✧ Ice Cream ✧

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Siap untuk komen tiap paragraf?
Ditunggu vote and comment-nyaa

⑅ - ☆ - ⑅

Suara senandung selawat nabi terdengar lirih dari belakang laki-laki berkaus oblong biru tua, di lehernya terdapat kalung panjang berliontin salib. Biasanya kalung itu bersembunyi di balik baju tetapi sekarang dibiarkan menggantung bebas.

"Valdo ke mana?" tanya gadis yang berselawat tadi.

"Keluar. Lo mau?" Cewek itu menggeleng, menunjukkan lengannya yang basah bekas air wudu. "Perasaan meja di rumah ini gak cuma satu, Jo. Kenapa lo malah makan di tengah jalan gini, sih?"

"Dih, di pinggir, nih. Lagian enak aja gitu sambil liat pemandangan," jawabnya, masih sibuk menjilati es krim. Hazel terlihat mengangguk dan melenggang pergi. "Mau ke mana?"

"Siapa? Gue?" Laki-laki itu mengangguk. "Oh, mau solat duha. Kenapa?"

"Enggak apa-apa, sih. Tumben aja gitu," sahutnya santai. Ingin rasanya ia mendorong cowok ini dari balkon. Menyebalkan sekali. Baiklah, daripada mengurusi dia lebih baik dirinya menuju musala yang ada di rumah, lebih tepatnya di lantai satu, berhadapan dengan kamar kucingnya.

Joshua mengikuti tetapi tiba-tiba langkah Hazel berhenti dan berbalik. "Gue denger, lo beberapa minggu ini gak ke gereja. Lo bolos ke mana?"

Dia terkesiap, sepupunya mengetahui fakta yang ia tutup rapat. Darimana cewek itu tahu, sih? Dasar, ember bocor!

"Enggak, gue berangkat terus kok," elaknya mencoba santai.

"Cih, gak usah ngelak." Seakan sadar sesuatu, ia kembali memutar tubuh meninggalkan Joshua yang terdiam di ambang penasarannya.

•••

"Bener, kan?" tanya Hazel pada Joshua yang masih mematung di depan pintu. "Jujur aja, deh. Jangan ngelak. Gue juga gak pernah denger lo baca kitab ataupun suara lo waktu subuh. Jam-jam subuh seharusnya lo Saat teduh, kan?"

Joshua mengangguk ragu.

"Tuh, kan! Gue aduin ke uncle Alex mau lo?" ancamnya. Tentu saja Joshua kalang kabut mendengarnya. Jika saja daddy-nya itu tahu ia yang membolos ibadah, sudah dapat dipastikan uang jajan beserta fasilitas lainnya akan disita. Memang, keduanya terhalang jarak berkilo-kilo tapi jangan salah teruntuk masalah sita menyita seorang Alexander Dumas Haiderand itu tak perlu diragukan lagi.

"Jangan dong, Zel. Lagian lo denger kabar hoax itu darimana, dah? Padahal lo tau sendiri gue pagi-pagi berangkat ke gereja balik-balik siang, itu buat apa? Ya, buat ibadahlah!"

"Halah, ngapusi! Ibadah kagak bolos ibadah iya. Udahlah, lo mau di sini dengerin gue ngaji atau gimana? Tapi-"

"Gue di sini aja, janji enggak bakalan berisik kok!" Hazel memilih acuh, kembali menghadap kiblat dan mulai membaca Kalamullah. Usai membaca surah Al-Waqi'ah, ia kembali meletakkannya di tempat seharusnya. Melipat mukena dan sajadah pun ia lakukan. Ketika berbalik, ia menemukan sesosok tubuh manusia yang tergeletak menghalangi akses keluar masuk ruangan.

Cowok itu tertidur begitu nyenyak dengan sekitar bibirnya yang terdapat noda es krim. Mirip bocah, batinnya.

"Jo, bangun! Pindah kamar sana, ah." Dia melenguh pelan, mengerjapkan matanya tiga kali dan bangkit disusul Hazel. Berjaga-jaga agar tak jatuh saat di tangga nanti.

"Lagian lo tidur jam berapa semalem?" tanya Hazel ketika membuka pintu kamar. Tak ada suara yang menyahut, hanya acungan tiga jari tangan yang menjadi jawaban.

•••

"Hazel, gue nemuin ini di kulkas. Mau gak?" tanya laki-laki yang sedari pagi perempuan itu cari.

"Abis darimana lo, jam dua baru balik," omelnya. Valdo diam.

"Valdo, ih!" Cowok itu menoleh dan menyengir menampakkan gigi gingsulnya. "Lah, lo sendiri darimana bawa buku binder gitu? Ngambis? Tapi gak mungkin, sih, lo ngambis." Berdosa sekali cowok ini.

"Kagak. Gue abis bikin puisi baru, kali ini lebih keren, tau!"

"Dih, lagian lo gak bosen apa, nulis-nulis gituan dari dulu. Ada faedahnya, tah?"

"Lo gak bakalan ngerti, Val. Di setiap tinta yang gue torehkan ke kertas, di setiap kata yang tertulis ada sejuta makna tersirat, dimana makna itu sendiri lo gak bakalan ngerti. Semua yang gue rasakan ada di situ, lagipula semua orang punya hobi dan kecintaan masing-masing, bukan? Ini kecintaan gue," jelasnya. Bahkan tanpa sadar mata Hazel berkaca-kaca saat berbicara.

Hening beberapa saat hingga Hazel kembali mengingat pertanyaan cowok itu di awal percakapan.

"Eh, iya, lo nemu apa di kulkas?" tanyanya.

"Oh, cuma es krim, mau?"

Gadis dengan overall dress selutut berwarna lilac mengangguk semangat, ia mengulurkan tangannya guna menyambut baik es krim rasa cokelat, varian rasa yang amat ia suka.

"Bentar." Sepucuk es krim telah dijilat dengan nikmatnya oleh Valdo. Iya, benar, es krim yang diulurkan dimakan olehnya. "Mana, ih!"

Uluran kedua masih sama, gadis cantik itu kembali di-prank. Kembali diuji kesabarannya hanya karena sebuah es krim yang pada hakikatnya masih banyak di kulkas stoknya. Hingga uluran ketiga berhasil mendarat di tangan Hazel dengan selamat.

Kesal dengan ulah Valdo yang memancing emosi, Hazel beralih ke ruang keluarga dimana ada Joshua yang anteng menonton film animasi.

"Kenapa, hm?"

"Es krim gue dimakan sama Valdo! Kesel! Sebel!" jawabnya. Joshua dengan sabar mengelus puncak kepala gadis disebelahnya, berharap emosi yang meledak-ledak akan surut dan terbang entah kemana.

•••

Di kamar bernuansa pink, di atas kasur berukuran queen size berlapiskan sprei pink polos dan selimut berbulu dengan warna yang sama. Dia memindahkan file puisinya satu persatu dari buku binder menuju file berisikan karya-karyanya yang belum pernah ia publikasikan dengan alasan malu dan minder. Padahal jika dibaca dengan intonasi dan emosi yang pas, puisi-puisi tersebut bisa sampai pesannya kepada audiens. Namun, tetap saja dia masih memilih menyimpan semua datanya di flashdisk.

"Nah, ini dia, puisi gue yang hari ini gue tulis. Dilihat-lihat sih gak ada masalah, malah ini keren banget, gila!" Si cantik ini memang seringkali memuji dirinya sendiri, self reward atas apa yang telah ia lakukan dengan tepat. Karena sebenarnya di luaran sana banyak sekali oknum-oknum yang berlomba menjatuhkan mentalnya.

"Ini puisi untuk papi."

MERINDUMU

Bagai angin yang menerpa
Begitulah kasihmu yang tiada tara
Ihwal langit amat kelam
Sama sepertiku yang terpejam

Ingin rasa hati ini memanggilmu
Namun diriku sadar lebih dulu
Lembaran lusuh berisi kenangan
Kini berada dalam dekapan

Akankah kau kembali dengan senyuman
Setelah semua masa terlewatkan
Ingin rasanya aku terbang ke hadapan Sang Pengarang
Apalah dayaku ini Si seonggok harapan yang terbuang

Senyummu
Tawamu
Nasihatmu
Kini menjadi kenangan terindahku

Tahukah kau, Ayah?
Gadismu kini amat rapuh
Tak sampai hati 'tuk menggapai dunia yang makin jauh

Lelahnya diriku
Memang tak sebanding denganmu
Namun afeksi ini tertusuk belati
Tanpa kasihmu yang terhenti

Ayah
Beribu kata telah terlontar
Beribu cinta telah ku beri
Beribu doa telah ku layangkan

Ayah
Pintaku padamu hanya satu
Kembali ke dalam dekapanku
Pulanglah dan lindungi aku

Ayah
Dari beribu kata sebelumnya
Hanya satu yang ingin ku ungkap
Dari hati yang terdalam

Aku,
Gadismu yang lemah
Merindukan sosokmu yang hadir
Di sisiku, lagi

"Dan ini puisi untuk mami."

NESTAPANYA AKU

Waktu berlalu kesekian kalinya
Hati merindu setiap harinya
Rasa ingin memeluk terus menggebu
Seolah memberitahu bahwa ia tak lagi mampu

Malaikat tanpa sayapku
Apa kabar dirimu nan jauh dariku
Ingatkah engkau tentang aku
Buah hatimu yang kini menangis karena rindu

Memendam perasaan
Menekan rasa
Betapa nestapanya aku akan rindu

Merindukan pelukan hangat
Yang sejak beberapa waktu tak lagi ku dapat
Merindukan senyuman
Yang tak lagi ku lihat

Ibu
Diriku merindu
Rindu akan kasihmu
Rindu semua akan tentangmu

Tak terlintas di benakku
Untuk tak merindukanmu
Tak terpikirkan olehku
Untuk melupakan jasamu

Menanti di bibir pintu
Menunggu di dapur rumah
Mengharap kau datang menyapa
Namun,
Lagi-lagi aku dipatahkan oleh harapan

Kau yang ku rindu
Tak mampu menampakkan diri di hadapanku
Memelukku erat sembari berkata
Dunia akan baik-baik saja, Nak

Lagi dan lagi aku harus menelan pil pahit
Berdiam diri bersama kenestapaan yang menghampiri

"Papi, mami, Caramel rindu." Dan air matanya kembali mengalir deras.

⑅ - ☆ - ⑅

27 Agustus 2021

- 🐾

Gimana sama part ini? Semoga sukaa yaa!
Bantu aku dong, rekomendasiin ke teman-teman kalian biar makin banyak nih yang kenal Hazel dkk.
Boleh juga yang mau share BSI ke tiktok dan ig, bisa sekalian tag aku yaa, @helennfebry_.

Komen next banyak-banyak biar aku fast update!!

SPAM FOR NEXT CHAPTER!!! ☘️☘️

✨ t h a n k y o u ✨

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro