Stare

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

AUTHOR POV

Esoknya, Gadis bermarga Bae itu tidak masuk sekolah,



Lelaki yang baru saja duduk dikursi pojok paling belakang ,terlihat kebingungan, kemana dia?

Ditelitinya bangku sebelah,tidak ada gadis itu,tidak ada tasnya, gadis itu tidak sekolah. Tapi diatas mejanya terdapat kertas tebal yang sudah di jilid.

Penasaran, Jimin segera mengambil buku itu dan menempatkan di meja miliknya.

Buku itu agak berat, begitu ia mengangkatnya tadi.



Ia meneliti sampulnya terlebih dahulu, ada tulisan "Tugas Kelompok IPS"


Seusai membaca judulnya, Jimin terlihat terkejut, jadi gadis itu mengerjakan sendiri?

Ia tidak percaya bahwa Yoora bisa menulis tugas sebanyak ini,

Kemudian ia taruh buku itu di meja guru, setelah itu kembali ke bangkunya,


Ekspresinya berubah menjadi cemas,
Pikirannya tertuju pada Yoora, karena gadis itu tidak masuk sekolah sekarang,


Apa dia sakit?

Kecapaian?

Atau bolos?


Kembali ditatapnya kursi sebelah, bagaimana bisa gadis itu tidak masuk sekolah tapi ia menaruh tugas kliping diatas mejanya,



Itu tandanya,




Yoora sempat masuk kelas ,namun ia pergi.

Kemudian, Jimin mengeluarkan ponsel dari saku kemeja sekolahnya,

Ia membuka aplikasi kakao, dan mulai membaca pesan satu-satu.



Ada yang membuatnya berhenti mengscroll,



Bae Yoora.



Jimin segera mengclick akun gadis itu, ada ekspresi kaget begitu ia membaca pesan yang dikirim Yoora.



"Astaga, Yoora. mianhae. "


******



Setelah pergi dari sekolah, Gadis bersurai hitam itu melangkahkan kakinya masuk kedalam perpustakaan umum ditengah kota,




Tentu saja bukan perpustakaan favoritenya yang kemarin menjadi tempat pendekatan Jimin dann Jennie.

Ah sudah, Yoora tidak ingin memikirkan kedua orang itu.


Kali ini, tujuannya datang pada perpustakaan umum adalah agar ia tidak mudah ditemui, bukan berarti Yoora terlalu percaya diri akan dicari, tapi ia ingin sendiri.



Drrt.. Drtt..


Ponselnya bergetar, seseorang pasti mengiriminya pesan.

Yoora segera mengecek ponselnya, di notifnya ada nama Jimin, itu berati,Jimin yang mengirimnya pesan.


Jimin: Yoora-yaa,kau dimana?semalam aku tidak buka ponsel,ada urusan penting.

Urusan penting katanya.
Iya penting,karena bersama Jennie.


Jari Yoora bergerak mengetik sesuatu,lalu setelah selesai ia kembali menaruh ponselnya pada saku rok sekolahnya.

Yoora: oh,gwenchana.


Yoora kembali terfokus pada buku yang sedang dibacanya,biasanya ia memilih untuk membaca buku tentang sejarah atau misteri atau juga bintang. Tapi kali ini,novel cinta yang sedang dibacanya.

Ada beberapa perubahan dari Yoora, biasanya ia tidak mudah membuat moodnya ancur, dan biasanya juga ia dingin terhadap apapun. Namun sikap dinginnya perlahan berkurang, meskipun masih ada sifat cuek padanya.




Seperti sekarang ini, cuek pada sekitar,


Banyaknya seisi perpustakaan yang memperhatikannya karena menggunakan pakaian sekolah di jam yang seharusnya pelajaran sudah dimulai.

Membuat orang berfikir bahwa ia anak nakal dan tukang membolos.

"Perusak generasi muda. "

"Lihat anak itu, dia membolo-"




PLUP.

Dipasangnya kedua earphone ditelinganya, orang-orang itu sangat berisik.


Kemudian, Yoora kembali terfokus pada buku dimeja perpustakaan. Namun, pandangannya berpindah pada ponselnya, yang terletak disebelah buku,

Ditengah-tengah lagu yang diputar, ada getaran bahwa seseorang membalas pesannya.

Satu detik berikutnya, ia mengacuhkan ponselnya dan kembali fokus.

*******


"Kenapa tidak dijawab lagi,!" Jimin menaikan nada bicaranya,namun ucapannya barusan terdengar seperti berbisik.

Gadis berambut cokelat ikal itu menengok kearahnya, karena sedari tadi pria yang ditatapnya terlihat tidak bisa fokus belajar, juga terlijat gelisah, tentu saja gadis ino penasaran.

"Masih tidak dibalas juga. " gumamnya cemas.


"Jimin- aah, ada apa? Kau sepertinya mencemaskan sesuatu." Gadis itu menghampiri Jimin, dengan senyum cerianya.

"Eoh." Jimin mengangguk, tatapannya masih tertuju pada room chat bersama Yoora.

"Ada apa?" Tanya gadis itu lagi,

"Yoora, Bae Yoora. Aku mencemaskannya. " lagi -lagi Jimin masih terpaku pada ponselnya.

Mendengar itu, raut wajah gadis ini berubah, senyum cerianya perlahan memudar, seolah-olh menunjukan bahwa ia kecewa dengan jawaban Jimin.

"Kenapa harus mencemaskannya?" Nada gadis itu berubah.

"Ia tidak masuk, ditambah lagi,kemaein ia melihat kita." Jimin kini menatapnya,berharap gadis itu akan meninggalkannya sendirian.


"Kau tidak perlu mencemaskannya,dia memang sudah biasa membolo-"

"Jennie-ahh ,tolong jangan ganggu aku dulu." Jimin menatap gadis itu dalam,berharap dalam situasi ini ia dalat mengerti.


Jennie kesal, lalu ia membalikan tubuhnya dan meninggalkan Jimin dengan angkuh.



Ia kembali menatap room chat yang tak kunjung di balas oleh Yoora,

Jimin,lalu mengklik tombol telepon,dan menempelkan ponsel ditelinga kananya.



Tut.

Tut..

-----

~butterfly~ butterfly~

Ringtone telepon yang berdering,membuat Yoora melepas earphonenya kesal.


Begitu melihat nama si penelepon,raut wajahnya berubah menjadi sedikit lebih tenang.



"Yeobuseyo?" Tanyanya, (Halo)


























"Eoh,Jungkook-ah,"

"Aku baik-baik saja, ada apa?" Tanyanya,

-----



Hari ini, Jimin berubah menjadi pendiam, ia juga tidak mau kemana -mana, hanya diam dikelas, kalau tidak tidur,ya kembali pada ponselnya. Hanya untuk menunggu balasan dari Yoora.


Ia menyenderkan punggung pada kursi, setelah ia spam chat,Yoora tak kunjung membalas pesannya.

"Bae Yoora, jangan membuatku tambah penasaran padamu." Gumamnya yang kemudian memejamkan matanya,

Saat ia menelepon Yoora tadi, ada tulisan 'pengguna sedang melakukan free call', itu tandanya ia sedang berteleponan dengan orang lain.

Melihat Jimin yang banyak diamnya, Jennie ingin mengampirinya, tapi, gadis itu masih kesal dengan perkataan Jimin tadi.


Sebagai pemain wanita yang handal, seumur -umur,Jimin belum pernah dapat yang seperti Yoora.

Biasanya, jika di goda sedikit, atau mengeluarkan kata -kata dari mulutnya yang handal mengibul ,gadis -gadis akan jatuh cinta padanya,malahan mengejar -ngejar Jimin.


Tapi,Yoora..

Lihatlah,bahkan gadis itu masih dingin dan cuek,terbukti dari pesan Jimin yang tidak dibalasnya.

Mana ada gadis yang mau mencuekan Jimin? Tidak ada, Jimin bersumpah. Tidak akan ada yang mau cuek padanya, kecuali satu.

Gadis itu,

Yoora,


Lain dari yang lainnya.

Untuk saat ini, Jimin masih bingung terhadap perasaannya, kenapa sekarang ia bisa cemas dan gelisah saat Yoora tidak membalas pesannya,

Tapi ia terus mengucapkan, "karena ia mainanku. " didalam hati.





Jimin membuka matanya pelan, ia menatap langit-langit kelas yang bercat putih,





"Yoora, menurutmu perasaan apa ini?" Gumamnya.


*****

"Menurutmu apa?" Tanya gadis itu kebingungan,

"Menurutmu aku ini bagaimana?" Pria bersurai cokelat itu serius, namun tatapannya sangat lembut.

"Kau baik," Yoora nyengir,

Pria dihadapannya terkejut, seolah tidak percaya.

"Huh? Hanya itu? "


"Memangnya apa lagi?" Tanya Yoora yang terlihat sedang berpikir.


"Seperti tampan, atau imut atau.. "

"Baiklah, baiklah , kau tampan, Jungkook- ahh. " Yoora mengangguk angguk mengiyakan. Untuk saat ink, Jeon Jungkook berhasil, membuat mood Yoora meningkat.

"Jinjja?!" Jungkook terdengar kaget, dengan nada senang. (Benarkah)

"Mm," Anggukan Yoora,

Yoora menatap Jungkook,begitupun sebaliknya,

Jungkook senyum saat Yoora menatapnya dengan tatapan innocent, dan dingin di waktu yang bersamaan, tatapan gadis itu aneh, namun baginya tidak ada yang aneh dari gadis dihadapannya, Jungkook melebarkan senyumannya ketika Yoora membalas tersenyum padanya, tatapan gadis itu membuat hati pria ini tenang begitu menatap matanya,




Ah, Yoora, tolong jangan seperti ini.

Sedetik kemudian, tangan Yoora terangkat untuk mengusap -usap rambut cokelat Jungkook.



"Aigoo, Kau juga imut, Jeon Jungkook- ahh." Yoora mengusap-usap rambut pria itu lembut,


Namun, senyum Jungkook memudar, ditatapnya gadis dihadapannya dengan serius. Kali ini, tatapannya benar benar serius.


Ia menggenggam pergelangan tangan Yoora yang mengelus kepalanya, otomatis pergerakan tangan Yoora terhenti.


Yoora terlihat bingung, kenapa tiba -tiba seperti ini?



Apa aku melakukan kesalahan?




"Jangan lakukan itu, kau-" Jungkook menjeda ucapannya, seraya menatap gadis itu.

Lalu,ia menurunkan tangan gadis itu, dan menempelkan pada dadanya bagian kiri.






"Kau membuat jantungku berdebar." Lanjutnya,








Jungkook, what do you mean?

what is this pulse I feel?









To Be Continue.
Vote and Spam Comment untuk update cepat, hehe.
Jangan lupa follow ig ku ya @/ chelseavanmeijr .

Xx,
Chelsea.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro