1.16 | pertandingan dan malam setelahnya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Firebolt kemarin Natal itu sudah dipastikan bersih." Wajah Rigel tidak senang saat menginformasikan itu ke Laurel.

"Ada tanda-tanda siapa pengirimnya?"

"Tidak." Rengutan temannya mendalam. "Kau tahu betapa mengkhawatirkannya ini? Seseorang mengirimkan dua Firebolt secara anonim. Tidak banyak orang yang punya kekayaan cukup untuk itu, dan lebih sedikit lagi yang punya alasan. Dan penerimanya adalah Harry Potter dan diriku. Satu-satunya hubungan di antara kami adalah Sirius Black. Dan sapu itu terbukti bersih, yang entah artinya Sirius Black punya rencana yang tidak bisa kita lihat atau lebih parah lagi, Sirius Black punya kemampuan sihir gelap yang begitu tingginya sampai-sampai tidak terdeteksi oleh ayahku dan seluruh profesor Hogwarts."

Laurel bisa saja mencoba menghibur Rigel dan mengatakan bahwa mungkin Firebolt mereka dikirimkan oleh dua orang yang berbeda masing-masing, tapi Laurel dan Rigel dua-duanya akan tahu bahwa itu omong kosong dan Laurel hanya akan membuang napasnya.

"Apa yang akan kalian lakukan dengan sapu itu jadi?" Laurel memutuskan untuk bertanya.

"Dad mengirimnya ke Grandma. Gran Andromeda, yang dulunya Black. Kalau Sirius Black menggunakan sesuatu yang khas Black, Gran akan tahu. Mum menunggu giliran untuk mengambilnya untuk diperiksa olehnya dan sebanyak mungkin teman-teman Auror-nya kalau Gran tidak menemukan apa-apa."

"Oh ...." Dan ini semua artinya sapu Harry juga dikembalikan. Mengenal Harry, Gryffindor itu tidak akan memiliki kecurigaan apa pun dan langsung memakai sapu itu untuk pertandingan Quidditch selanjutnya. "Bagaimana dengan Firebolt Harry?" gadis kecil itu bertanya, menyampaikan kekhawatirannya.

"Secara teknis dia sudah boleh memakainya sekarang." Rigel menggeleng-geleng. "Ayahku akan berjaga-jaga sepanjang pertandingan selanjutnya, kalau-kalau ada sesuatu yang terjadi. Semua orang setuju kalau pertunjukkan kematian Anak yang Bertahan Hidup di hadapan seluruh Hogwarts adalah sesuatu yang akan dilakukan Sirius Black. Dia selalu punya bakat untuk drama."

Laurel memikirkan wajah tampan penuh senyum laki-laki itu, hanya berumur dua puluh di foto pernikahan James dan Lily. Wajah yang begitu mirip dengan milik Rigel sendiri.

Laurel bisa membayangkan bagaimana wajah Sirius Black saat membunuh ketiga belas orang di jalan itu, tidak jauh dari ekspresi penuh kebencian di wajah Rigel setiap kali dia menyebut laki-laki yang seharusnya adalah pamannya itu.

Hubungan darah tidak berarti apa-apa.

***

"Apa yang sedang terjadi?" Laurel bertanya begitu baik Hermione dan Ron tidak bisa mendengar mereka. Kedua anak itu bersikap aneh, Hermione seperti menghindari Ron sepenuhnya dan karenanya, menghindari Harry juga. Dan Harry tidak berusaha melakukan apa pun.

"Scabbers dimakan Crookshanks," jawab Harry.

Laurel mengernyit. "Kucing itu melakukannya di hadapan kalian semua?"

Harry menggeleng. "Bukan, tapi ada—"

"Darah di sepraiku, dengan bulu monster sialan itu," Ron menyambung dengan nada suram penuh kemarahan. "Sudah jelas, kan? Kecuali Scabbers memalsukan kematiannya sendiri, sudah pasti monster itu yang melakukannya!"

Laurel tidak berkata apa-apa.

"Aku ada latihan Quidditch setelah ini," kata Harry dalam upaya menceriakan suasana. "Mau ikut? Kau bisa coba Firebolt-ku, Ron."

Wajah Ron langsung cerah seketika. 

Kalau saja Harry tidak sedang sibuk berusaha bersikap netral menengahi Ron dan Hermione yang sedang bertengkar, Laurel tahu hanya Firebolt itu yang akan bisa dibicarakan Harry untuk sepanjang hari.

Laurel masih tidak senang bahwa Harry akan memakai sapu itu, tapi gadis itu tahu saat dia sudah kalah. Dia tidak akan pernah bisa meyakinkan Harry untuk melepaskannya untuk diserahkan ke nenek Rigel dan Lyall yang mungkin bisa menemukan sesuatu. Dan kalaupun dia berhasil meyakinkan Harry, Oliver Wood dan Profesor McGonagall serta seluruh asrama Gryffindor mungkin akan mencekiknya karena telah membuat tim asrama mereka kehilangan sebuah Firebolt.

"Siapa yang akan mengawasi latihan kalian?" Laurel gugup memikirkan kemungkinan-kemungkinan peristiwa berdarah yang bisa terjadi saat Harry menaiki Firebolt itu.

"Madam Hooch," Harry menjawab, agak heran. "Oh, dan Profesor Lupin menjanjikan akan datang juga."

Laurel melepaskan napas lega. Profesor Lupin akan tahu apa yang harus dilakukan kalau-kalau yang terburuk terjadi. 

"Kau boleh ikut, kau tahu." Harry memberitahunya. "Teman-temanmu Rigel dan Lyall juga, kalau mereka mau. Tidak ada di antara mereka yang Ravenclaw, Wood tidak akan keberatan. Apalagi karena Profesor Lupin juga ada di sana."

Profesor Lupin benar-benar populer dan disukai oleh semua orang. Kecuali Snape. Dan anak-anak juga menjadi ramah pada Lyall dan kebanyakan juga melunak pada Rigel. Sekali lagi, Snape adalah pengecualian. Semakin populernya Profesor Lupin, semakin Profesor Snape bersikap tidak adil pada Lyall. Anak-anak mulai berspekulasi tentang alasan-alasan Snape yang jelas-jelas membenci profesor DA mereka.

Laurel sekarang tahu alasannya. Profesor Lupin merupakan bagian dari kelompok James Potter, yang dibenci habis-habisan oleh Snape. Harry dan Lyall-lah yang kena imbasnya. Meski begitu, sejauh ini Snape masih saja terus mengabaikan Laurel dan Rigel meski dengan hubungan mereka yang jelas pada Harry dan Lyall. Sekali-kali, kedua Slytherin itu menangkap Snape memperhatikan meja mereka dengan tatapan yang tidak bisa mereka terjemahkan dan sudah memalingkan wajah lagi sebelum berhadapan dengan mereka.

"Menurutmu dia kenapa ya? Profesor Lupin. Kemarin itu dia sakit lagi," Ron berkomentar. 

"Aku tidak tahu." Laurel menggigit bibirnya. Lyall juga sakit lagi, hampir bersamaan dengan ayahnya. Anak kelas dua itu tidak bilang apa-apa padanya, tapi Laurel bisa melihat wajah Lyall yang tidak berwarna dan matanya yang kelihatan pucat, serta tarikan-tarikan napas terlalu terkendali Lyall saat anak Hufflepuff itu sedang bersama mereka. "Aku akan menyusul kalian di lapangan." 

***

"Tadi itu keren!" Ron berseru penuh semangat. "Kau lihat bagaimana aku melesat lewat gawang barusan? Dan belokan itu? Wicked! Komet tidak akan bisa melakukan itu!"

Harry tersenyum pada temannya.

"Gryffindor pasti menang kali ini, Harry. Aku yakin," Ron menambahkan.

"Piala Quidditch hampir bisa dipastikan akan menjadi miliki Gryffindor kalau kalian menang dengan Ravenclaw," Profesor Lupin mengimbuhkan. Harry tidak melewatkan betapa tegang dan waspadanya profesor itu sepanjang latihan mereka, memperhatikan Harry dengan begitu intensnya seakan mengharapkan sapu Harry akan meledak di udara.

Laurel ada di samping Rigel, tangannya dalam kantong jubah tanpa berkata apa-apa. Kedua anak kelas satu itu juga tampak tegang selama dia berada di udara. Harry tahu mereka semua berpikir bahwa Firebolt-nya dikirim oleh Sirius Black dan bisa jadi mematikan, tapi Harry hampir-hampir tidak peduli. Latihan barusan adalah latihan paling sukses timnya sejak lama. Semua orang bersemangat akan memiliki sebuah Firebolt di tim mereka.

"Apa itu?" Lyall Lupin berhenti mendadak saat mereka setengah jalan ke kastil. "Ada sesuatu yang bergerak."

Postur Profesor Lupin langsung berubah. "Lumos." Cahaya dari ujung tongkat sang profesor menyinari sekitar mereka.

Crookshanks balas menatap mereka dari balik dedaunan, malas.

Ron langsung meledak. "Lihat! Dia masih membiarkan kucing itu berkeliaran! Sudah kubilang! Pergi kau!"

Crookshanks mengeong tidak senang dan berbalik berjalan ditelan kegelapan malam. 

***

Ravenclaw bukan tandingan bagi Firebolt Harry.

Laurel, tidak ingin menonton sendirian tanpa bisa berbuat apa-apa kalau sesuatu terjadi, duduk di kotak yang paling disesaki oleh para profesor, menyelip di sebelah Rigel dan Lyall, tak sampai beberapa langkah dari Profesor Lupin.

Lee Jordan tak henti-hentinya mengomentari Firebolt Harry alih-alih mengomentari pertandingan. Jantung Laurel mencelus setiap kali Harry melakukan manuver-manuver rumit yang kelihatan berbahaya di udara sementara kebanyakan anak berseru-seru menyemangati. 

Tim Ravenclaw jelas sudah patah semangat dari awal, begitu berita tentang tim Gryffindor memiliki sebuah Firebolt mulai menyebar sarapan tadi. Mereka bermain dengan hampir setengah hati, tetap berusaha tetapi sudah jelas bahwa Gryffindor akan menang.

Semua orang terlalu fokus melihat ke atas, kebanyakan memperhatikan lekat-lekat Harry dengan Firebolt-nya, sampai-sampai tidak menyadari saat tiga sosok berkerudung berjalan memasuki lapangan.

Ketika Cho Chang, seeker dari Ravenclaw, mendadak berseru dan menunjuk, barulah orang-orang melihat tiga sosok yang sekilas dapat disalahkirakan sebagai dementor. Harry, di atas sapunya, mengeluarkan tongkatnya dengan satu gerakan cepat yang mulus, dan sesuatu yang berwarna keperakan meluncur dari ujung tongkatnya.

Harry mengangkat sebelah tangannya, Snitch berkilauan di bawah cahaya matahari. Madam Hooch meniup peluit. Laurel bersama dengan ketiga Lupin langsung berdiri dan bergerak menuruni tangga, cepat, saat tim Gryffindor menerjang Harry dalam kegembiraan dan stan asrama singa meledak dalam perayaan.

Harry melihat mereka. "Aku sama sekali tidak terpengaruh dementor-dementor itu!" serunya bersemangat. "Patronus-ku berhasil juga!"

"Kerja bagus mengenai patronus-nya, Harry. Tapi tentang itu, eh, mereka bukan dementor," kata Profesor Lupin.

Laurel sudah terlebih dahulu menangkap maksud profesornya, melotot ke arah ujung lapangan, tempat Profesor McGonagal sedang berdiri di depan tiga sosok terbelit-belit jubah hitam. Rambut pirang platinum Draco Malfoy mencuat dari tumpukan tiga orang itu.

Profesor Lupin memimpin mereka berjalan ke pinggir lapangan. "Patronus-mu menakuti Mr Malfoy, kukira," dia berkomentar.

Ron menyusul mereka, dengan Harry tertawa terbahak-bahak melihat Malfoy, Crabbe, dan Goyle, apalagi saat Malfoy berhasil membebaskan kepala dan lehernya yang memerah dan rambutnya yang acak-acakan, alisnya mengerut marah saat dia mendelik pada Harry dan Ron.

Untuk sesaat, tatapan Malfoy berserobok dengan milik Laurel. Gadis kecil itu memastikan untuk balas menatap Malfoy dengan tatapan paling mencela yang dimilikinya.

Malfoy berjengit dan mamatahkan kontak mata mereka.

"Pesta, Harry, ruang rekreasi Gryffindor! Ayo!" salah satu dari si kembar berteriak.Harry tersenyum kecil pada Laurel. "Aku akan memelukmu tapi aku sedang berkeringat banyak."

Laurel tertawa. "Pergilah, sana." Dia tidak terlalu peduli mengenai Quidditch kecuali tentang Harry. Dan mengetahui Harry baik-baik saja dan hal yang ditakutkannya tidak terjadi membuatnya gembira lebih dari kemenangan mana pun.

***

Ada kepahitan di asrama Slytherin setelah Gryffindor menang dan Malfoy beserta kedua temannya tertangkap basah berusaha menyabotase tim Gryffindor. Mereka adalah Slytherin, mereka tidak seharusnya tertangkap saat mencoba melakukan sabotase.

Laurel tidak suka duduk di ruang rekreasi saat ruangan itu sedang ramai, terlalu banyak orang yang menatapnya dan merengut seolah-olah status darahnya adalah sesuatu yang bisa dia kendalikan.

Laurel memberi gestur pada Rigel bahwa dia akan naik ke kamarnya. Hanya ada Astoria di sana, duduk di mejanya sambil menulis. Gadis berambut gelap itu memberi Laurel seulas senyum sebelum kembali ke pekerjaannya sendiri.

Laurel buru-buru menyiapkan diri. Dia ingin sudah berada di tempat tidurnya dan menutup tirai pada saat Valentina dan Stacey masuk.

Itu bukan hari yang sangat buruk, Laurel memutuskan. Pertandingan Quidditch berjalan lancar, Harry menang dan Firebolt-nya tidak kenapa-napa, Laurel duduk dengan Rigel dan Lyall dan bukan dengan para Slytherin.

Malamnya tidak sebaik itu.

Mungkin tidak lama setelah tengah malam, ada suara-suara di luar kamar mereka. Laurel langsung bangun, waspada. Ada seseorang yang berbicara, lalu banyak, setelah itu suara-suara langkah kaki cepat.

Ada yang memasuki kamar mereka. "Bangun, semuanya! Kumpul di ruang rekreasi sekarang." Laurel mengenalinya sebagai seorang prefek perempuan mereka, Freya Yaxley namanya, mungkin?

Laurel menyibak tirainya, tongkatnya sudah siap. Freya menunggu di ambang pintu dengan tongkatnya sendiri menyala dengan Lumos, wajahnya awas. Cepat, Laurel memakai jubah dan sandal kamarnya. Udara masih cukup dingin. Astoria mengikuti teladannya tanpa suara sementara Valentina dan Stacey masih memandang dengan mata besar ketakutan.

Freya si prefek mengulangi instruksinya, kedengaran tidak sabar. Tidak lama, Laurel sudah bersesak-sesakkan dengan semua anggota asrama Slytherin. Secara otomatis, dia menengok kesana-kemari untuk mencari Rigel.

Hayley Mitchell menemukannya dahulu, tidak berkata apa-apa tapi tidak pergi ke mana-mana juga. Laurel menemukan Rigel tidak lama kemudian.

Wajah anak itu pucat. "Apa yang menurutmu terjadi?"

Laurel tidak tahu, dan kelihatannya belum ada yang tahu juga. Anak-anak berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil, prefek menjaga anak-anak yang lebih muda. Freya Yaxley tidak kelihatan peduli Laurel tidak ada bersama dengan anak-anak kelas satu lain yang semestinya dijaganya. Semua orang berbisik-bisik, cemas.

"Diam semuanya!" Suara Profesor Snape, tidak sangat keras tapi efektif, meredakan semua pembicaraan. Sang profesor yang menyerupai kelelawar gua itu lalu melanjutkan dengan suara terkontrol, "Sirius Black dipastikan baru berada di dalam asrama Gryffindor beberapa saat yang lalu."

Tidak ada yang berbicara.

Laurel tidak bisa menghentikan otaknya untuk menyadari bahwa sekarang setelah dia tahu tentang permusuhan Snape dan Black di sekolah dulu, ada kebencian pahit di nada profesornya setiap kali menyebutkan nama Sirius Black.

"Kalian akan diam di sini. Tidak ada yang menyelinap keluar," kata Snape. "Prefek, hitung jumlah murid setengah jam sekali."

Dengan itu saja, sang profesor mengibaskan jubahnya dan pintu batu asrama terbuka. Snape berjalan keluar, hampir tertabrak oleh Profesor Lupin sedetik setelahnya. 

"Lihat ke mana kau menuju, Lupin," Snape mencibir.

Si profesor DADA tidak memedulikannya. Matanya memindai ruangan, cepat dan hampir panik. Rigel mengangkat tangannya, melambai sedikit.

Kerumunan menyibak untuk sang ayah. Profesor Lupin berjalan ke arah mereka, terburu-buru.

Semua mata ada pada mereka sekarang. Semua orang tahu bahwa Rigel seorang Black juga.

Laurel mengenali ketegangan di tubuh sang profesor ketika menunduk di depan putranya. Namun, Laurel terkejut ketika sikap defensif Profesor Lupin mengikutsertakannya dalam posisi siap dilindungi.

"Lyall?" tanya Rigel.

Sang profesor mematai para penghuni ruangan itu sekali. "Baik-baik saja. Baru dari Hufflepuff."

"Harry?" Laurel ikut bertanya.

"Baik-baik saja juga. Sirius Black salah menargetkan tempat tidur Ron Weasley."

"Dia berhasil masuk ke kamar Harry?" Laurel ngeri memikirkannya.

"Mereka semua baik-baik saja," sang profesor menenangkan meski dirinya sendiri tidak kelihatan tenang. "Kalian tinggal di sini, oke? Aku harus lanjut menyisir kastil."

"Dad."

"Tidak ada yang bisa mendapatkanmu di sini, Rigel," kata sang profesor lembut sebelum bangkit berdiri, memandang ke belakang mereka. "Miss Mitchell." Profesor Lupin mengangguk. "Mr Pucey."

Profesor Lupin meninggalkan asrama Slytherin. Hayley menggantikan posisi sang profesor di depan Laurel dan Rigel, melotot pada anak-anak lain sampai mereka mengalihkan pandangan.

Hayley melirik mereka sekilas. "Aku tidak melakukannya untukmu, Lupin-Black," kata gadis itu datar.

13 Agustus 2021

Nama Freya Yaxley dicuri dari fanfiction berjudul Evitative di AO3 oleh Vichan soalnya Rye suka sama namanya.

Rye

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro