudian menghampiri Jimin,


"Menjemputmu." Jimin mengangkat bahu, seolah menjemput Yoora adalah salah satu rutinitasnya.


"Untuk apa?" Ujar Yoora dengan wajah polosnya itu,

"Berangkat sekolah."

"Kalau aku tidak mau?"

Jimin melirik kedua tangan Yoora, kemudian ia melirik jam arloji ditangan kirinya,

"10 menit lagi, bel masuk.  Terserah kau mau dihukum didepan gerbang atau tidak. " Jimin mengangkat bahu lagi.

Mendengar itu, Yoora melongo.

"H-ah? Aku ikut denganmu." Yoora memasuki mobil Jimin seperti dikejar setan,


Melihat kelakuan Yoora, Jimin tertawa kecil, padahal bel masuk 30 menit lagi, karena Yoora sedang tidak memakai jam ditangannya, Jimin memilih untuk menjahilinya.


.




Gadis itu berlari memasuki gerbang sekolah, ia yakin pasti kali ini ia akan dihukum guru bp depan gerbang.



Ditengoknya kanan kiri lapangan, masih banyak siswa siswi yang berkeliaran, berjalan kesan kemari santai,



Dugaannya salah, ia tidak dihukum karena memang masih ada 20 menit lagi bel masuk berdering.



Yoora mengeraskan rahangnya, dan membalikan tubuhnya menghadap Jimin, nafasnya naik turun.

Aneh, gadis ini benar -benar kelewat kesal namun ekspresinya sangat lucu,



"Jimin-ssi, "Yoora mengela nafas,


"Kau mebohongiku?" Yoora mengucapkan itu dengan penuh penekanan,


Jimin tidak menjawab, melainkan senyum polos seperti tidak punya dosa sama sekali.



"Yak! " Yoora memukul lengan Jimin sedikit keras,


"Aw, appo. " Jimin meringis. (Sakit)


"Kemari kau!"Pekik Yoora dengan tatapan tajam setajam silet.


Begitu gadis bersurai hitam ini berjalan mendekat, Jimin mundur selangkah, kemudian dalam hitungan 123,ia berlari kencang,


Bagaimana dengan Yoora?




Ia tidak peduli dengan semua siswi yang emmbicarakannya, tentu saja ia akan tetap mengejar Jimin hingga dapat dan akan memukulinya.




Ketika sedang serius mengejar Jimin, sesuatu menarik perhatiannya.

Digerbang,ia melihat gadis yang waktu itu menabrak Jungkook dengan sengaja.


Yang lebih menarik perhatiannya lagi adalah,ketika Jungkook berada disebelah gadis itu,dengan senyum lebar.



Sepertinya Jungkook mengantar gadis itu sampai gerbang,dan setelah itu, Jungkook pergi setelah melambai-lambaikan tangannya pada Yaera.





Saat itu,kaki Yoora melemas,bukan karena ia kelelahan mengejar Jimin.




Tapi,Jungkook...dan..gadis itu..








"Aku benci ini," Kakinya melemas,membuatnya jatuh duduk diatas tanah.






Pikirannya tertuju pada lelaki itu,






Jungkook.

Jungkook.

Jungkook.

Dan gadis itu, siapanya Jungkook.














TO BE CONTINUE,
VOTE AND SPAM COMMENT,

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro