Hard

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Flashback.



"Jimin- ahh, katakan sesuatu yang akan membuatku senang. " Gadis itu mempoutkan bibirnya, sembari membuka - buka lembar buku asal.


"Untuk membuatmu senang?" Pria bermarga Park itu mencerna perkataan gadis tadi.

"Mm, moodku sedang dalam keadaan tidak baik."



Jimin terlihat berpikir, sembari membaca buku novel horror yang baru saja diambilnya.




"Kau cantik." Ujar Pria itu menatap gadis disampingnya,




Mendengar ucapan itu keluar dari pria yang disukainya, pipi gadis ini memerah, ia tersipu malu, dan memukul Jimin pelan dengan buku ditangannya.



"Kau senang sekarang? " Jimin senyum tipis, karena gadis itu menggemaskan,


"Mm, gomawo, Jimin-ahhGadis itu mendekatkan wajahnya saat menyebut nama lelaki itu.




Dari luar kaca, sayup-sayup terdengar ada keributan kecil, segera mereka berdua menengok kearah sumber suara,



Jimin sedikit terkejut ketika ia melihat Yoora disana,




"Yoora?" Gumamnya pelan,




Setelah melihat Jimin, Yoora berlari kecil,
begitu juga dengan Jimin, ia segera berdiri, berniat untuk mengejar Yoora.


Tepat saat ia hendak melangkah, pergelangan tangannya ditahan, oleh siapa lagi? Tentu saja gadis yang ditemaninya malam ini.


"Mau kemana?" Tanya gadis itu,

"Mengejar Yoora, kau tunggu disi-"

"Tidak usah mengejarnya, biarkan saja dia." Pinta gadis itu,

"Jennie- ssi, tapi Yoor-"

"Jeball..temani aku." Gadis yang dipanggil dengan sebutan Jennie itu memasang ekspresi memelas.


Dan Jimin? Oh!  Playboy mana yang tidak kasihan melihat gadis memasang wajah memelas?


"Iya, aku akan menemanimu saja." Pria itu kembali duduk, ia berusaha tenang walau wajahnya berkebalikan dengan itu.




FLASHBACK END.





"huh?"  Gadis itu melongo,


Tatapan Jungkook tetap serius, namun beberapa detik kemudian raut wajahnya berubah, menjadi senyum hangat.


Sembari mengelus lengan gadis itu pelan, ia terkekeh.



"Aku hanya bercanda, haha. " tawa kecilnya membuat nyaman gadis disampingnya.


"Kalau kau bercanda, kenapa jantungmu berdebar beneran?" Tanya Yoora dengan polosnya.


"Huh?jinjja?! Memangnya terasa ya?" Tanya pria itu sembari meraba -raba dada bagian kirinya.


Yoora mengangguk dua kali.



"Ah,ketahuan deh!"Jungkook memukul kepalanya sendiri pelan.


"Tch,dasar." Yoora mendecak,kemudian ia kembali fokus pada buku yang dibacanya.



Jungkook mengacak -acak pucuk rambut gadis disampingnya.

Kemudian ia memperhatikan gadis itu dari pinggir,



"Ini kali kedua" Ujar Jungkook diakhiri dengan senyuman khasnya.

"Kali kedua?" Mendengar itu, Yoora segera memalingkan wajahnya menatap Jungkook bingung.



Tidak kok, bukan lagu Raisa. Bukan itu maksud Jungkook.


"Iya, kali kedua aku memperhatikanmu dari pinggir." Jungkook mengangguk, lalu setelah itu, ia mengacak-acak rambut Yoora lagi.



"Yaa! Rambutku jadi kusut. "Yoora mempoutkan bibirnya dan merapihkan poninya yang acak-acakan akibat ulah Jungkook.


"Kkkk, mian, kau terlalu menggemaskan." Ujar Jungkook,





Yoora mendecak sebal,namun itu terlibat lucu dimata Jungkook,

Saat hendak kembali fokus pada bukunya,ia tidak sengaja melihat seorang gadis yang nampaknya sedang memperhatikan mereka, wajah gadis itu terlihat sangat familiar,



Begitu ketahuan,gadis itu segera pergi,menutupi wajahnya dengan buku tebal yang sedari tadi dipakai untuk berpura-pura membaca.



Yoora menyiku lengan Jungkook pelan,


"Hmm?" Merasa disenggol, Jungkook membalas dengan dehaman.


"Tadi,aku melihat gadis yang menabrakmu disekolahku."


"Nugu?odisseo?" Jungkook kebingungan,dan mengingat-nginhat kejadian waktu itu, (siapa,dimana)

"Yang namanya hampir mirip denganku,"


"A-ahh,gadis itu. Kau melihatnya?" Tanya Jungkook.


"Mm,dia sepertinya memperhatikan kita berdua,"


"Memperhatikan?"




******


Gadis bersurai cokelat kemerah-merahan itu membuang buku setebal 500 halaman pada tempat sampah.


"Aish,menyebalkan." Decaknya pelan,sedetik kemudian,ia mengeluarkan ponsel dari tas ranselnya.


Ia menekan nomor orang yang ditujunya,




Tut..

Tut..

Tut..







"Yeobuseyo?" Jawab si penerima telepon,


"Ini aku, dia sedang berduaan dengan Pria yang kau suruh kutabrak waktu itu,"


"Jinjja?! Mereka sedang apa?!"  Si penerima telepon tampak gembira dan juga penasaran,


"Aku keburu ketahuan,aish menyebalkan, gara gara kau,aku harus ikut bolos sekolah!" Gadis itu mengacak -acak rambutnya.



"Ada misi baru yang kau harus lakukan, "

"Huh?"

"...... ..... ...... ...... ......-"


*******



Ponsel Yoora terus berdering, namun pemiliknya enggan untuk menjawab panggilan tersebut,


"Jimin?" Jungkook membaca nama penelepon,

"Biarkan saja,"


"Eoh? Tidak bisa dibiarkan, ini berisik."Jungkook mengambil ponsel Yoora, kemudian menggeser tombol hijau,


"Andw-"




"Yeobuseyo?"


"Nugu?" Suara Jimin, terdengar oleh Yoora.


"Ah, ini dengan Jeon Jungkook. Ada apa? Yooranya sedang sibuk. Tidak usah mengganggu."


"Sialan. Dimana kau sekarang?" Jimin
meninggikan suaranya se oktaf.


"Di perpustakaan umum tengah kota, memangnya ada ap-"


Tuttt.





"Aishhh! Kenapa kau bilang padanya kalau kau ada di Perpustakaan Umun tengah kota, eoh?!" Yoora menjitak kepala lelaki disampingnya kesal.



"Memangnya kenapa? Dia bertanya padaku, kok."



"Tapi aku berada ditempat yang sama denganmu, bodoh" Yoora mengacak-acak rambut frustasi.



Sementara Jungkook, ia hanya tersenyum tanpa dosa.

*******


Jimin POV


Mendengar itu, aku segera beranjak dari kursi yang sedang kududuki,


Persetan dengan Moon Saem, aku tidak peduli dengannya yang sedang menerangkan materi,


Aku mengambil tasku dan segera berlari keluar kelas,



"PARK JIMIN!MAU KEMANA KAU!"


Aku bisa mendengar Moon Saem berteriak padaku,namun kuabaikan.


Kali ini,serius pikiranku hanya pada Yoora.aku ingin bertemu dengan gadis itu.





Dengar kan? Aku ingin bertemu dengan gadis itu.





Aku berlari kencang,menuruni anak tangga,melewati koridor lantai satu,lapangan,dan keluar gerbang.



Perpustakaan umum itu masalahnya agak jauh,mobilku di parkiran sekolah,dan sekarang aku terpaksa lari.



Tidak Jimin,tidak ada yang melelahkan lari seperti ini,



Demi gadis itu,aku ingin segera melihatnya dengannya, iya, berlari adalah satu -satunya cara.





*******


"Huh..huh.." Nafasku naik turun,dan jantungku berdetak cepat saat aku menghentikan larianku didepan perpustakaan umun itu,


Gedungnya lumayan besar,bagaimana bisa aku menemukan Yoora,jika gedungnya lebar seperti ini.



Sebelum aku melangkahkan kaki berniat masuk,aku melihat lelaki bernama Jongkok itu keluar dari perpustakaan,tentu saja ia tidak sendirian.




Ada Yoora disampingnya, mereka terlihat sedang berbincang -bincang dengan tawaan yang seharusnya ditunjukan padaku, bukan pada lelaki itu.


Tanpa pikir panjang, aku segera berlari kecil menghampiri mereka.


Kakiku terhenti didepannya, begitu melihatku, Senyuman Yoora yang awalnya lebar, perlahan memudar.


Dengan nafas yang masih tidak beraturan, aku menatap Yoora dan Lelaki itu secara bergantian. Dasar brengsek. Beraninya dia berduaan dengan Yoora.

"Kau, pergilah." Usirku dengan wajah datar pada si Jongkok itu.

"Naega?" Ia menunjuk dirinya sendiri dan bertanya padaku.

"Siapa lagi?"


Lelaki itu diam. Namun kemudian..


"Yoora- yaa, kalau begitu.. Aku pulang dulu, annyeong. "Lelaki itu mengacak -acak rambut gadis dihadapanku.

Melihat itu, aku mengepalkan kedua tanganku kesal. Sialan.
Sialan.
Sialan.
Sialan.



Lelaki itu pergi.

Tersisa aku dan Yoora, begitu aku hendak melangkah, ia memutar badannya dan berjalan pergi.



"Yoora- yaa! " Panggilku sedikit keras.
Namun ia sama sekali tidak berhenti,


Aku berlari mengejarnya, dan berhenti tepat didepanya.


Langkahnya terhenti, ia menatapku dingin, bukan dingin seperti biasanya, ada yang lain dari tatapannya.







"Mianhae." Aku mengelus kedua bahunya lembut, kutatap dalam - dalam matanya,



"Kau tidak salah apa-apa. "Balasnya,datar.




"Yoora- yaa.. " Perlahan, aku membawa gadis itu ke dekapanku,



Kenapa susah sekali sih menaklukannya?
Biasanya gadis gadis akan memaafkanku kalau kupeluk seperti ini.









Aku mengelus -elus rambut bagian belakangnya,


"Mian, " Bisikku tepat pada telinga kananya,

Yoora bergeming.


Aku melepaskan pelukanku secara pelan, kutatap matanya,




Masih belum memaafkanku.


Lalu, entah kerasukan apa, aku menarik tengkuknya mendekat padaku,



Kutatap mata dan bibirnya secara bergantian, sial aku tidak bisa menahannya lagi.






Kini, kudekatkan bibirku pada wajahnya, semakin dekat aku bisa merasakan deru nafas hangatnya,





Sedikit lagi..






"Aku mau pulang." Ia memalingkan mukanya dariku, dan kemudian mundur selangkah.







Hampir kena. Tch, sial.





I do not understand anymore, why so hard to conquer? ...








Is she.. Really a girl?











TO BE CONTINUE.


Vote and comment, kalau mau comment apa aja juga boleh kok.
Inget, jangan lupa follow ig hehe.
Xx,
Chelsea.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro