Angka Keramat (2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Brukk!!

Suara benda terjatuh kembali. Mereka pun saling diam bertatap-tatapan.

"Biar gue yang periksa," ujar Gama mewakili.

"Gue ikut!" Raya berseru.

"Oke," jawab Gama tak mau berdebat.

Di pikiran Gama lebih banyak orang lebih baik. Gama dan Raya pun berjalan ke arah bagian dalam belakang rumah, tepatnya di area dapur.

Kondisi dapur cukup membuat keduanya syok. Peralatan dapur dari sendok, garpu, panci hingga piring dan gelas berserakan di lantai seakan habis terkena badai besar.

"Ini ulah siapa?" tanya Raya bingung.

"Gue gatau. Kan gue ajah baru datang tadi paling terakhir." Gama menjawab.

"Hmm ... mencurigakan," ujar Raya bersikap seperti ala detektif di film.

Gama hanya diam. Ia menatap area dapur sangat berantakan. Entah ini ulah manusia ataukah makhluk halus yang lebih dulu menghuni rumah angka 4 ini.

"Gama! Ayo balik ke ruang tamu, malah bengong!" Raya menepuk pundak kiri Gama kencang.

Hal itu membuat Gama tersadar dari lamunannya. Padahal ia tidak sedang melamun, malah berpikir kenapa bisa terjadi di area dapur.

Raya berjalan terlebih dahulu meninggalkan dapur, tersisa Gama yang tetap diam berdiri. Entah kenapa ia merasakan hal yang mengganjal hatinya dan sesuatu hal buruk akan terjadi.

"Gama!" Raya memanggil.

"Eh iya," sahut Gama.

Sosok bayangan Wanita menatap Gama dari belakang. Seringai tipis melengkung di kedua sudut bibir yang melebar.

__04__

Siang yang panas berganti menjadi sore hari. Awan-awan di langit mulai berubah warna menjadi kejinggaan.

"Gue ngantuk banget," ucap Leon menguap lebar.

Bungkus plastik ciki mendarat mulus di kening Leon. Rasa kantuk langsung menghilang.

"Kampret loe!" Leon kesal.

"Hahaha ... nggak ada konstribusi banget loe di kelompok," ejek Raya sang pelaku utama pelemparan.

"Biasa ajah kali," sahut Leon tak terima.

"STOP!" Cath sedang dalam mode Singa betina.

Kedua telinga Leon dan Raya menjadi korban aksi kekejaman Cath. "Awhh! Sakit Cath!"

"Rasain!" Gama bersorak mengejek.

Cath berhenti menjewer telinga kedua Pria tampan itu. Ia tersenyum tipis tetapi terlihat menyeramkan.

"Masih mau berantem?" tanya Cath pelan.

"Ti-tidak!" Raya dan Leon menjawab kompak dengan nada gugup.

"Hahaha ..." tawa pecah dari sisi Gama.

"Oke! Tuan Putri mau istirahat dulu, jika gue mendengar suara kalian berantem lagi, gue nggak segan-segan suruh lo dan lo tidur di luar rumah!" Cath pun pergi dengan gaya seorang Putri kerajaan.

"Baik," jawab Leon dan Raya lesu.

Gama juga memutuskan untuk pergi ke halaman belakang rumah. Ia ingin bersantai sejenak menikmati pemandangan langit di sore hari.

Di halaman belakang rumah, Gama duduk santai di ayunan. Hembusan angin sore membuat Gama memejamkan mata sejenak dan saat kedua netranya terbuka ia terjatuh dari ayunan.

Brukk!!

Gama terlihat sangat syok. Ia baru saja melihat wajah Wanita buruk rupa tepat dihadapannya persis. Rasa mual di perut Gama rasakan.

"I-itu pasti cuma halusinasikan," ujar Gama ketakutan.

"Tidak Gama. Itu nyata."

Suara bisikan halus di telinga kanan Gama begitu terdengar jelas. Sontak bulu kuduk Gama merinding seketika.

"Hantu!" Seru Gama ketakutan.

Gama langsung berlari menuju pintu kaca. Namun, salah satunya seakan ditarik sebuah tangan dan ia pun terjatuh.

Brukk!!

Gama tak sadarkan diri. Sosok bayangan Wanita menyeringai tipis di balik bayangan awan sore.

__04__

Leon sudah berada di salah satu kamar lantai 1. Ia tengah rebahan di atas kasur berukuran Queen.

Jam di dinding menunjukkan angka 4 sore. Leon melirik sekilas, lalu kembali asyik dengan I-Phone miliknya.

"Nggak ada yang bagus nih postingan di IG," keluh Leon.

Tuk!

Tuk!

Tuk!

Tuk!

Suara jendela kamar yang ditempati Leon berbunyi sebanyak 4 kali. Awalnya Leon tak merespon, tetapi suara ketukan di jendela terus menerus membuat Leon naik pitam.

"Anjir! Berisik banget sih!"

Leon merubah posisi menjadi berdiri sejenak, lalu ia berjalan pelan menuju ke arah jendela.

"Halo Leon ...." bisiknya halus.

"to be continue"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro