Kehilangan Karya Ratna

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ratna
Akun Wattpad: Ratnagdsky
Judul: Kehilangan
Gen: GEN 6

***

Di bawah teriknya matahari, aku berdiri di depan asrama yang bertuliskan The WWG di papan atas gerbang. Aku memeluk boneka lobak kesayanganku. Ralat, bukan lobak, but is wortel.

"Ah ... Mamy sama Papi emang nggak salah masukin aku ke asrama?" tanyaku hampir menangis.

"Iya, biar kamu lebih mandiri," jawab Papiku dengan senyum yang membuatku ingin merobek bibir Papi. Untung Papi sendiri, jadi keinginan itu aku urungkan.

Aku memasang wajah sok sedih. Mataku berkaca-kaca, aku hendak menangis. Namun, sedetik kemudian, aku tidak kuasa untuk menahan air mata itu di kelopak mata. "Huwaaaaaa." Aku memeluk Mamy dengan erat. "Aku nggak mau masuk sini! Titik! Aku nggak mau pisah sama Mamy dan Papi."

"Udah, yuk!" Papi menarik sedikit dipaksakan sampai akhirnya kami benar-benar di perbatasan gerbang.

"Papi jahat!" ujarku sesengukan. "Papi nggak sayang aku!" Aku langsung berlari memasuki lingkungan asrama sampai aku melupakan satu hal. Koperku. Koper yang berisi pakaian dan perlengkapan lainnya selama aku tinggal di asrama. Tapi, bukannya berbalik untuk mengambil perlengkapan itu, aku malah melihat-lihat kehidupan di asrama ini.

Aku melewati koridor dengan lirik kiri lirik kanan. Banyak aktivitas di sini. Ada yang duduk sambil makan sosis bakar, semangkuk mie ayam, semangkuk bakso, dan berbagai makanan ringan di sekitar dia. Aku bingung, bagaimana cara dia memakan semua makanan itu?

Ah ... sudah lupakan perempuan dengan makanannya. Sekarang, fokus kepada kepada seorang perempuan yang sedang berhadapan dengan seorang laki-laki.

"Panggil dulu Odi tamvan!" suruh perempuan itu kepada laki-laki itu.

Aku berpikir, dia perempuan kenapa ingin dipanggil tamvan?

"Iya-iya, Odi tamvan. Jangan marah dong. Aku minta maaf, ya," bujuk laki-laki di hadapan yang bernama Odi.

"Odi. Dan Wasi. Mulai hari ini. Kita. Putus!" tegas Odi penuh penekanan lalu pergi setelah menepis tangan laki-laki itu.

Aku berjalan ke arah laki-laki yang bernama Wasi Tertawa kecil dan menatapnya dengan mata menyipit. "Cie ... diputusin," ejek aku lalu berlari takut dia marah.

"Diem bocah," teriak Wasi saat aku terbirit-birit lari.

Huh, akhirnya. Setelah aku lari seperti dikejar setan, aku tertunduk di kursi koridor. Di sampingku seorang laki-laki sedang makan jeruk. Dengan gerakan secepat kilat, aku langsung menyambar jeruk itu.

"Eh--jeruk gua! Balikin, dodol!" seru dia sambil berusaha meraih jeruk yang aku pegang.

Aku segera menghabiskan jeuk itu. Lumayan, air yang terkandung dalam jeruk sedikit menyejukkan tenggorokan.

"Makasih buat jeruknya, beib." Aku menepuk pundak laki-laki itu lalu berjalan sambil nyanyi-nyanyi.

Kuamati lingkungan asrama ini. Luas buanget! Gedungnya berlantai enam. Kupandangi setiap sudutnya sampai aku tidak fokus jelan. Alhasil aku menabrak seseorang.

Aku terjatuh. Dia juga.

"Ayammmmmmmkuuuu! Kamu kalau jalan liat-liat dong! Lihat ayamku! Jadi jatuhkan." Aku melongo saat menatap dia segera mengambil ayamnya yang tadi sempat terpisah karena insiden tabrakan. "Kamu nggak apa, kan? Kakinya nggak sakit, kan? Kedua sayapmu nggak sakit, kan?"

Aku menelan salivaku. Segitu khawatirnya dia sama anak ayam itu?

"Heh, kamu! Kalau sampai ayamku kenapa-napa, kamu harus tanggung jawab!" tunjuk dia ke depan wajahku. Sedetik berikutnya, dia pergi sambil mencium-cium anak ayam itu.

Aku berusaha berdiri, sampai akhirnya aku berdiri tegap. Pandanganku jatug ke bawah. "BONEKA WORTELKUUUUUUUUUU. KENAPA KAMU DI LANTAI?!" teriakku histeris antara kaget dan khawatir bercampur jadi satu.

Aku membolak-balikkan boneka itu untuk memastikan baik-baik saja.

"Hei, beib." Seseorang menusuk-nusuk pundaku dengan jari.

Aku menoleh. Hampir saja aku pingsan. Napasku langsung tidak teratur. Mulutku sudah terbuka lebar. Aku terjatuh, aku kejang-kejang. Ini lebih seram dari hantu.

Seseorang yang membuatku hampir terkena penyakit jantung adalah: rambutnya pendek dicat hijau, bibirnya tebal dilapisi lipstik merah buanget! Pipinya terpolesi oleh bubuk berwarna pink, bajunya warna pin garis-garis hitam, celananya kuning pudar, dan sebuah barbie di tangannya.

MAKHLUK APAAN INI?! Mamy, Papi, aku nggak kuat di asrama ini. Orang-orangnya pada gila

Namun, di tengah-tengah ketakutan seperti itu, Tuhan mengirimkan malaikat yang bernama Tasya, Rifa, dan Nuril. Ketiga gadis itu menghampiriku yang masih kejang-kejang. Dibawanya ke UKS dan berusaha menenangkanku.

****

Aku terbilang cukup lebay. Hanya karena kaget melihat sosok mamusia aneh tadi, aku sampai pingsan.

"Kamu nggak pa-pa?" tanya gadis yang bername tage Tasya sambil menyodorkam segelas air kepaku.

Aku menggeleng, menatapnya dengan mata yang lelah.

"Tadi itu ... siapa?" tanyaku lemah dengan sedikit ketakutan saat mengingat orang tadi.

"Namanya Ari. Dia, si cowok yang mempunyai dunia barbie, berhati barbie, mengaku kembaran barbie," jelas Rifa tiba-tiba muncul dari belakang Tasya.

"Tapi dia nggak jahat, kok. Kamu tenang aja." Suara lembut yang menenangkan. Nuril, gadis itu tersenyum penuh kelembutan.

Aku ikut tersenyum ketika ketiga gadis itu tersenyum. Sampai akhirnya aku mengingat satu hal.

"BONEKA WORTELLLLLLLLL," teriakku refleks membuat Tasya, Rifa, dan Nuril menutup telinganya.

Tangan Rifa telurur memberikan boneka wortel milikku.

"Ini bukan wortel, ini lobak." Kompak, ketiganya berbicara seperti itu. Aku langsung menyambar boneka wortel milikku.

"Wortel warnanya oren, seperti wattpad. Kalau yang putih gini namanya lobak," jelas Nuril yang dibalas tatapan tajam dan senyum kecut dariku.

"Bodo," balasku sambil melompat dan keluar dari UKS.

Aku kembali menelusuri koridor demi koridor asrama. Aku tertarik kepada tiga orang kembar sedang mengobrol di dekat belokan koridor.

"Ih ih ih." Aku melompat-lompat tidak jelas sambil bertepuk-tepuk tangan. Pandangan di depanku menakjubkan. "Kok kok kok, kok kalian kembar?! Gimana bisa? Aku mau punya kembaran."

Beberapa orang menatapku aneh, mungkin saja mereka akan bilang aku ini tidak waras. Tapi, aku tidak peduli. Yang kupedulikan adalah alasan kenapa mereka bertiga bisa kembar.

"Ah ... aku mau kembar. Aku mau kembar kayak kalian." Aku mengambil ponselku lalu aku selfi-selfi syantik dengan tiga orang kembar itu.

Ketiga aku menyadari jika aku terlalu lebay, aku menatap mereka bergantian. Tatapan aneh. Tatapan itu menyiratkan bahwa aku adalah orang gila. Enak saja, aku tidak gila! Aku norak seperti itu saking kagetnya.

"Ehehehe, maaf. Nama kalian siapa, ya?" Aku mengedipkan mata genit seperti sedang menggoda.

"Aku Sal."

"Aku Sil."

"Dan aku Sel."

"Wuhaaaaaaa! Kaliannnnnn. Kyahhhhh." Aku langsung berhamburan kepelukan mereka bertiga. "Kalian kenapa bisa kembar?!"

Pertanyaanku yang paling sulit dan bodoh. Sampai ketiga orang itu tidak ada yang menjawab.

Aku malu. Selama beberapa detik aku berdiri di depan ketiga orang kembar itu, pandanganku jatuh kepada seorang perempuan yang berdiri dengan jarak lima meter dari tempatnya berada.

"Via Valennnnnnnnnnnnnnn." Aku berlari dan langsung memeluk perempuan itu. Ya, siapa lagi yang tidak kenal Via Valen seorang penyanyi lagi 'Sayang' sejuta umat.

"Uhuk uhuk, kalau mau minta tanda tangan silakan, tapi jangan peluk-peluk!" Dia berusaha melepaskan pelukanku.

"Idih. Kegeeran kamu. Aku ke sini cuma mau meluk doang, kok. Nggak ada niatan buat minta tangan ih."

Aku yakin Via pasti sedang malu. Mampus. Aku senang jika menjatuhkan oramg lain. Ditbah orang yang aku jatuhkan adalah seorang artis papan atas. Aku ingin tertawa sekarang juga.

Aku mencerutkam bibiku lalu pergi dari hadapan Via. Tiba-tiba, sebuah panda yang guling-guling menghampiriku. Aku jadi merasa kasihan kepada panda itu. Pasti dingin dan sakit jika guling-guling seperti itu. Kulihat panda yang guling-guling semakin banyak. Sampai akhirnya panda itu keluar semua dari kandangnya, seorang perempuan berhijab datang memggiring panda itu dari belakang.

"Hei kamu!" teriakku membuat perempuan itu menatap ke arahku. "Kamu itu nggak berperikepandaan banget, ya! Jahat kamu."

"Kamu siapa? Sok kenal banget sama aku."

"Ih ... orang jahat! Orang jahat! Orang jahat! Orang jahat!" Aku menari-nari seperti orang gila sambil terus menyebutkan orang jahat sampai aku terhenti menyebutkan orang jahat saat aku bertabrakan dengan lima perempuan yang memakai pakaian daster.

"Lobakkkkkkkkkkkk." Mata mereka membulat sempurna menatap ke arah boneka wortelku.

"This is wortel. Bukan lobak!" tegasku dengan dagu terangkat seperti menantang.

Wanita yang bernama Kris, Suki, Bit, Nofi dan Tri kompak berseru. "Kamu buta atau tidak bisa melihat?! Ini tuh lobak. Warnanya putih."

"BODO AMAT." Aku menjawab dengan penub penekanan. "Aku ingin ini namanya wortel, kalian nggak berhak ganti nama boneka ini jadi lobak. Entar dipenjara." Aku berbalik, aku berjalan dengan santai sambil mengeluarkan suara "la la la la la la la la". Namun, tiba-tiba kelima perempuan tadi memblok jalanku. Mereka merampas boneka wortelku. Saat itu, aku seperti kehilangan nyawa. Aku harus berpisah dengan boneka lobakku. Untuk kedua kalinya, aku terjatuh. Kepalaku tertunduk dengan isak tangis menyertai.

Tiba-tiba, tiga peri dengan cahaya tang terpancar dari tubuh mereka berdiri di depanku.

"Kenalkan, saya Divtia yang siap membantu kamu, sayangku."

"Kenalkan, saya Lili sang ibu peri di kayangan siap membantumu, sayangku."

"Kenalkan, saya Yosie yang siap membantu kamu, sayangku."

Mendengar penuturan lembut ketiganya, kuangkatkan kepala dan sambut senyuman oleh ketiga peri itu.

"Kami siap merebut terong milikmu dari perempuan jahat seperti mereka," ucap ketiganya kompak. Lalu menghilang secara bersamaan.

Aku cengo. Apa katanya? Terong? Huwattt! "ITU BUKAN TERONGGGG TAPI ITU WORTELLLLL," teriakku sambil menepuk-nepuk pipi karena kesal. Aku terguling-guling di koridor sana sampai aku beradu dengan sesuatu. Ternyata bukan hanya aku yang guling-guling, perempuan yang tadi menggiring panda juga sekarang guling-guling.

Aku nangis. Aku berplukan dengan perempuan yang sama-sama berguling denganku di lantai. Kami berpelukan saat posisi sedang di lantai. "Wortelku dicolonggggg," aduku.

"Sama. Pandaku juga akan dijadikan hewan kurban."

Kami sama-sana menangis kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya.

"Barbieku juga diangkut oleh dinas kebersihannnnnnnnn." Tiba-tiba, seseorang ikut berpelukan dengan kami. Aku melihat siapa dia, dia adalah ....

Aku kejang-kejang lagi. Sebelum aku pingsan, ketiga peri itu datang tiba-tiba.

"Maafkan kamu tuan puri, terongmu tidak terselamatkan. Terong tuan putri sudah dicincang abis."

Kenyataan itu.

Semua gelap. Aku pingsan lagi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro