Disappointed

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah selesai pelajaran terakhir, Yoora kembali ke kelas.

Ia mengambil tas dan barang - barangnya. Dia ingat, hari ini ada tugas kelompok untuk besok.

(Play Mulmed)

Ia melihat meja sebelahnya kosong. Tandanya, Jimin sudah pergi duluan.

Kau kemana?


Mungkinkah Jimin pulang duluan?

Selesai memasukan semuanya kedalam tas, Yoora menengok kearah meja Jimin, lagi.

Apa dia benar -benar sudah pulang duluan? Tanpa memberitahu Yoora. Lalu,

Bagaimana dengan tugas yang harus di kerjakan hari ini juga.

Di keluarkannya benda berbentuk kotak dari saku rok khas sekolanya,

Gadis berponi tengah ini menekan beberapa angka dan kemudian menelepon nomor tersebut.




Tutt.. Tutt..

"Ayolah, jimin." Raut wajahnya tampak gelisah. Jimin belum juga mengangkat teleponnya. Tapi Yoora tahu jelas, nomornya itu tersambung.

Sang pemilik nomor belum juga menjawab panggilannya, ini membuat Yoora cemas. Sangat.

Apa terjadi sesuatu dengan Jimin?


Panggilan itu ia batalkan, kemudian jari-jemarinya bergerak untuk mengirim pesan pada Jimin.


BaeYoora: Jimin-ssi, kau dimana?

BaeYoora: Tugas kelompoknya bagaimana?

BaeYoora: Kau sibuk? Aku akan menunggumu disini.



Beberapa pesan telah terkirim pada nomor Jimin. Setelah itu Yoora menatap ponselnya penuh harap, berharap agar Jimin segera membalas pesannya.

Sedetik,

Dua detik,

Semenit,

Lima belas menit,


Tidak ada balasan, bahkan tidak dibaca sama sekali.
Yoora sangat gelisah. Ia tidak bisa berhenti memikirkan lelaki itu.

Tidak, Yoora memikirkan Jimin bukan karena ia menyukai Jimin. Ini langka sekali bagi seorang Bae Yoora untuk menyukai seseorang. Ia menganggap Jimin hanya teman, hanya itu.

Yoora memutuskan untuk tetap menunggu Jimin dikelas, mungkin pria itu akan datang sebentar lagi. Sebentar lagi.


Satu jam.

Masih tidak ada balasan,
Langit pun sudah mulai gelap. Sekolah semakin sepi. Yoora akhirnya memutuskan untuk pergi.

Yoora melangkahkan kakinya meninggalkan kelas. Tatapan matanya berubah menjadi sayu. Jimin berasil mengusai pikiran gadis ini sekarang.

Bahkan, Yoora melupakan tentang tugasnya sejenak. Sepertinya ia mencemaskan Jimin, takut sesuatu terjadi pada lelaki itu.

Langkah kakinya menggema karena koridor sudah sangat sepi, bahkan terasa sedikit horror karena suasananya.

Murid-murid begitu cepat meninggalkan sekolah ketika menjelang malam.

Yoora tetap berusaha untuk tidak begitu peduli dengan Jimin yang pulang duluan tanpa sepengetahuannya. Mungkin lelaki itu tidak ingin menghubunginya lagi, atau tidak ingin menjadi temannya lagi.


Kau tidak boleh memikirkannya.

Karena ia tidak menyukai lelaki itu.



Atau mungkin belum.



------------

Diliriknya jam arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Jam setengah tujuh malam." Gumam gadis itu pelan, lalu kembali melanjutkan langkahnya untuk mengelilingi kota Seoul.

Ditatapnya langit yang mulai gelap. Ia menatapnya sedikit lama,

Kemudian Yoora menghela nafasnya kasar, "Tidak ada bintang." Ujarnya cemberut.

Ia tidak bisa melihat bintang. Karena perasaannya campur aduk saat ini, sesuatu yang susah untuk di deskripsikan.

Gadis bermarga Bae ini kecewa. Sangat kecewa, tapi bodohnya lagi, ia tidak tau apa yang ia kecewakan.

Langkahnya terhenti tepat di depan toko perpustakaan favoritenya. Tidak, bukan karena tokonya.

Sesuatu menarik perhatiannya, Yoora melihatnya ada disana. Lelaki bersurai pirang itu.

Dia belum pulang, pikirnya.

Jimin belum pulang.

Ingin ia sekali menghampiri lelaki itu, ia ingin bertanya. Kenapa Jimin tidak menjawab panggilan atau pesannya? Apa dia benar benar tidak peduli pada tugas untuk besok? Atau tidak peduli pada Yoora? Mungkin keduanya.

Selangkah, Yoora berjalan mendekat.
Namun ia mengurungkan niatnya, begitu melihat ada orang lain. Jimin tidak sendirian.

Yoora sedikit menyipitkan matanya, meneliti gadis yang kini rambutnya diusap lembut oleh Jimin.

Jennie.

Yoora tidak percaya, Jimin pergi dengan Jennie. Berdua. Sungguh tidak bisa di percaya.

Kedua matanya panas. Pandangannya mulai kabur. Tidak jangan nangis disini.

"Tch, setidaknya balas pesanku." Gumamn Yoora pelan dengan nada kesal. Apa yang dikihatnya itu menyebalkan.

"Kau cantik." Meskipun tidak terdengar suaranya, gerak gerik mulut Jimin mengatakan itu. Ditambah dengan senyuman yang terlihat sangat tulus.

Apa mereka berpacaran



Aku membatalkan janji dengan Jungkook hanya untuk mengerjakan tugas bersamanya, tapi-







"Untuk apa aku menunggunya, tch percuma. " Yoora membalikan badannya. Ia menundukan kepalanya.

Tidak ada satupun niatnya untuk mengganggu moment mereka namun, kali ini Yoora ceroboh.

Ia menabrak Seseorang dan membuat Jimin juga Jennie menengok kearahnya.

Sungguh tidak ada satupun keinginannya untuk mengangguk Jimin dan Jennie. Pikirannya sedang kacau, dan kali ini ia melakukan kesalahan.






"Yoora?" Gumam Jimin pelan.  Ia mengeryitkan dahinya bingung.




*******

Hujan gerimis mulai membasahi jalanan. Yoora menundukan kepalanya. Matanya terasa panas dan berkaca-kaca.

Gadis itu kini duduk di halte bus, dengan wajah yang kacau. Ia benar-benar menyesal telah menunggu Jimin selama berjam-jam.

Tidak tahu kah lelaki itu,  bahwa Yoora rela melewati rasa bosan, ngantuk, dan takut semenjak ia menunggunya.

Tes.





Ia menanggahkan kepalanya. Tidak boleh ada air mata lainnya yang menetes. Ditatapnya langit yang sedang menurunkan hujan.

Harinya menjadi begitu gelap, entah karena apa. Dan kenapa juga ia menangis?

Yang jelas bukan karena Jimin dan Jennie yang nampaknya sedang pendekatan. Atau sudah menjalin hubungan.

Tatapannya turun ke sepatunya.

Yoora menghela nafas kasar.  Ia sangat membenci perasaan yang di rasanya sekarang ini.

Bus yang ditunggunya belum juga datang. Dan jalanan hari ini cukup sepi.

"Hei." Sapa seseorang. Lalu, ia mengusap sisa-sisa air mata di sudut matanya.

Yoora yang masih menunduk, menatap sepatu si pemilik suara. Yang kini sudah berada di depannya.

Ia menanggahkan kepalanya, untuk memastikan siapa yang baru saja menyapanya.

Yoora membulatkan matanya terkejut. Bagaimana bisa ia tahu Yoora ada di halte ini.


Jimin.



"O-oh," jawab Yoora ketika melihat Jimin didepannya.


Jimin duduk di kursi samping Yoora yang menganggur. Ia juga terkejut melihat hidung gadis itu yang berwarna merah.

"Eoh?  Neo? Kau.. Kenapa menangis?" Tanya Jimin seraya mendekatkan wajahnya. (Kau)

Yoora menggelengkan kepalanya, "Aku tidak menangis." Elaknya.

"Bohong." Jimin meneliti mata Yoora.

"Aku bilang aku tidak menangis." Bantah Yoora penuh penekanan.

"Oke, aku percaya."

Jimin menengok ke arah Yoora. Ia tersenyum tipis.

"Jadi tidak?" Tanya Jimin tiba -tiba. Membuat Yoora merasa bingung.


"Apanya?" Tanya Yoora dengan suara kecil, bukannya dibuat -buat, tapi memang mood nya sedikit berantakan.

"Tugas kelompok." Balas Jimin cepat.


"O-oh, biar kukerjakan saja." Yoora menatap sepatunya lagi, ia tidak berniat untuk mengerjakan tugasnya dengan Jimin.


Ia tidak tahu apa yang membuat moodnya menjadi ancur seperti ini.


"Licik. Kau ingin mendapat nilai bagus sendiri ya?" Canda Jimin santai, dengan nada penasaran.

"Sudah malam." Jawab Yoora asal ceplos. Sebenarnya, ia malas berbicara dengan Jimin.


"Belum terlalu malam."

"Aku akan melihat bintang malam ini,maaf,jadi aku tidak bisa." Yoora beranjak dari kursi halte dan pergi.

Jimin ikut berdiri, dan kemudian menahan pergelangan tangan Yoora.

"Dengan lelaki itu?" Yoora mengerti maksud Jimin, maksudnya adalah dia, Jeon Jungkook.

Yoora menepis lengan Jimin, sedikit kasar.

Yoora juga tidak tahu apa yang membuatnya berubah menjadi kasar, emosinya tidak beraturan, ia tidak ingin melijat Jimin dulu.

Jimin terlihat kebingungan, begitu tangannya ditepis dengan cepat.

"Yoora-yaa." panggil Jimin.


"Aku pulang dulu."


******

Gadis itu menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong.

Semua tugas kliping, dikerjakan olehnya sendirian.

Seharusnya ada Jimin disampingnya, membantunya mengerjakan tugas bersama. 

Tapi,  mau bagaimana lagi? Bukankah Yoora menolak?

Kini, pukul 11 malam ia masih terpaku pada tugas yang belum selesai itu.


Gara - gara Jimin, ia menunggu disekolah sendirian hingga sekolah sepi. Dasar menyebalkan.

Gara -gara lelaki itu, Yoora mengerjakan tugasnya sendiri. Sebenarnya karena dirinya juga, kenapa tiba-tiba badmood.

Gara - Gara Park Jimin, ia telat pulang dan telat mengerjakan tugas untuk besok, hanya karena menunggu kabar darinya.


Jari-jarinya kembali mengetik dengan cepat, sesekali Yoora membenarkan kacamata bulat anti radiasinya yang perlahan mulai merosot.


Beberapa kali ia menguap, karena matanya yang sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Matanya sudah lelah,




Yoora POV


Mataku terasa sangat berat, ingin rasanya segera memejamkan mataku dan pergi tidur, aku belum pernah tidur kemalaman seperti ini sebelumnya.

Ah, nanggung.

Tugasnya hampir selesai.





Aku berpikir dan kemudian mengetik secepat mungkin.


Setelah selesai menuliskan nama kelompok. Aku menekan tombol save dan mengopy nya pada flashdisk.

Aku mereganggkan otot-ototku yang terasa pegal, terutama otot bahuku dan pergelangan tanganku.

Kepalaku tergerak untuk melihat balkon kamarku yang pintunya belum kututup.

Aku beranjak menuju balkon.

Angin sepoi-sepoi bisa kurasakan menerpa tubuhku yang hanya memakai kaos biru muda dan training hitam puma.

Kusenderkan tanganku pada pagar balkon. Kulihat bintang-bintang begitu banyak dilangit.


Aku tersenyum tipis begitu melihat salah satu diantaranya yang bersinar lebih terang dari yang lainnya.


"Spica." Ujarku, diakhiri dengan kekehan kecil.

Kuedarkan pandanganku pada bintang-bintang lainnya, namun ekspresiku berubah. Begitu melihat satu bintang kecil yang tidak bersinar terang.



"Apa kau sedang bersedih?" Tanyaku pada bintang kecil itu.  Iya, aku memang aneh. Aku tahu bintang itu tidak akan menjawab pertanyaanku.

Bintang itu Mewakili perasaanku hari ini. Kemudian aku menarik nafas dalam.


Ini tidak baik untuku berlama -lama diluar dengan udara seperti ini, aku memutuskan untuk masuk kedalam kamarku dan menutup pintu balkon lalu menguncinya.












the little star is sad.

same as me.





To Be Continue,
Vote and spam comment for fast update.
Xx,
Chelsea.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro