28 | Soraya Menggila

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Maaf, usia di bawah 17 jangan baca. 😥

****

"Bagaimana kau bisa selamat dari ledakan itu, Hazeem? Bukankah selama ini kau bersama Bilal di Eropa!" Omar menautkan kedua alisnya.

"Hmm ... karena pada saat ledakan itu terjadi, aku sedang tidak bersama, Tuan Bilal, Omar. Tuan Bilal, menyuruhku untuk memantau BIL'YAS Resort yang sedang direnovasi."

Omar memiringkan kepalanya dengan mata yang menyipit. Dia merasa curiga dengan jawaban Hazeem. "Apakah para kuli bangunan itu harus berkerja hingga larut malam, eh?"

Lidah Hazeem membelit. Tangannya bergerak mengusap peluh yang sedari tadi sudah membanjiri pelipisnya. "Mm ..., Tuan Bilal ingin segera menyelesaikan proyek itu. Jadi aku ... menyuruh para kuli itu untuk berlembur."

"Dia berbohong!" Lengkingan suara Raqad membuat Hazeem dan Omar menoleh ke arahnya.

Omar berdiri dari duduknya. Dahinya berkerut menatap wajah mantan sekretaris Bilal yang berdiri di ambang pintu dengan napas terengah-engah. "Apa maksudmu, Raqad?" tanya Omar selidik.

"Hazeem dan Soraya berkerjasama untuk memanipulasi keadaan. Mereka dalang di balik ledakan bom itu, Tuan! Sebenarnya ..., Tuan Bilal masih hidup! Bahkan sekarang dia sudah berada di Yordania. Soraya menyanderanya!"

"A--apa?" Kedua mata Omar nyaris saja melompat dari tempatnya. Dia mendelik ke arah Hazeem seraya menguatkan kepalan kedua tangannya.

"Tutup mulutmu, Raqad!" bentak Hazeem garang. Dada lelaki tambun itu naik turun menahan emosi. Sial! kenapa istrinya itu membeberkan semuanya? Hazeem berdiri dari duduknya dan hendak menghampiri Raqad, dia ingin menghajarnya. Namun, langkahnya terhenti karena bogeman mentah dari Omar menyerang wajahnya secara bertubi-tubi hingga membuat tubuhnya terhuyung.

"Berengsek kau, Hazeem! Kenapa kau melakukan semua ini pada Bilal, ha?'' Omar menarik kerah kemeja manajer itu dengan rahang yang mengeras.

Hazeem tersenyum simpul. Dia mengusap ujung bibirnya yang berdarah. "Sepupumu itu sangat angkuh dan harus diberi pelajaran!" sinis Hazeem.

Tubuh Omar terlempar membentur tembok saat Hazeem menendang perutnya tanpa berbelas kasih. "Keterlaluan kau, Hazeem!" Omar memegangi perutnya yang bergolak mual dan sakit.

Hazeem tersenyum penuh kemenangan setelah berhasil menyudutkan lawan. Dia segera mengarahkan moncong pistol pada Omar yang sudah mengangkat kedua tangannya ke atas. "Ucapkan selamat tinggal pada dunia ini, Omar!"

Hazeem bersiul. Selama ini dia selalu gagal untuk membunuh Omar. Hari ini, hidup pria sialan itu harus segera berakhir. Bukan tanpa alasan Hazeem melakukan tindak kejahatan ini, semua karena Soraya memberinya ribuan dinar dan juga kepuasan seksual yang tidak dia dapatkan dari istrinya Raqad yang kurus kering itu. Hazeem memiringkan senyum seraya menarik pelatuk pistol yang digenggamnya. Rahang lelaki itu kian mengeras.

DORR!

Suara letupan peluru menggema di ruangan bernuansa putih itu. Sebutir timah panas telah menembus perut seseorang. Omar tersedak dengan mata yang melebar sempurna. Pria itu menoleh ke arah pintu dengan susah payah.

Di sana berdiri beberapa lelaki berseragam polisi. Mereka segera menghampiri Hazeem yang sudah bersimbah darah di bagian perutnya. Salah satu polisi itu telah menembaknya.

Raqad berteriak histeris. Wanita itu terduduk lemas menatap lelaki yang dicintainya diseret oleh dua orang polisi. Hati Raqad pedih melihat darah segar yang terus menetes memerahi lantai marmer putih itu. "Hazeem!"

"Raqad! Katakan padaku. Apa yang sebenarnya terjadi dan apa hubungan kalian dengan Soraya?" tanya Omar beruntun seraya memegangi kedua bahu wanita itu.

Air mata Raqad luruh begitu deras membasahi pipinya. Dia menghela napas sebelum menjelaskan semuanya pada omar.

Raqad bersedia bersekongkol dengan Soraya karena iming-iming sejumblah uang yang wanita ular itu tawarkan, juga desakan Hazeem yang terus memaksanya. Raqad, dialah yang waktu itu mengambil foto-foto Soraya dan Bilal, lalu dia mengirimkannya pada Yasmeen sehingga wanita itu terkena serangan jantung. Raqad juga yang telah menaruh obat perangsang berdosis tinggi itu pada minuman Bilal.

"Astagfirullah! Aku sungguh tidak menyangka kalian sekejam itu pada Bos kalian. Padahal, Bilal memberi kalian gaji yang tinggi dan sering memeberi bonus." Omar mengusap wajahnya kasar.

"Aku sangat menyesal, maafkan aku ...!" Raqad terisak seraya menunduk.

"Meminta ampunlah pada, Allah. Tapi kenapa sekarang kau tiba-tiba memberi tahukan semuanya padaku?" Kedua mata Omar menyipit menatap Raqad.

Raqad menelan ludah pahit sebelum menjawab, "Karena aku sakit hati. Hazeem ... dia selingkuh dengan Soraya!" Tangisan wanita kurus itu semakin menjadi. Tadi, dia memang sengaja datang ke Resort untuk menemui Omar di ruangannya. Sebelum berangkat Raqad sempat menghubungi pihak kepolisian untuk menyusulnya. Dia takut sesuatu yang buruk akan terjadi, karena  kemarin malam dia sempat mencuri obrolan suaminya dengan seseorang via telpon. Benar saja, Hazeem ingin mencoba untuk membunuh Omar lagi. Beruntung, karena polisi itu datang tepat waktu.

Omar tercenung. Dia sungguh tidak habis pikir dengan semua musibah yang menimpa sepupunya. Ironisnya, musuhnya ternyata adalah orang-orang kepercayaan Bilal sendiri.

****

Wanita itu melucuti satu persatu kain yang membungkusnya hingga hanya menyisakan tubuhnya yang polos. Soraya memamerkan setiap lekuk tubuhnya di depan mata Bilal yang terpejam. Sepasang iris hijau zambrudnya sudah berkabut nafsu. Soraya sudah gatal dan tidak tahan lagi. Siang ini, Bilal harus menjadi milik Soraya seutuhnya. Setelah menunggu bertahun-tahun lamanya, detik ini, fantasi liarnya harus segera dibuncahkan.

"Baby ...."

"Turun dari atas tubuhku, Soraya!!" Bilal semakin merapatkan kedua kelopak matanya. Pria itu memohon ampun dan berdoa sebanyak-banyaknya dalam hati. Meminta dilindungi dari wanita ular yang sudah putus urat malunya ini.

"Tidak, Baby! Ayolah buka matamu! Lihatlah pemandangan indah yang sudah terpampang jelas di depan matamu ini. Aku sudah siap, Bilal ...." Soraya bergerak gelisah di atas perut Bilal.

"Astagfirullah! Kau benar-benar sudah gila! Padahal Allah sangat memuliakan kaum wanita. Tapi kau malah menghinakan dirimu sendiri seperti ini, Soraya!" bentak Bilal dengan rahang yang kian mengeras.

Soraya terkekeh mendengarnya. "Wow ... Baby! Kau malah terlihat semakin menggoda saat marah-marah seperti ini. Ugh ... semakin menantang!"

"Sinting!"

"Terserah apa katamu, Bilal! Aku sama sekali tidak peduli. Aku mencintaimu dan harus memilikimu. Kau ...." Soraya mencengekram rahang tegas Bilal dengan sangat kuat. "Kau hanya milikku, Bilal! Aku cinta mati padamu!"

"Itu bukan cinta tapi obsesi, bodoh!"

Soraya semakin menggila. Emosi dan gairahnya kian merangkak hingga ubun-ubun. Wajah wanita itu merah membara dan sangat panas. Soraya menunduk dan segera mencuri ciuman dari bibir Bilal yang terkatup rapat.

Bilal menelan ludah. Pria itu susah payah memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk menghindari kebrutalan bibir Soraya yang terus menyerang seluruh permukaan wajahnya tanpa ampun. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan, kedua kaki dan tangannya masih terbelenggu rantai besi sialan itu. Sepertinya wanita ular ini benar-benar ingin memperkosanya.

"CUIIHH!"

Cairan kental berbau itu menyembur deras dari mulutnya, membasahi wajah wanita di atasnya.

"BILAALL ...!" pekik Soraya seraya menyeka wajahnya menggunakan tangan. Desiran darahnya mengalir semakin cepat karena reaksi Bilal yang menolaknya mentah-mentah seperti ini. Soraya merasa direndahkan. Tidak ada pilihan lain untuk memudahkan aksesnya. Hasratnya kian menggebu dan sudah sangat menuntut. Soraya merobek-robek celana jeans yang Bilal kenakan menggunakan pisau tajam yang runcing. Berhasil! Soraya menyeringai layaknya seorang iblis. Kini, tubuh Bilal yang gagah dan basah oleh keringat dingin itu hanya menyisakan celana dalamnya saja. Sangat menggiurkan di mata Soraya.

"SORAYA!! KAU SUDAH GILA! HENTIKAN!!"

"Diam, Baby! Jika kau tidak ingin aku memotong milikmu!" Soraya menjilati bibir bawahnya sendiri. Saat ini dia tengah berusaha untuk merobek celana dalam hitam yang Bilal kenakan.

"Tenang, Baby! Sedikit lagi kau akan merasakan nikmatnya surga lelaki!" desah Soraya tidak sabaran. Deru napasnya kian memburu. Sedikit lagi! Sesuatu yang sudah lama sekali ingin dia lihat dan idamkan itu akan segera memuaskan hasratnya.

"Astagfirullah! La haula walakuata illa Billah! Semoga Allah akan melaknantmu, Iblis betina!"

Perasaan Bilal semakin tidak karuan. Pikirannya sangat kacau. Dia memang pria normal yang memiliki hasrat tinggi. Tapi, dia sungguh tidak sudi jika harus ternodai oleh wanita jalang seperti Soraya. Terlebih lagi, Bilal bukanlah pria buaya yang gemar mengobral cinta dan hasratnya. Walaupun Bilal bergelimang harta dan tahta, walaupun ratusan wanita di luar sana berusaha untuk menggodanya. Bilal bukan pria hidung belang. Seketika, hatinya seperti dicubit-cubit saat teringat pada Anissa.

"Wow! Besar sekali, Baby!" pekik Soraya kegirangan setelah melihat itu. Dia semakin tidak sabar untuk menyentuhnya.

Bilal mengejang. "Tolong! Siapa pun tolong aku kumohon! Berengsek kau, Soraya! Wanita murahan!"

"Baby ...!"

BRAKK!

Suara nyaring dari pintu yang terdobrak itu membuat jantung Soraya melompat. Dia menoleh, iris hijau zambrudnya langsung bertemu dengan wajah Omar yang sedang melongo menatap ke arahnya.

"Astagfirullah! Lindungilah mata dan imanku ini ya, Rabb." Omar menutup wajah menggunakan telapak tangannya yang besar. Sumpah demi Allah! Ini pertama kalinya Omar melihat tubuh polos seorang wanita. Pria berusia tiga puluh tahun itu merasa ternodai sebagai perjaka.

Setelah ini, Omar bersumpah akan berdoa agar Allah menghapus semua ingatan tentang apa yang barusan dia lihat.

"Pengganggu ...!" pekik Soraya. Dia tidak merasa malu sedikit pun menontonkan tubuhnya yang polos. Tangannya masih setia menggemggam pisau itu dengan sangat erat. Dia berjalan lamban menghampiri Omar.

"OMAR! KENAPA KAU SELALU MENGGAGALKAN RENCANAKU?"

"Itu karena Allah mengirimku untuk membinasakan wanita setengah iblis sepertimu, Soraya!" jawab Omar tanpa menatap lawan bicaranya. Dia memang seorang pria normal yang memiliki hasrat. Tapi, melihat tubuh Soraya yang di obral secara percuma itu rasanya sangat menjijikan.

"Berengsek kau, Omar!" Soraya semakin murka. Iris hijaunya berubah merah dengan tatapan berang.

JLEBB!

Ujung mata pisau itu merobek jaket kulit yang Omar kenakan. Pria itu berhasil menghindar walaupun kulit tangannya sedikit tergores. Omar meyentuh lengannya. "Arghh!" erang Omar kesakitan. Pria itu membelalak menatap telapak tangannya yang lengket dan berlumuran cairan kental merah. Dia segera berlari menghampiri Bilal.

"Omar!"

"Tenang Bilal! Aku akan segera melepaskanmu." Pria bertopi putih itu mencoba untuk membuka rantai besi yang membelenggu tangan dan kaki Bilal menggunakan palu yang dibawanya.

Raqad yang memberi tahu alamat apartemen Soraya pada Omar. Beruntung, karena Omar sangat lihai dalam mengemudi. Mobil sport miliknya bisa menembus waktu satu jam untuk sampai ke sana. Apartemen Soraya juga masih di daerah kota Irbid, tidak terlalu jauh dari Resort Bilal. Omar juga sudah menelpon pihak kepolisian untuk membantunya membebasakan Bilal.

Setelah Omar memukulkan palu, gembok itu akhirnya terbuka. "Beruntung kau datang tepat waktu, Omar!" ujar Bilal dengan napas yang terengah-engah.

Omar segera melepaskan jaket kulitnya yang sudah robek agar Bilal memakainya. Miris dan geli sekali melihat tubuh polos Bilal yang penuh oleh jejak bibir Soraya. Omar juga segera melucuti celana jeans yang dia kenakan agar Bilal segera memakainya. Sekarang Omar hanya memakai boxer dan kaos putih saja.

"OMAAARRR! KAU HARUS MATI!"

Soraya sudah memakai kembali pakaiannya. Dia berjalan gontai menghampiri Omar dan Bilal. Soraya mengertakan genggamannya pada gagang pisau. Wanita itu mengutuk kebodohannya sendiri. Dia menyesal telah menyuruh semua bodyguard bayarannya untuk meninggalkan apartemen. Tadinya, Soraya tidak ingin ada seorang pun yang mengganggu acara spesialnya dengan Bilal. Namun, semua rencananya gagal di luar dugaan.

Soraya memelankan langkahnya. Dia menarik sudut bibirnya ke samping. Bukan Soaraya namanya jika dia tidak licik. Saat Omar mencoba melepaskan Bilal, dia sempat menghubungi seseorang di kediaman Mustofa untuk melakukan sesuatu. Sesuatu yang akan membuat Bilal tidak berkutik dan tunduk kepadanya. 

"Perempuan iblis!" Bilal mengeraskan rahangnya. Dia berjalan gontai menghampiri Soraya.

PLAKK! PLAKK! PLAKK!

Puluhan tamparan pedas mendarat di kedua pipi Soraya. Bilal mendesis saat Soraya meringis dan meluruhkan air matanya. Bilal sangat murka dengan apa yang telah Soraya lakukan kepadanya. Wajah tegasnya memerah dengan tatapan berang. Bilal mencekik leher wanita itu tanpa ampun dengan sekuat tenaga. "Kau yang pantas mati, Soraya!" tegasnya mutlak.

Soraya membelalak. Pisau yang digenggamnya jatuh begitu saja. Dia tidak bisa melawan, apalagi menusukkan pisau itu pada Bilal.
Wanita itu susah payah meraih ponselnya dari dalam saku jaket yang ia kenakan.

Bilal melepaskan tangan besarnya dari leher Soraya saat mendengar suara rintihan seseorang yang sangat dia kenali. Isak tangis perempuan yang sangat dia cintai terdengar sangat menyayat hati. Mata Bilal melebar sempurna melihat sebuah video dari ponsel yang Soraya sodorkan.

"Anissa!" Omar membekap mulut.

"An--nissa--" Suara Bilal nyaris hilang. Dia tersedak melihat leher Anissa yang dicekik oleh seorang pria berbadan kekar. Pria itu mengenakan baju hitam dan juga penutup kepala hitam. Hanya sepasang mata tajamnya saja yang kelihatan. Hati Bilal tersayat-sayat saat sebuah moncong pistol menempel di pelipis Anissa. Di sana terlihat jelas, Anissa memejamkan matanya karena ketakutan. Air mata perempuan hamil itu pun luruh sangat deras menuruni pipinya.

"BEDEBAH KAU, SORAYA! APA YANG KAU LAKUKAN PADA ISTRIKU?!"


Bilal ...

Apakah hari ini akhir dari segalanya? Jika iya, aku ikhlas asalkan aku bisa bertemu denganmu di surga-Nya. InsyaAllah ...

****

Haaaa! Udah mentok. Anisaa Bingung mau nulis apa lagi tentang Bilal? 😂

Okeh. Aku tahu cerita ini mungkin unfaedah banget ya. Pokoknya yang jelek-jeleknya jangan ditiru. Maaf, aku emang sengaja bikin karakter Soraya kaya gitu. Biar ceritanya lebih seru dan hidup aja sih. 😅

Makasih buat yang tetap stay baca cerita ini. Dua part lagi tamat.

Coming soon! Eheee ...

Setting tempat di Taiwan. Di cerita ini kita bisa sambil belajar bahasa mandarin. Kisah seorang pelancong ilegal yang kepincut polisi tampan Taiwan bermata sipit. Eyaaakk! 😃

Yang ini setting tempatnya di Palestina. Kisah seorang relawan ACT yang jatuh cinta pada gadis Gaza beriris biru.
Di sini juga akan bercerita tentang kehidupan saudara kita di Gaza, bagaimna penderitaan mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan akibat diblokade oleh Israel. 😢

Jadi, mau meloncat dulu ke Palestina atau meluncur ke Taiwan nih? 😆

Yang paling banyak diminati, itu yang aku akan up duluan di WP. Okeh. 😇

Sebentar lagi kita akan berpisah dengan mereka. 😢

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro