Pedekate ala Farhan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kafe SydHan ....

Farhan baru saja membuka kafe miliknya. Kafe SydHan sudah beroperasi selama kurang lebih tiga bulan.

Bertemakan negara Australia, menjadikan kafe ini diminati banyak pengunjung. Berbagai macam khas negara si Kangguru tersedia di sana dan tak lupa makanan Indonesia juga.

Beberapa pelayan tengah membersihkan seisi kafe dengan cepat dan teliti. Bitha dan Dilla, salah satu karyawan magang di kafe ini terlihat semangat.

Bitha Lestari, si gadis mungil, baru berusia sekitar 19 tahun. Selain menjadi pelayan di kafe, Bitha juga sebagai seorang mahasiswi di salah satu kampus swasta di Jakarta. Mahasiswi jurusan Ekonomi semester 2.

Dilla Adelia, si gadis energik, baru berusia sekitar 20 tahun. Dilla juga sama seperti Bitha. Dia sebagai mahasiswi di salah satu kampus negeri di Jakarta. Mahasiswi jurusan Teknik Industri semester 3.

"Selamat pagi, Pak," sapa Bitha dan Dilla kompak. Jangan lupakan juga senyuman manis di bibir.

"Pagi. Semangat kerja ya," balas Farhan ramah. Farhan berjalan menuju ke ruangan khusus miliknya. Dia akan menghitung pemasukan dan pengeluaran kafe selama sebulan ini.

"Ish, Ka Dilla. Bos Farhan ganteng banget sih," ucap Bitha memegang kedua pipi.

"Iya. Gue saja sampai salah tingkah cuma di sapa doang," jawab Dilla sambil mengelap meja.

Kedua pelayan itu terus membicarakan atasan mereka sampai pekerjaan selesai. Mereka tidak mau sampai membuat atasan kecewa dan memotong ha

Lonceng bel berbunyi, satu orang pelanggan masuk lalu di sambut oleh pelayan.

"Selamat pagi, Kak. Silahkan masuk," sapa Dilla tersenyum tipis.

"Terima kasih," balas pelanggan wanita ramah.

Sang pelanggan berjalan menuju meja nomor 8. Dia amati sekitar pernak-pernik kafe SydHan yang bertemakan negara Australia.

"Keren juga," pujinya.

Dia mulai membuka buku menu, melihat satu persatu jajaran menu menarik makanan khas Indonesia maupun Australia. Tatapan mata tidak sengaja beradu dengan Farhan yang baru keluar dari sebuah ruangan kerja.

"Cantik juga," gumam Farhan tak berkedip.

Farhan berjalan mendekati wanita itu. Ada seperti medan magnet yang menarik Farhan untuk ke meja nomor 8.

"Hai," sapa Farhan tersenyum lebar.

Wanita itu menatap Farhan dari ujung kaki hingga rambut. Farhan merasa dirinya tengah diamati cermat.

"Hai juga," balas wanita itu tanpa mengalihkan tatapan.

"Perkenalkan gue Farhan Jawas, biasa dipanggil Farhan." Farhan mengulurkan tangan terlebih dahulu bergaya gentlement.

"Gue Shella Atdmojaya." Shella menerima uluran tangan Farhan. Tangan Shella terasa lembut dan ada sebuah getaran saat bersentuhan.

Degh!

Detak jantung Farhan berdebar kencang. Farhan berusaha bersikap santai, walau tak bisa menahan kegugupan.

"Ehmm ... Shella sudah pesan?" tanya Farhan.

"Belum nih. Apa lo punya rekomendasi?" tanya balik Shella menopangkan tangan di dagu.

Hal itu membuat Farhan semakin gugup. Baru kali ini dia merasakan sesuatu berbeda saat bertemu wanita. Biasanya waktu di Australia dulu, dia selalu menjadi idola kaum Hawa di sana. Tak pernah sekalipun Farhan yang mendekati seorang wanita dahulu, namun kali ini Farhan sendiri yang mendekati.

"Ada dong. Di sini kami menyediakan menu andalan Chicken Parmigiana. Oalahan ini menggunakan ayam yang digoreng tepung dan ditambahkan saus tomat, serta lelehan keju permesan yang gurih." Farhan menjelaskan detail.

Shella mulai tertarik. Dia sangat menyukai bidang kuliner dan pria didepan menurutnya mengetahui hal itu.

Farhan melanjutkan. Dia menunjuk sebuah makanan manis. "Ini namanya Pavlova. Pavlova adalah hidangan penutup yang berupa kue busa atau kue meringue dalam bahasa inggris. Kue ini merupakan kue ringan dan lembut di dalamnya. Kue ini dilapisi dengan cream diatasnya ditambah dengan buah segar seperti kiwi, stroberi, markisa, atau blueberry."

Saat menjelaskan tentang makanan, aura Farhan semakin terlihat. Kecintaan dengan makanan serta minuman, membuat Farhan mempelajari segala hal.

"Kamu mau tahu, asal nama Pavlova itu darimana?" tanya Farhan menatap kedua bola mata Shella intens.

"Nggak tahu. Memang apa?" Shella mengelengkan kepala. Dia tersenyum tipis saat menatap wajah Farhan dari dekat.

"Pavlova, nama kue ini terinspirasi dari nama pebalet Anna Pavlova yang berkunjung ke Australia pada tahun 1920. Seorang chef bernama Herbert Sachse ingin menghormati kedatangannya dengan membuat kue, kemudian Chef Herbert membuatkan dessert dengan rasa ringan seperti gerakan ballerina." Jelas Farhan.

Shella bertepuk tangan kecil. Perasaan kagum merasuki hati Shella. "Kamu hebat. Akhirnya aku dapat menemukan seseorang yang bisa diajak bicara tentang hal makanan dan minuman."

"Hehehe ... bisa saja kamu. Aku jadi terbang nih," ucap Farhan tertawa kecil.

"Ciee ... ikutan dong hehe ...," ledek Shella.

Entah sejak kapan kata 'gue' dan 'lo' berubah menjadi 'aku dan kamu'. Mereka terus membicarakan tentang berbagai macam makanan. Seakan dunia milik berdua yang lain mengontrak. Dan sejak saat itu keduanya saling bertukar kontak dan Shella akan mengujungi kafe milik Farhan.

.
.
.
.
.

___BERSAMBUNG___

Note: Sumber makanan dari google ya hehe...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro