Distance

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lelaki itu berhenti berlari,





ia terkejut begitu gadis yang baru saja mengejarnya terjatuh ke tanah.

Jimin berniat untuk membantu Yoora berdiri, namun seseorang mendahuluinya.



Gadis dengan wajah yang familiar,



"Yoora-yaa,kau tidak apa-apa?"Tanya Jimin,begitu gadis bersurai cokelat kemerah-merahan itu membantu Yoora berdiri,

"Ah,ya." Yoora mengangguk lemah,


Jimin menatap name tag gadis itu,setelah membaca namanya,ia semakin bingung.


Kenapa 'Bae Yaera'??





Bukankah lusa kemarin aku melihatnya mengenakan nametag dengan tulisan 'Park Chaeyoung'.



Setelah melihat tatapan Jimin tertuju padanya, Yaera menepuk lembut pundak Yoora.



"Aku duluan." Ujarnya lalu segera pergi,



Yoora POV






Aku berjalan disamping Jimin, lelaki itu, kini aku anggap dia sebagai teman, karena cuman ia satu -satunya yang mau bicara denganku. Mungkin dia bodoh, mau berteman denganku.


Kau tau, banyaknya cibiran-cibiran yang keluar dari mulut para anak populer disekolah ini,ketika aku berjalan dengan Jimin,satu kalimat yang aku ingat adalah "dia tidak pantas berjalan disebelah pangeran sekolah." . Aku tidak peduli.


Bukan aku yang mau,tapi Jimin.
Aku tidak pernah memintanya untuk berjalan disampingku atau mengikutiku.


Sebenarnya, aku juga berpikir ini aneh, Jimin itu populer, sangat.  Sejak pertama ia masuk ke sekolah ini. Tapi, Jimin tidak mau berbaur dengan yang lain, kecuali aku. Apa aku ke geeran?



Dan soal didepan perpustakaan itu, dia hampir menciu--





Lupakan!! Aku tidak mau memikirkan itu lagi.



Jimin playboy. Aku tau, atau mungkin firasatku berkata seperti itu, dan dia sepertinya suka memainkan wanita. Sebab itu,  aku tidak berani menyukainya. Iya, jangan sampai.


"Kau serius tidak apa-apa?" Tanyanya yang membuyarkan lamunanku,

"Hm," Aku hanya mengangguk,


"Gadis itu yang mendorongmu?" Tanyanya,aku mengerti yang dia maksud, pasti gadis yang mencopy namaku. Bae Yaera.


haha,entahlah. Mungkin namanya memang sama sepertiku.




Mungkin.



"Ani," (bukan).

"O-oh."


Sampai depan kelas,aku masuk kedalam duluan,disusuli oleh Jimin.


Seperti biasa,setiap aku masuk,kelas yang awal mulanya ribut seperti pasar,kini hening.semua mata tertuju padaku dan Jimin. Tatapan tidak suka.

seperti biasa juga,aku tidak mempedulikan mereka dan segera  memasang earphone dikedua telingaku.

Setelah menaruh tas dimeja,aku duduk dikursiku, Jimin duduk disebelahku, tidak ada percakapan antara kami.


Aku tidak ingin berbicara sedikitpun.





"Jalang itu semakin membuat Jimin mendekat padanya."

"Murahan."

"Mungkin dia tidak laku.HAHAHAHA.dasar alien."

"Ilmu pelet apa yang digunakannya?sampai Jimin dingin pada wanita lain,"

"Iya,dingin pada Jennie juga.tch."

"Jalang.pelacur. idiot. Sinting."





Semua yang mereka katakan, aku bisa mendengarnya, karena aku tidak benar-benar mendengarkan lagu,


Mataku panas,meski aku berusaha menahannya. Aku pikir aku sudah kebal dengan hinaan-hinaan mereka, tapi tidak dengan sebutan jalang.


Aku tidak seperti itu,bahkan disentuh pun tidak pernah. Seharusnya merekalah jalangnya.





Sret.


Jimin menarik pergelangan tanganku agak keras, ia membawaku pergi ke rooftop.

Aku bersumpah, tarikannya sangat keras, membuatku sedikit merintih kesakitan, kupastikan pergelangan tanganku sudah merah sekarang.




Sesampainya di rooftop, Jimin melepaskan tarikan tangannya.

Angin sejuk menyambut kami begitu tiba disini, suasana rooftop memang selalu membuatku merasa tenang dan nyaman. Juga bintang-bintang yang bisa kulihat lebih dekat dari sini.


Kulirik pria yang kini berdiri disampingku,memejamkan matanya menikmati angin.

Cibiran-cibiran itu semakin parah

Seharusnya memang dari awal aku tidak meresponnya,aku tau akan begini jadinya.


"Boleh kuminta sesuatu?" Tanya Jimin tiba-tiba,

Aku menengok.


"Hm?" Aku berdeham,


"Jangan dengarkan mereka, itu permintaanku. "

"Maksudmu?" Aku menatapnya bingung,


"Aku tau kau memakai earphone hanya sekedar pajangan,"


"O-oh." Aku menundukan kepalaku menatap sepasang sepatu yang kukenakan.

"Jimin-ah," Aku menanggahkan kepalaku dalam satu hentakan.

"Wae?" Jimin menatapku, (kenapa)


"Bisakah.. Kita jaga jarak dulu? Untuk sementara ini saja." Aku mengatakannya dengan ragu-ragu,


"Yoora, maksudmu-"


"Iya, kau tidak usah dekat denganku."


"Aku tidak mau!" Pekiknya, jujur suaranya itu membuatku terkejut. Jimin marah. Dia sedang marah sekarang.

"Jimin-ahh,kumohon."


"Aku tidak mau! Bae Yoora!" Ucapannya penuh penekanan,seolah bersikeras tidak mau berjauhan denganku.


"Maaf. " Aku menundukan kepalaku,

Aku senang bisa berteman dengannya, aku senang sekali, hingga tdak percaya ada orang yang mau berbicara denganku, mengikutiku, menjahiliku dan semacamnya.


Tapi,aku tidak bisa membiarkan ini terus berlanjut. Bisa bisa,aku di celakai oleh penggemarnya disekolah ini.

"Oke. Kalau itu yang kau mau. " Jimin membuang nafas kasar.



"Dekati saja lelaki itu!" Maksudnya adalah Jungkook.


"Aku tidak ingin dekat dengan siapa-siapa dulu." Aku masih menundukan kepala,


"Bagus,mulai sekarang kita jaga jarak! Jangan mendekatiku,Bae Yoora. Karena itu yang kau mau!" Jimin pergi dengan langkah yang kasar, pintu rooftop sempat ia tutup keras,nyaris membuatku jantungan.





Mataku berkaca-kaca, Jimin baru saja berteriak padaku. Jimin marah besar.



Aku menanggahkan kepalaku, jangan sampai satu tetes air mata pun jatuh.


Kemudian aku menghela nafas, perasaanku campur aduk saat ini, setiap perasaanku seperti ini, aku tidak bisa melihat bintang dilangit.



Hari ini, aku ingin bolos. Atau mungkin, seterusnya.



******

Setelah melompat dari jendela kelas , aku diam di taman bermain, taman ini disediakan untuk anak-anak, tapi aku tidak peduli. Aku menyukai ayunan di taman ini.


Kebetulan juga, taman ini sepi. Jadi membuatku  nyaman berada disini,



Aku tidak suka keramaian,






"Aish. " aku merintih begitu luka dilututku terasa perih.




Cit..citt.. Cit..


Suara yang dikeluarkan ayunan itu begitu aku mengayunnya pelan,


Pikiranku yang semula tertuju pada Jungkook, kini berpindah pada Jimin.



Sedari tadi, aku terus memikirkannya, ada sedikit penyesalan untuk menyuruhnya menjaga jarak denganku, tapi kalau tidak.. Repurtasi Jimin akan memburuk sebagai pangeran sekolah,



Apa aku benar- benar menyesal ? Sejujurnya, iya. Sangat menyesal.




Jimin biasanya mengikutiku, aku merasa sepi. Merasa ada yang kosong setelah lelaki itu tidak ada disampingku,











Aku ingin Jimin disampingku.







Drtt.. Drtt.. Drtt.




Ponselku bergetar, membuyarkan lamunanku,

Aku segera meronggoh saku rok yang sedang kukenakan. Setelah mendapat ponselku, aku segera mengambilnya dan mengangkat telepon.



Tidak perlu kubaca terlebih dahulu siapa yang meneleponku, karena aku yakin itu bukan Jimin.





"Yeobuseyo?" Ujarku.

"Yoora- yaa. " Suara itu membuat mataku membulat sempurna,


"Jungkook?"

"Yoora, , kau dimana?"

"Kau- apa?"

"Aku merindukanmu. "

"Aku .... Ditaman bermain, belakang sekolahku."

"Aku mengerti, aku segera kesana. "

"Jang-"

Tut.. Tit.. Tut..


.


"Ini," ia menjulurkan kemasan susu cokelat,

"Buatku? Kenapa cokelat?" Aku menerima susu ditangannya,

"Kau wangi cokelat, jadi aku ingat cokelat. "


Mendengar itu, aku tertawa kecil, padahal aku tidak pernah menenakan parfum atau semacamnya.

Jungkook kini duduk disebelahku,maksudku ayunan sebelah.


Setelah mengobatiku,ia juga membelikanku susu cokelat. Jungkook sangat baik,

"Terimakasih banyak."aku tersenyum lebar kearahnya.


"Eoheol!ada apa dengan senyuman itu,hm?" Tanyanya,

"Mwoka?" Aku balik bertanya,(apanya)


"Terlalu dipaksakan."

Sedetik aku diam,kemudian tersenyum kembali.

"Tidak ada yang kupaksakan.,hahaha" aku tertawa keras,


"Kau berjauhan dengan pria itu?"tanyanya,


"Kau..tau?"


"Yaera bilang begitu."


"Oh-- tunggu..siapa?" Tanyaku,

"Yaera."







Yaera? Dia tau darimana?






Jungkook tertawa,kelihatan jelas kalau ia senang  , aku penasaran, apa yang membuatnya senang hingga senyumnya tak pernah lepas dari wajahnya itu,




"Aku juga sudah bertemu dengan teman kecilku, " Nada bicaranya semakin senang.

"Oh, ya? Siapa? " aku turut senang, bila ia sudah menemukan teman kecilnya.



Aku harap, aku juga bisa bertemu dengan teman kecilku.





"Yaera.!" Ia tersenyum.





DEG!





"Ya-yaera?"aku memastikan, saat itu, senyumku memudar.







Tidak mungkin dia yang menjadi teman kecilnya, itu tidak mungkin.






Tolong siapapun katakan padaku itu tidak mungkin.















that girl,

Why should it be her?


Why!
















To be continue,
Vote and comment untuk fast update, xixi.
Follow @ chelseavanmeijr di instagram okeyyy. 👌👌✌

Xx,
Chelsea.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro