Stunned (19a)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Time flies so fast. Ternyata sudah dua bulan aku tinggal bersama dengan Rigel. Artinya, hanya perlu satu bulan lagi untuk melepaskan diri dari jerat kontrak laknat. Bebas dari laki-laki mesum untuk selamanya.

Keluar dari kamar, aku memandang sejenak ke arah kamar Rigel yang masih tertutup. Pagi ini, atau mungkin hari ini, rasanya tak ingin bertatapan dan makan semeja dengannya. Entah apa yang salah. Tapi, saat aku tiba-tiba menangis dan merasakan sakit ketika melihatnya memangku seorang perempuan, aku sadar memang ada yang salah. Padahal, sebelumnya aku biasa-biasa saja saat tanpa sengaja memergokinya dengan model tak tenar itu.

Elara yang tidak pernah menitikkan air mata karena hal tak penting begitu, entah pergi ke mana. Aku seperti tak mengenali diri sendiri.

Rigel, seorang laki-laki pongah yang membuat keadaan hatiku naik-turun belakangan ini. Saat berpikir tak akan peduli jika dia melihatku bersama Nathan, tapi nyatanya salah besar. Aku malah berlari hanya untuk ingin menjelaskan pada Rigel bahwa itu hanya makan malam biasa. Bahwa aku dan Nathan tidak ada hubungan spesial.

Setelah mencari dan terus mencari, aku tetap saja tak menemukan alasan mengapa harus sepanik itu. Aku tak mengerti dengan semua yang terjadi.

Oh, hati. Ada apa denganmu?

Dan sekarang aku sengaja berangkat kerja mendahuluinya. Membiarkan dia sarapan sendiri ditemani selembar kertas yang sudah tertulis pesan di sana. Bahwa aku tak bisa makan siang bersama, karena salah seorang teman sedivisi ulang tahun. Namun sesungguhnya, itu hanya alasan saja.

Ah, Rigel ....

🌺🌺🌺

"Selamat menikmati fasilitas kami, Mbak Elara."

Aku tersenyum ramah pada seorang resepsionis perempuan. Lalu, melenggang. Menjadi penghuni apartemen di sini, mendapatkan diskon 50% jika ingin menggunakan gym. Lumayanlah, daripada harus pergi ke tempat yang tak jelas.

Satu-satunya alasanku di sini adalah untuk melarikan diri dari Rigel. Maksudnya, ingin menghindari Rigel sebisa mungkin. Maka, sepulang kerja tadi, aku buru-buru menyiapkan makan malam dan langsung berganti pakaian.

Hanya ada aku dan seorang laki-laki yang sedang menggunakan pectoral machine. Mungkin orang-orang terlalu lelah untuk melakukan aktivitas setelah pulang kerja, jadi tempat ini sepi jam segini.

Tatapanku dan laki-laki itu beradu, lalu bibirnya tertarik ke belakang dan aku balas dengan senyuman. Kemudian, mataku tertuju pada alat leg extension yang berada di sampingnya. Tidak ingin melakukan olahraga berat ataupun membakar lemak. Jadi, langsung saja aku duduk untuk memulai latihan.

Ponsel di tangan kiriku berdenting. Dada berdebar saat tahu siapa pengirim pesan tersebut.

'Di mana?'

Dengan pelan, kakiku tetap bergerak, sedangkan jemari terantuk-antuk di layar. Bimbang, harus membalas atau tidak. Bisa jadi tepatnya aku malas untuk menjawab pertanyaan Rigel.

Belum habis kebimbangan ini, ponsel kembali berdenting.

'Kamu di mana, Elara?! Aku sedang bertanya!'

Meski tidak bertatapan langsung, aku bisa membayangkan bagaimana wajah dingin itu ketika bicara. Dan juga, nadanya yang hampir selalu terdengar kesal. Tiba-tiba, senyumannya tadi siang di kantor mengisi benak. Aku tak salah lihat, walau dari kejauhan. Dia tersenyum saat tanpa sengaja pandangan kami bertemu. Tapi ... secepat kilat bibir itu tak lagi tertarik. Padahal, dia lebih tampan dan manis jika sering melakukannya.

Ah, Elara! Kenapa kamu memikirkannya?

Aku menggeleng cepat dengan bibir yang tanpa kusadari entah sejak kapan ternyata tersenyum. Akhirnya, jemari sekarang benar-benar mengetik sesuatu di layar.

'Saya di gym bawah, Pak Rigel. Bapak silakan makan malam. Semua sudah saya siapkan.'

Menghela napas lega setelah pesan itu terkirim, aku kembali fokus pada latihan otot paha.

"Tinggal di apartemen ini juga?"

Wajahku yang tadinya fokus ke depan, kini beralih ke sisi kiri yang mana terdapat laki-laki berotot kekar tadi.

"Iya, tinggal di sini."

Dia lantas bangkit dari alat tadi dan berdiri di depanku. Tangannya yang kekar, terulur.

"Gue Felix."

Ckckck! Laki-laki memang tak tahu malu. Semudah itu untuk berkenalan dengan seorang perempuan.

"Elara," jawabku sambil membalas tangannya.

"Gue bisa ajarin lo workout atau jadi mentor buat bentuk badan lo. Itu kalau lo mau, sih."

Felix kembali tersenyum dan aku tercengang. Kuhentikan gerakan kaki, serta tersenyum kikuk. Bingung, bagaimana cara menolak agar tak menyinggung perasaannya.

"Gue nggak-"

"El!"

Ucapanku dipotong seseorang yang suaranya sangat tidak asing di telinga. Aku berdecak seraya memejamkan mata sebelum menatap Rigel. Terlihat kening Felix mengerut dan dia melipat kedua tangan di depan dada. Matanya terarah pada Rigel yang tengah berjalan mendekati kami.

Si bos pemarah! Kenapa dia harus datang ke sini?

"Pak Rigel," panggilku saat dia sudah berdiri di dekat Felix.

"Siapa, El?"

Pandangan Rigel silih berganti ke arahku dan Felix. Matanya yang menyipit itu sangat jelas mengisyaratkan bahwa dia menuntut jawaban.

"Gue temannya," jawab Felix.

Aura di sini tiba-tiba panas saat Rigel menatap tajam. Lalu, dia membantuku untuk turun dari alat leg extension. Digenggamnya erat tangan kananku. Sontak saja aku mendelik, tapi tak bisa melepaskan diri. Karena genggamannya begitu kuat. Dan Felix hanya terdiam menatap kami.

"For your information, gue cowoknya."

Selanjutnya, Rigel mengalihkan wajah ke arahku. Dia tersenyum. Benar, dia tersenyum. Jantungku seperti ingin keluar!

Ya, Tuhan, aku kenapa?

Debar di dada memburu, bahkan merasa sesak napas saat mendengar Rigel mengatakan itu! Aku memandang Rigel tak percaya. Tapi dia tetap bergeming, hingga akhirnya kudengar Felix meminta maaf dan pergi.

Masih belum pulih dari keterkejutan, Rigel menyentak tanganku kasar. Raut wajahnya kembali kaku. Dia mendengkus.

"Bagus sekali, El. Tidak menemaniku sarapan dan makan siang, sekarang malah bermesraan dengan laki-laki di gym. Dan kamu juga berniat untuk tidak makan malam denganku."

"Saya minta maaf, Pak. Tapi, saya kan sudah siapkan semua."

"Ck!" Dia berdecak. Kesal, sepertinya begitu. "Lupakan saja!"

Dia lalu berjalan ke arah rowing machine. Sementara, aku mengikutinya dari belakang.

"Lupakan?" tanyaku memastikan.

"Lupakan jika aku tadi mengatakan pada laki-laki itu bahwa aku ...." Dia menggantung kalimat, tapi aku sudah paham apa yang ingin dikatakannya.

Pelan, aku mengerjap. Memegangi dada untuk merasakan debarnya yang melemah. Rigel lagi-lagi memadamkan percikan api dalam diriku. Segampang itu untuknya membuatku merasa terlempar ke suatu tempat penuh kegelapan.

"Harusnya Bapak tidak perlu mengatakan itu."

Dia sudah duduk, sedangkan aku berdiri di sampingnya dan menundukkan wajah. Bersiap untuk membalik badan, tapi Rigel lebih dulu bersuara, hingga kuurungkan niat.

"Aku hanya mencoba berbuat baik. Kamu bawahanku. Tidak masalah jika aku membantumu agar tidak terjerat laki-laki yang nantinya akan memanfaatkanmu saja."

Apa katanya barusan? Aku tidak salah dengar, 'kan?

Kuangkat wajah sambil tertawa kecil. Rigel menghentikan gerakan tangannya dan memandangku. Alisnya hampir menyatu. Mungkin dia kebingungan.

"Bukankah Anda juga seperti itu, Pak Rigel?"

"Apa?"

Kakiku bergerak mendekat. Lebih dekat dan dekat. Rigel hanya diam saat bibirku mendekati telinganya. Dan sedetik kemudian aku berbisik, "Anda juga memanfaatkan kesusahan saya untuk mendapatkan keperawanan, Pak Rigel. Anda menjerat saya selama tiga bulan karena uang lima ratus juta."

Setelahnya, kutarik wajah. Membalik badan dan berjalan untuk menjauh darinya.

Kugenggam erat ponsel di tangan. Melampiaskan hati yang sesungguhnya ingin meronta.

Rigel, tidak bisakah sekali saja jangan sakiti aku dengan kata-kata dan sikapmu?

Rigel, tidak bisakah kamu pergi saja dari hidupku? Atau setidaknya, biarkan aku yang pergi dari hidupmu secepatnya. Karena setiap bersamamu, hanya perih yang terasa.

Rigel, tidak bisakah kamu menenangkan hatiku? Tidak bisakah kamu membiarkanku menjalani hari penuh ketenangan?

Ah, Elara yang bodoh. Bisa-bisanya kamu mengharapkan sesuatu dari Rigel. Bukankah hanya goresan luka yang dia beri selama ini?

TBC

Next masih aku, ya. Hehehe.

Jadi gini, Gaes. Karena BROKEN bentar lagi bakal tamat, untuk tiap part akan kami potong jadi dua. Biar kalian bisa nabung sebelum duo El open PO. Hihihi. Maka, untuk hari Kamis bakal update part Elara, Stunned(19b).

verlitaisme

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro