Kastel Terkutuk

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hei, mau dengar satu dongeng?

Dahulu kala, hiduplah seorang putri di Kastel Terkutuk. Dia sangat cantik, elegan dan dambaan kaum Adam. Dia juga sangat pintar baik dalam pengetahuan atau praktek. Dia amat istimewa sehingga menjadi bintang di sekolahnya.

Karena keistimewaannya itu, Sang Ibunda melarang putri bermain dengan anak-anak. Beliau mengurung putrinya, menjauhi putrinya dari pergaulan anak seusia, menjadikan putrinya boneka berhati dingin.

Putri bertanya-tanya, kenapa dia tidak boleh keluar dari Kastel Terkutuk dan bermain bersama teman-teman sekelasnya? Putri juga mau melakukan pertemanan bersama mereka. Kenapa beliau tidak mengizinkan? Kenapa Sang Ibunda mengekang dirinya? Putri tidak mau terus-terusan diam di rumah. Dia ingin melihat langit dan pemandangan kota.

Karena dia tinggal jauh di pelosok hutan. Kastel Terkutuk berdiri di sana, jauh dari permukiman penduduk. Tidak sembarang orang diperbolehkan masuk ke sana karena wilayah pribadi. Apalagi kastel itu berada di hutan nan menyeramkan tiap malam tiba. Siapa yang mau datang-pergi ke situ kecuali Sang Ayahanda yang berangkat dan pulang kerja?"

Putri tersebut kesepian, sangat. Dia tidak punya teman bermain. Semua mainan-mainan yang dibelika Ayahanda tidak menyembuhkan luka kecil hatinya, membuang semua sampah itu. Dia hanya menginginkan seorang teman, bukan mainan mahal. Apakah orangtuanya tidak bisa mengabulkan permintaannya?

Tetapi Sang Putri berada di kendali Ibunda. Beliau lah yang membelenggu putri, menjadi penjara yang mengerangkeng anaknya. Beliau tidak ingin si Putri Istimewa berbaur dengan anak-anak rendahan, anak-anak tak sederajat. Ibunda melarang si Putri menjalin hubungan dengan mereka.

Semakin lama, hati sang putri semakin kosong. Tidak ada sesuatu yang bisa dia mainkan. Tidak ada sesuatu yang membuatnya gembira. Tidak ada sesuatu yang membuatnya tersenyum. Hatinya kosong seperti ladang tandus. Tidak adakah yang mau menanam bunga bersamanya di ladang itu? Dia sungguh ingin mengenal seseorang yang bisa mendengar curhatannya. Yang bisa menghiburnya kala Ibunda marah. Yang bisa menemaninya kala kedua orangtuanya pergi.

Sang Putri hanya menginginkan seorang teman. Apakah itu sulit dikabulkan?

Namun, seiring berjalannya waktu, Sang Putri melihat seberkas cahaya di tengah-tengah kegelapan di hatinya. Setitik cahaya dari gelapnya dasar lautan. Penasaran, dia pun mencoba menangkap cahaya tersebut.

Sebuah tangan terulur di depan wajah Sang Putri Kesepian, juga senyuman hangat seperti matahari.  Ladang tandus di hatinya seolah subur.

"Kenapa kamu sendiri-sendiri saja? Mari berteman."

Dia lelaki pertama yang menyapa Sang Putri sementara murid laki-laki lain merasa takut terhadap aura Putri yang berbeda, kelas atas. Aura bangsawan yang sesungguhnya. Mereka dari golongan bawah tidak pantas bermain dengannya.

Setiap dongeng, pasti ada sosok pangeran. Tokoh pria protagonis yang akan menjadi pasangan Sang Putri.

Sekarang pangeran putri itu sudah tiba. Pangeran yang dinanti-nantikan akhirnya datang. Putri merasa terselamatkan dari jurang gelap tak berujung. Anak itu telah menyelamatkannya. Dia membantu Sang Putri untuk kembali ke atas. Dia adalah pangeran untuk Sang Putri.

Benar. Lelaki itu adalah pangeran di kisahnya. Jika Ibunda tidak mengizinkan Putri bermain dengan teman-teman sekelasnya, tidak apa. Anak itu sudah cukup.

"Pangeranku sudah tiba. Apa dia bisa membawaku pergi dari kastel ini? Apa dia bisa melawan kutukan kastel ini? Apa dia bisa melawan Penyihir Jahat? Oh, bulan, tolong lindungilah pangeranku. Beri dia perlindunganmu."

Selagi berdoa pada bulan purnama yang bersinar terang pada malam itu, Sang Pangeran datang membawa bunga yang baru dipetik. Dia tersenyum sembari melambaikan tangan, berdiri di depan gerbang Kastel Terkutuk.

Si Tuan Putri tersenyum sumrigah. Ada apa gerangan pangerannya datang berkunjung malam hari? Apa dia tidak takut dengan wilayah ini? Apa dia tidak takut masuk ke dalam hutan? Dia adalah pangeran yang pemberani.

"Kau datang," ucap Sang Putri dari balik gerbang.

Sang Pangeran mengulurkan bunga yang dia bawa. Mereka terhalang pintu besi gerbang masuk ke Kastel Terkutuk. "Aku memetik ini di taman. Kau tak pernah pergi ke sana, kan? Jadi, aku yang membawakannya untukmu."

Alangkah bahagianya Putri mendengar ucapannya. Hatinya tersentuh. Bunga warna-warni yang tidak pernah dilihat sebelumnya karena cenderung melihat hutan rimba, sekarang seseorang membawakan itu padanya.

Tuan Putri merasa bahagia karena bulan mengabulkan permintaannya, mendapatkan seorang teman sekaligus pangerannya. Padahal Ibunda selalu mencegah Sang Putri bergaul dengan anak-anak karena dia terlalu istimewa, mengabaikan permintaan Putri. Namun sekarang bulan yang bertindak. Dia mendengarkan doa putri.

Putri mendapatkan pangerannya. Dia bisa bertahan di Kastel Terkutuk berkat si pangeran selalu datang pada tengah malam, di luar pengetahuan Ibunda Sang Putri. Mereka bermain di depan gerbang tanpa diketahui oleh siapa-siapa. Sang Putri sangat bahagia.

Tapi dongeng tetaplah dongeng. Ada orientasi, komplikasi dan resolusi. Ada pembukaan, konflik, dan koda. Jika mereka berdua sudah sampai di penghujung orientasi, saatnya mereka tiba di garis konflik.

Ratu Kastel Terkutuk penasaran kenapa beberapa hari ini anaknya terlihat cerah, tidak gelap seperti biasa. Ternyata penyebabnya adalah seorang anak laki-laki kumal yang sama sekali tak ada harganya. Dilihat dari pakaian anak itu, amat jelas dia dari golongan jelata.

Ratu tidak bisa membiarkan Sang Putri semakin dekat dengan pangeran miskin. Dia tidak bisa membiarkan Sang Putri benar-benar jatuh cinta padanya. Ratu harus menyingkirkan pangeran itu.

"Tinggalkan dia atau aku bunuh pangeranmu."

Air mata di pelupuk matanya tidak terbendung lagi. Petir menyambar membuat bumi terang sekelas. Lampu gantung mewah di atas langit mati-hidup karena terganggu oleh sambaran petir.

Bagaimana bisa Ibunda begitu kejam pada Sang Putri? Bagaimana bisa Ibunda sampai segitunya hanya demi mempertahankan keistimewaan si Putri? Apakah dia tidak berhak mendapat kebahagiaan? Apakah dia tidak berhak mendapat pangeran? Apakah dia tidak bisa selamat dari kurungan Penyihir Jahat? Apakah takdir Sang Putri adalah menghuni Kastel Terkutuk selamanya?

"Jangan sentuh pangeranku, Ibu! Apa pun... Jangan ganggu dia. Aku akan menuruti perintahmu, Ibunda," jawab Sang Putri kalah. Dia tidak bisa menentang titah Ratu. Dia tidak bisa melawan Ratu Jahat.

Ratu pun tersenyum lebar, mengusap-usap puncak kepala Sang Putri. "Anak baik."

Demi menyelamatkan pangerannya yang tak bersalah, Sang Putri mematikan hati. Setiap Si Pangeran datang, dia selalu membelakangi. Setiap Si Pangeran memberi bunga, dia membuang bunga tersebut lantas menginjaknya.

Di sekolah, Sang Putri bertingkah seolah tidak mengenal pangeran. Dia hanya menyimak materi, istirahat saat bel berbunyi dan pulang tanpa mengikuti kegiatan klub atau sebagainya. Padahal mereka selalu pulang bersama. Wajah ceria Sang Putri berubah dingin tak berhati.

Ini tentu membuat Si Pangeran penasaran. Kenapa Putri mendadak berubah? Apakah dia membuat kesalahan yang membuat Putri marah da menjauhi? Pangeran butuh penjelasan di mana letak kesalahannya.

"Aku membencimu. Pergilah dari hidupku!" bentak Sang Putri melempar buket mawar putih yang disodorkan Si Pangeran.

Ah, dia dibenci rupanya. Sang Pangeran berpikir dia sudah membuat kesalahan besar yang sensitif bagi Tuan Putri sehingga dia tidak dimaafkan.

Di sisi lain, Sang Putri berusaha sangat keras mengabaikan keberadaan pangeran. Dia menangis tiap malam mengingat ekpresi kecewa pangerannya. Dia menangis telah menginjak-injak bunga pemberian pangeran berharganya. Dia menangis bilang 'benci' pada orang yang dia cintai.

Putri sama sekali tidak membencinya! Dia melakukan itu karena mencintai pangeran. Jika dia melanggar, Ratu Jahat akan membunuh pangeran. Sang Putri tidak menginginkan itu terjadi.

Esoknya, giliran pangeran yang bersikap tak acuh pada Putri. Terjadi kesalahpahaman yang membuat pangeran berpikir Si Putri menjadi begitu karenanya. Dia pikir itu salahnya. Jadi, dia memilih untuk kembali ke awal saat mereka tidak saling mengenal.

Hati Putri bertambah sakit. Dulu hatinya kosong bagai tanah tandus. Sekarang hatinya bagai botol yang retak dan retak, perlahan hendak hancur. Kenapa Putri itu tidak bisa merasakan kebahagiaan yang permanen?

Suatu malam, Tuan Putri bermimpi. Pangerannya diambil oleh wanita lain karena dia terlalu lama meninggalkan. Itu mimpi yang amat buruk. Wajah Putri basah ketika bangun, menangis di pagi hari.

"Tidak. Tidak bisa. Aku tidak bisa seperti ini. Aku tidak bisa membiarkan pangeranku direbut! Ini tidak adil!"

Jadi, Sang Putri datang ke kamar Ibunda Ratu Jahat.

"Anakku, kemarilah sayang. Bagaimana sekolahmu hari ini?" tanya beliau tersenyum.

"Aku tidak bisa melupakan pangeranku," katanya tanpa basa-basi.

Raut wajah Ratu Jahat seketika berubah. Aura hitam menyebar dari tubuh beliau. "Apa yang kau katakan? Bisa tolong ulangi dengan jelas?"

"Aku akan pergi dari Kastel Terkutuk, tinggal bersama pangeranku. Terima kasih atas semua ajaran yang Ibunda berikan padaku. Terima kasih sudah mengurungku ke sangkar ini. Terima kasih sudah melahirkanmu."

Rahang Sang Ratu mengeras, marah sekali. "Apa kau mau pangeranmu mati—"

"Aku takkan membiarkan Ibu melakukannya," sela Sang Putri pertama kalinya memotong kalimat Ratu Jahat. Tidak ada sorot mata ragu di sana. Dia hanya merindukan senyuman pangeran. "Jika Ibu bersikeras,"

Ah, Si Putri tidak sabar bertemu dengan Pangerannya. Kali ini Sang Putri tidak akan melepaskannya lagi.

Tuan Putri tersenyum miring.

"... Ibu yang akan kubunuh lebih dulu." []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro