Cerpen Karya Ibra

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ibra
Akun Wattpad: William_Most
Gen: GEN 5

***

Sekelompok manusia yang terdiri dari tiga puluh orang sedang mencoba permainan baru. Peraturannya yaitu ada tiga adegan dan mereka harus memainkannya dengan urutan yang mereka pilih sendiri. Pemenangnya adalah yang dapat menghasilkan drama terbaik.

***

Wasi menyeret Ibrahim ke pojok ruangan, membantingnya ke lantai, lalu menyiapkan gergaji kayu. Gergaji itu ia gesekkan ke leher korban, sehingga mancur-mancurlah darah merah yang menodai dinding serta lantai. Si korban pun kehabisan darah dan tergeletak.

Wasi mengeluarkan pisau daging. Diirislah sedikit kulit dan daging tangan Ibrahim, kemudian dimakan dalam sekali tegukan. Si pengiris merasa makanan yang masuk ke dalam lambungnya terasa enak, maka ia mengiris lagi dan lagi hingga tangan korban tinggal tulang sahaja.

Wasi menarik tungkai Ibrahim, berjongkok di hadapan korban yang berselonjor, lalu mengarahkan mulut tepat di depan paha si korban. Ia selanjutnya menggigit kulit keras-keras hingga berdarah, serta memakannya. Dilanjut terus hingga paha korban menjadi merah—tersisa dagingnya saja tanpa kulit.

***

Kristi mengeluarkan pisau daging. Diirislah sedikit kulit dan daging tangan Suki, kemudian dimakan dalam sekali tegukan. Si pengiris merasa makanan yang masuk ke dalam lambungnya terasa enak, maka ia mengiris lagi dan lagi hingga tangan korban tinggal tulang sahaja.

Kristi menyeret Suki ke pojok ruangan, membantingnya ke lantai, lalu menyiapkan gergaji kayu. Gergaji itu ia gesekkan ke leher korban, sehingga mancur-mancurlah darah merah yang menodai dinding serta lantai. Si korban pun kehabisan darah dan tergeletak.

Kristi menarik tungkai Suki, berjongkok di hadapan korban yang berselonjor, lalu mengarahkan mulut tepat di depan paha si korban. Ia selanjutnya menggigit kulit keras-keras hingga berdarah, serta memakannya. Dilanjut terus hingga paha korban menjadi merah—tersisa dagingnya saja tanpa kulit.

***

Nofi menyeret Ari ke pojok ruangan, membantingnya ke lantai, lalu menyiapkan gergaji kayu. Gergaji itu ia gesekkan ke leher korban, sehingga mancur-mancurlah darah merah yang menodai dinding serta lantai. Si korban pun kehabisan darah dan tergeletak.

Ari mengeluarkan pisau daging. Diirislah sedikit kulit dan daging tangan Nofi, kemudian dimakan dalam sekali tegukan. Si pengiris merasa makanan yang masuk ke dalam lambungnya terasa enak, maka ia mengiris lagi dan lagi hingga tangan korban tinggal tulang sahaja.

Nofi menarik tungkai Ari, berjongkok di hadapan korban yang berselonjor, lalu mengarahkan mulut tepat di depan paha si korban. Ia selanjutnya menggigit kulit keras-keras hingga berdarah, serta memakannya. Dilanjut terus hingga paha korban menjadi merah—tersisa dagingnya saja tanpa kulit.

***

Hani menarik tungkai Amuba, berjongkok di hadapan korban yang berselonjor, lalu mengarahkan mulut tepat di depan paha si korban. Ia selanjutnya menggigit kulit keras-keras hingga berdarah, serta memakannya. Dilanjut terus hingga paha korban menjadi merah—tersisa dagingnya saja tanpa kulit.

Hani mengeluarkan pisau daging. Diirislah sedikit kulit dan daging tangan Amuba, kemudian dimakan dalam sekali tegukan. Si pengiris merasa makanan yang masuk ke dalam lambungnya terasa enak, maka ia mengiris lagi dan lagi hingga tangan korban tinggal tulang sahaja.

Hanni menyeret Amuba ke pojok ruangan, membantingnya ke lantai, lalu menyiapkan gergaji kayu. Gergaji itu ia gesekkan ke leher korban, sehingga mancur-mancurlah darah merah yang menodai dinding serta lantai. Si korban pun kehabisan darah dan tergeletak.

***

Fisil mengeluarkan pisau daging. Diirislah sedikit kulit dan daging tangan Mega, kemudian dimakan dalam sekali tegukan. Si pengiris merasa makanan yang masuk ke dalam lambungnya terasa enak, maka ia mengiris lagi dan lagi hingga tangan korban tinggal tulang sahaja.

Fisil menyeret Mega ke pojok ruangan, membantingnya ke lantai, lalu menyiapkan gergaji kayu. Gergaji itu ia gesekkan ke leher korban, sehingga mancur-mancurlah darah merah yang menodai dinding serta lantai. Si korban pun kehabisan darah dan tergeletak.

Mega menarik tungkai Fisil, berjongkok di hadapan korban yang berselonjor, lalu mengarahkan mulut tepat di depan paha si korban. Ia selanjutnya menggigit kulit keras-keras hingga berdarah, serta memakannya. Dilanjut terus hingga paha korban menjadi merah—tersisa dagingnya saja tanpa kulit.

***

Marsel mengeluarkan pisau daging. Diirislah sedikit kulit dan daging tangan Neva, kemudian dimakan dalam sekali tegukan. Si pengiris merasa makanan yang masuk ke dalam lambungnya terasa enak, maka ia mengiris lagi dan lagi hingga tangan korban tinggal tulang sahaja.

Neva menarik tungkai Marsel, berjongkok di hadapan korban yang berselonjor, lalu mengarahkan mulut tepat di depan paha si korban. Ia selanjutnya menggigit kulit keras-keras hingga berdarah, serta memakannya. Dilanjut terus hingga paha korban menjadi merah—tersisa dagingnya saja tanpa kulit.

Neva menyeret Marsel ke pojok ruangan, membantingnya ke lantai, lalu menyiapkan gergaji kayu. Gergaji itu ia gesekkan ke leher korban, sehingga mancur-mancurlah darah merah yang menodai dinding serta lantai. Si korban pun kehabisan darah dan tergeletak.

***

Ratna menyeret Dyah ke pojok ruangan, membantingnya ke lantai, lalu menyiapkan gergaji kayu. Gergaji itu ia gesekkan ke leher korban, sehingga mancur-mancurlah darah merah yang menodai dinding serta lantai. Si korban pun kehabisan darah dan tergeletak.

Ratna menarik tungkai Dyah, berjongkok di hadapan korban yang berselonjor, lalu mengarahkan mulut tepat di depan paha si korban. Ia selanjutnya menggigit kulit keras-keras hingga berdarah, serta memakannya. Dilanjut terus hingga paha korban menjadi merah—tersisa dagingnya saja tanpa kulit.

Ratna mengeluarkan pisau daging. Diirislah sedikit kulit dan daging tangan Dyah, kemudian dimakan dalam sekali tegukan. Si pengiris merasa makanan yang masuk ke dalam lambungnya terasa enak, maka ia mengiris lagi dan lagi hingga tangan korban tinggal tulang sahaja.

***

Anna menarik tungkai Syalva, berjongkok di hadapan korban yang berselonjor, lalu mengarahkan mulut tepat di depan paha si korban. Ia selanjutnya menggigit kulit keras-keras hingga berdarah, serta memakannya. Dilanjut terus hingga paha korban menjadi merah—tersisa dagingnya saja tanpa kulit.

Anna menyeret Syalva ke pojok ruangan, membantingnya ke lantai, lalu menyiapkan gergaji kayu. Gergaji itu ia gesekkan ke leher korban, sehingga mancur-mancurlah darah merah yang menodai dinding serta lantai. Si korban pun kehabisan darah dan tergeletak.

Anna mengeluarkan pisau daging. Diirislah sedikit kulit dan daging tangan Syalva, kemudian dimakan dalam sekali tegukan. Si pengiris merasa makanan yang masuk ke dalam lambungnya terasa enak, maka ia mengiris lagi dan lagi hingga tangan korban tinggal tulang sahaja.

***

El menyeret Caroline ke pojok ruangan, membantingnya ke lantai, lalu menyiapkan gergaji kayu. Gergaji itu ia gesekkan ke leher korban, sehingga mancur-mancurlah darah merah yang menodai dinding serta lantai. Si korban pun kehabisan darah dan tergeletak.

Caroline mengeluarkan pisau daging. Diirislah sedikit kulit dan daging tangan El, kemudian dimakan dalam sekali tegukan. Si pengiris merasa makanan yang masuk ke dalam lambungnya terasa enak, maka ia mengiris lagi dan lagi hingga tangan korban tinggal tulang sahaja.

Caroline menarik tungkai El, berjongkok di hadapan korban yang berselonjor, lalu mengarahkan mulut tepat di depan paha si korban. Ia selanjutnya menggigit kulit keras-keras hingga berdarah, serta memakannya. Dilanjut terus hingga paha korban menjadi merah—tersisa dagingnya saja tanpa kulit.

***

Odi mengeluarkan pisau daging. Diirislah sedikit kulit dan daging tangan Tasya, kemudian dimakan dalam sekali tegukan. Si pengiris merasa makanan yang masuk ke dalam lambungnya terasa enak, maka ia mengiris lagi dan lagi hingga tangan korban tinggal tulang sahaja.

Tasya menyeret Odi ke pojok ruangan, membantingnya ke lantai, lalu menyiapkan gergaji kayu. Gergaji itu ia gesekkan ke leher korban, sehingga mancur-mancurlah darah merah yang menodai dinding serta lantai. Si korban pun kehabisan darah dan tergeletak.

Odi menarik tungkai Tasya, berjongkok di hadapan korban yang berselonjor, lalu mengarahkan mulut tepat di depan paha si korban. Ia selanjutnya menggigit kulit keras-keras hingga berdarah, serta memakannya. Dilanjut terus hingga paha korban menjadi merah—tersisa dagingnya saja tanpa kulit.

***

Nuril menyeret Sal ke pojok ruangan, membantingnya ke lantai, lalu menyiapkan gergaji kayu. Gergaji itu ia gesekkan ke leher korban, sehingga mancur-mancurlah darah merah yang menodai dinding serta lantai. Si korban pun kehabisan darah dan tergeletak.

Sal menarik tungkai Nuril, berjongkok di hadapan korban yang berselonjor, lalu mengarahkan mulut tepat di depan paha si korban. Ia selanjutnya menggigit kulit keras-keras hingga berdarah, serta memakannya. Dilanjut terus hingga paha korban menjadi merah—tersisa dagingnya saja tanpa kulit.

Nuril mengeluarkan pisau daging. Diirislah sedikit kulit dan daging tangan Sal, kemudian dimakan dalam sekali tegukan. Si pengiris merasa makanan yang masuk ke dalam lambungnya terasa enak, maka ia mengiris lagi dan lagi hingga tangan korban tinggal tulang sahaja.

***

Corli mengeluarkan pisau daging. Diirislah sedikit kulit dan daging tangan Via, kemudian dimakan dalam sekali tegukan. Si pengiris merasa makanan yang masuk ke dalam lambungnya terasa enak, maka ia mengiris lagi dan lagi hingga tangan korban tinggal tulang sahaja.

Corli menarik tungkai Via, berjongkok di hadapan korban yang berselonjor, lalu mengarahkan mulut tepat di depan paha si korban. Ia selanjutnya menggigit kulit keras-keras hingga berdarah, serta memakannya. Dilanjut terus hingga paha korban menjadi merah—tersisa dagingnya saja tanpa kulit.

Corli menyeret Via ke pojok ruangan, membantingnya ke lantai, lalu menyiapkan gergaji kayu. Gergaji itu ia gesekkan ke leher korban, sehingga mancur-mancurlah darah merah yang menodai dinding serta lantai. Si korban pun kehabisan darah dan tergeletak.

***

Lana menyeret Tri ke pojok ruangan, membantingnya ke lantai, lalu menyiapkan gergaji kayu. Gergaji itu ia gesekkan ke leher korban, sehingga mancur-mancurlah darah merah yang menodai dinding serta lantai. Si korban pun kehabisan darah dan tergeletak.

Tri menarik tungkai Lana, berjongkok di hadapan korban yang berselonjor, lalu mengarahkan mulut tepat di depan paha si korban. Ia selanjutnya menggigit kulit keras-keras hingga berdarah, serta memakannya. Dilanjut terus hingga paha korban menjadi merah—tersisa dagingnya saja tanpa kulit.

Tri mengeluarkan pisau daging. Diirislah sedikit kulit dan daging tangan Lana, kemudian dimakan dalam sekali tegukan. Si pengiris merasa makanan yang masuk ke dalam lambungnya terasa enak, maka ia mengiris lagi dan lagi hingga tangan korban tinggal tulang sahaja.

***

Rifa menarik tungkai Nissa, berjongkok di hadapan korban yang berselonjor, lalu mengarahkan mulut tepat di depan paha si korban. Ia selanjutnya menggigit kulit keras-keras hingga berdarah, serta memakannya. Dilanjut terus hingga paha korban menjadi merah—tersisa dagingnya saja tanpa kulit.

Rifa menyeret Nissa ke pojok ruangan, membantingnya ke lantai, lalu menyiapkan gergaji kayu. Gergaji itu ia gesekkan ke leher korban, sehingga mancur-mancurlah darah merah yang menodai dinding serta lantai. Si korban pun kehabisan darah dan tergeletak.

Nissa mengeluarkan pisau daging. Diirislah sedikit kulit dan daging tangan Rifa, kemudian dimakan dalam sekali tegukan. Si pengiris merasa makanan yang masuk ke dalam lambungnya terasa enak, maka ia mengiris lagi dan lagi hingga tangan korban tinggal tulang sahaja.

***

Dieya menarik tungkai Eza, berjongkok di hadapan korban yang berselonjor, lalu mengarahkan mulut tepat di depan paha si korban. Ia selanjutnya menggigit kulit keras-keras hingga berdarah, serta memakannya. Dilanjut terus hingga paha korban menjadi merah—tersisa dagingnya saja tanpa kulit.

Dieya mengeluarkan pisau daging. Diirislah sedikit kulit dan daging tangan Eza, kemudian dimakan dalam sekali tegukan. Si pengiris merasa makanan yang masuk ke dalam lambungnya terasa enak, maka ia mengiris lagi dan lagi hingga tangan korban tinggal tulang sahaja.

Eza menyeret Dieya ke pojok ruangan, membantingnya ke lantai, lalu menyiapkan gergaji kayu. Gergaji itu ia gesekkan ke leher korban, sehingga mancur-mancurlah darah merah yang menodai dinding serta lantai. Si korban pun kehabisan darah dan tergeletak.

***

Begitulah adegan yang telah dilaksanakan oleh seluruh peserta. Akhirnya, saatnya pengumuman pemenang. Pemenang dari permainan baru yang menarik ini adalah ... tidak ada. Tahu lah kenapa. Sekian, terima kasih.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro