Silent

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Haruskah aku tetap percaya? Apa hatiku akan menyetujuinya jika iya?

☆   ☆   ☆

Sedari tadi, begitu banyak mata yang tertuju pada mereka.




Lebih tepatnya, semua mata tertuju pada Daniel. Iya, lelaki itu memang jarang sekali keluar rumah, semenjak ia pulang ke Seoul. Tapi, sekalinya ia keluar. Semua wanita akan tergila-gila padanya.

"Apaan sih, kenapa mereka terus saja melihatmu?" Dengus Yoora sebal, seraya lanjut berjalan di koridor rumah sakit.

"Orang sakit jangan marah-marah." Ujar Daniel dengan sabar. Ia sadar bahwa ia sangat tampan sehingga mereka semua melihat ke arahnya.

Semua pasien di rumah sakit yang semulanya lesu, lemas dan seolah-olah tak berdaya. Tiba-tiba saja berubah menjadi sehat saat Daniel menebar senyumnya.

"Tidak usah sok jual pesona, kau tidak tampan." Omel Yoora, ia merasa jijik melihat Daniel yang sedari tadi menebar senyum dan mengenggam tangannya.

Yoora baru saja selesai bertemu dokter kepercayaan Daniel. Dokter bilang, Yoora hanya kecapaian. Tidak lebih. Jadi ia memberi vitamin untuk gadis itu.

Daniel percaya-percaya saja dengan apa yang Yoora katakan. Lelaki itu tidak ikut ke dalam ruangan saat Yoora di periksa.

Namun, wajah gadis itu berubah menajdi lesu saat keluar dari ruangan.

"Aku memang tampan. Jauh sekali ketampananku ini dengan Jimin." Ujar Daniel percaya diri. Yoora yang mendengarnya justru semakin menatap jijik.

"Terserah."

"Berbicara soal Jimin, kemana dia? Bukannya menemanimu yang sedang sakit. Awas saja kalau dia bermain di belakangmu." Nada bicara Danil terdengar seperti seseorang yang sangat tidak menyukai Jimin.

Yoora menjitak kepala Daniel sesikit keras, "Tidak usah berbicara sembarangan!" Gadis itu mendecak sebal.

"Terserah. Kau lebih pantas menjadi kekasihku." Gumam lelaki itu sebal.

"Apa?" Tanya Yoora begitu mendengar perkataan Daniel yang berucap dengan suara pelan.

"Apanya yang apa?"

"Tch. Tidak akan pernah benar memang jika aku berbicara denganmu. Dasar pengangguran."

Daniel menengok, menatap Yoora dengan gemas. Apa boleh menyukai sepupunya sendiri? Dengan cepat, Daniel menepis jauh-jauh pikiran itu.

"Bibirmu itu harus di sumpel ya." Daniel terkekeh, kemudian ia mengacak-acak rambut Yoora gemas.

"Sumpel? Dengan apa?"

"Ini." Daniel mendekatkan wajahnya. Sembari tertawa kecil.

-----------------

Lelaki bersurai gelap itu menyandarkan punggungnya pada dinding di depan toilet wanita.

Ia sedang berada di salah satu mall terbesar di Seoul bersama Yaera. Iya, tadi pagi ia mengajak Yaera untuk pergi ke mall.

"Jimin-ahh, gomawo." Suara itu menarik perhatian Jungkook. Bagaimana tidak, suara itu menyebut nama yang terdengar familiar di telinga Jungkook. (Terima kasih)

Jungkook dengan cepat mengedarkan pandangannya mencari sumber suara.

Ia melihat Jimin sedang menggandeng tangan gadis berambut ikal. Gadis berambut ikal yang pernah ada di ponsel Yaera.

Satu tangan lainnya, menjinjing banyaknya barang branded . Mungkin ada 10? Mungkin lebih dari itu.

Jungkook tersenyum miring, awalnya ia mengira lelaki berambut pirang itu sedang bersama Yoora. Tapi ternyata-

"Tch."

Jimin menggandeng tangan gadis --Jennie-- itu semakin erat. Seolah memperlihatkan kepada public bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih.

Jungkook melipat kedua tangannya di depan dada. Memperhatikan gerak gerik keduanya dengan senyum miring.

"Jadi, ini yang kau lakukan tanpa sepengetahuan Yoora." Gumam Jungkook yang kemudian mengeluarkan ponselnya. Lalu, Jungkook menyeringai dan segera membuka camera.




Cekrek.

"Serius, Yoora tidak apa-ap--"



Chu~





Jungkook kembali menyeringai. Kali ini, terlihat sangat menyeramkan, "Ah, yang ini sangat bagus sekali."

Cekrek.


Jimin menjatuhkan semua jinjingan belanjaan yang di genggamnya. Tidak peduli dengan tatapan orang sekitar. Kini, tangannya beralih pada tengkuk Jennie. Ia menekan supaya ciuman mereka semakin dalam.

Tangan Jennie pun mulai meraih bahu Jimin. Mencengkramnya sedikit kuat, karena Jimin menciumnya dengan penuh nafsu.


"Bagus. Ah iya, lebih dalam. Tidak bodoh, bukan begitu. Nah iya, itu maksudku. Lebih dalam lagi. Kalau bisa semakin panas. Nah ini, bagus. Bagus."

Cekrek.

Cekrek.

Cekrek.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi. Yaera.

Mendengar itu, Jungkook dengan cepat menyimpan kembali ponselnya di dalam sakunya. Kemudian bertingkah seolah tidak terjadi sesuatu.

Padahal Yaera jelas melihat apa yang Jungkook lakukan.

"Eoh, tidak. Bukan apa-apa." Jungkook menyengir lucu. Mengekspos kedua gigi kelincinya.

Yaera hanya mengangguk mengiyakan, "Kalau begitu, mau kemana lagi kita sekarang?" Tanya Yaera yang segera menggandeng tangan Jungkook manja.

"Makan. Ayo kita makan, tokki-ah." Ujar Jungkook diakhiri dengan senyuman kecil.

"Tokki? Apa itu? Kelinci?" Tanya Yaera bingung. Ia menggaruk pucuk kepalanya yang tidak gatal. (Kelinci)

Tapi yang lebih bingungnya lagi adalah Jungkook. Tentu saja. Ia berpikir bagaimana bisa Yaera melupakan panggilan yang di berikannya sejak kecil.

"Kau melupakannya?" Tanya Jungkook dengan nada ragu.

"Lupa? Lupa apa?" Tanya gadis itu dengan raut kebingungannya.

"Nama panggilan yang kuberikan untukmu. Sejak kecil." Jungkook menatap kedua iris mata Yaera. Berusaha mencari kebohongan. Dan, ia mendapatkannya begitu Yaera bertingkah aneh.

"Ah, iya. Aku lupa, maaf." Katanya.

"Lalu, apa panggilan yang kai berikan untukku?" Tanya Jungkook dengan nada dingin.

"Jungkook? Jungkookie? Jeon? Jeonie?" Tanya Yaera asal menebak.

Mendengar itu, Jungkook tersenyum seraya menggeleng kepalanya pelan. "Bukan itu, Yaera-ya."

Yaera menundukan kepalanya, "Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak ingat." Ujar gadis itu dengan nada penuh penyesalan.

Jungkook mulai merasa ada sesuatu yang Yaera sembunyikan. Tapi ia tidak tahu apa itu. Seperti, gadis itu berbohong kepadanya. Soal sesuatu.

"Gwenchana. Tapi boleh aku tanya satu kali lagi?" Pinta Jungkook. (Tidak apa-apa)

Yaera mengangguk,

"Apa bintang kesukaanmu?"




Deg.




Yaera menelan salivanya dengan susah payah. Pertanyaan yang tidak pernah di duga Yaera akan keluar dari mulut Jungkook.

"Bintang kecil?" Tanya Yaera asal menebak, ia kemudian mulai berdoa dlam hati, berharap bahwa itulah jawaban yang di inginkan Jungkook.


Kau menyukai Spica. Bukan bintang kecil.





Jungkook tersenyum kecut, "Wae? Salah juga?" Tanya Yaera penasaran. Ia melihat raut wajah Jungkook berubah seketika, meskipun lelaki itu berusaha menutupinya. (Kenapa)


"Tidak. Ayo kuantar kau pulang. Tiba-tiba saja, perutku terasa kenyang." Jawab lelaki itu yang kemudian berjalan mendahului Yaera.

--------------------

Sedari tadi, Daniel terus bertingkah lucu di depan Yoora. Ya, alasannya adalah agar sepupunya itu terhibur.

Mereka kini berada di Sungai Han, menduduki salah satu bangkunya. Menatapi tenangnya genangan air.

"Nae maeum soge jeojang." Daniel mengedipkan sebelah matanya kepada Yoora.

Yoora terkekeh. Meskipun sebenarnya, ia sangat ingin Jimin yang melakukannya. Menghiburnya ketika sakit. Mengantarkannya ke dokter. Mengecup dahinya sembari berkata 'Cepat sembuh. Aku akan selaku ada disini.'

Namun kenyataannya tidak. Jimin tidak bisa ada disisinya saat ini. Yoora masih ingat jelas pesan ang dikirim Jimin pagi tadi. Bahwa Jimin akan pergi ke rumah orang tuanya. Tentu saja, Yoora tidak ingin mengganggu family timenya Jimin.

"Sudah dong, jangan cemberut seperti itu. Semakin jelek saja kau." Ledek Daniel dengan suara imut.

"Terserah." Yoora kini menanggahkan kepalanya menatap langit, tidak ada bintang yang bisa ia lihat.

Sudah lama sekali Yoora tidak melihat bintang di suasana seperti ini. Ia benar-benar merindukannya.

"Berapa?" Tanya Daniel.

Yoora menoleh ke samping, "Berapa apa maksudmu?"

"Bintang yang kau temukan."

Yoora menggeleng lemas, "Tidak ada satupun." Ucapnya dengan nada santai, namun ada sedikit kekecewaan di dalamnya.

Daniel hanya mengangguk-angguk mengerti. Sepertinya, Yoora tidak ingin banyak berbicara saat ini. Padahal sedari tadi di rumah sakit gadis itu selalu berceloteh tidak jelas.

Drt... Drtt..

Ponsel Yoora bergetar. Dengan cepat, ia meronggoh saku hoodie milik Daniel yang di pakainya. Ada raut wajah senang begitu merasakan getaran ponselnya.

Berharap bahwa itu pesan dari Jimin.




Jungkook: sent a picture.(5)



Yoora segera membuka roomchat Jungkook.

Senyumnya yang mengembang seketika memudar begitu ia melihat sesuatu yang mengejutkan.

Yoora merasa matanya mulai memanas. Tidak tolong jangan keluar.

Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini, seseorang sedang bersama Jimin. Lelaki yang berstatus sebagai kekasihnya.

"Jimin.." Gumam Yoora seraya masih memandangi foto itu. Hatinyabterasa sakit begitu menyadari Jimin yang mengusap tengkuk Jennie dengan tulus.

Daniel menoleh, menatap Yoora yang kini meneteskan air mata.

"Kenapa?"

"Jimin.. "























"Berciuman dengan gadis lain." Selesai mengucapkan itu. Yoora merasa ada sesuatu yang baru saja menancap di hatinya. Rasanya sangat perih. Seperti sesuatu yang lancip itu menggores hatinya sangat dalam.

Dan ia merasa kecewa. Kecewa pada seseorang yang telah ia percaya.














She was disappointed. In silent.






-------------

To be continue.
Vote and spam comment~
Xx,
Chelsea.

Yang kaga ninggalin jejak. Liatin pas udah end ff ini. Gue udah ngingetin loh ya.

Udah ngingetin nih.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro