Chapter 15 Tuan Putri Andin

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Andin baru selesai menyirami bunga di halaman rumahnya, lebih tepatnya dia tinggal bersama dengan Mayu. Ia tak memiliki kerabat ataupun sanak saudara di sini.

"Andin, ayo kita makan siang," ajak Mayu dari balik pintu yang sedikit terbuka. Mayu tengah melayang bebas.

"Iya, May," balas Andin. Ia meletakan alat penyiram tanaman di tempat semula. Andin berjalan riang menuju ruang makan, di sana sudah ada Mayu dan beberapa makanan tertata rapi di atas meja.

"Kamu mau makan sambil melayang seperti itu," Andin heran dengan tingkah laku Mayu yang sudah dianggap sebagai saudara sendiri.

"Ehehehe... Aku turun kok," balas Mayu perlahan duduk di kursi.

Mayu dan Andin makan dalam suasana sunyi, hanya suara sendok dan garpu saja. Selama tinggal dengan Andin, Mayu mulai mengerti tata cara makan ala tuan Puteri. Dari dulu ia makan dengan bebas dan berantakan.

Andin membereskan piring-piring kotor dan mencuci bersih di wastafel. Mayu memilih untuk menjadi kaum rebahan. "Kenyang sekali," ucap Mayu tertidur.

Andin memaklumi sikap Mayu. Ia sudah terbiasa dengan sikap Mayu seperti itu. Ia malah merasa terhibur, beda dengan tempat tinggalnya dulu di sana.

"Bagaimana kabar Ibunda dan Kakak di sana? Semoga kalian baik-baik saja," Andin sedih. Ia menghapus airmata paksa. Andin tidak mau terlihat rapuh dan lemah. Ia harus menjadi Gadis kuat seperti Mayu.

@@@@@

~Ruang Tamu Rumah Mayu~

Mayu melayang bebas di atas. Ia senang sekali melakukan aktivitas yang tidak berfaedah.

"Andin!!" panggil Mayu heboh.

Andin tengah mengerjakan tugas sekolah. Ia merasa sedikit terganggu dengan panggilan Mayu.

"Apa?" tanya Andin masih mengerjakan tugas. Ia tak menoleh sedikitpun ke arah Mayu.

Mayu tentu saja kesal. Ia tidak suka di cuekin. Mayu tersenyum kecil setelah mendapatkan sebuah ide cemerlang.

Mayu melayang pelan-pelan ke arah Andin. Semakin dekat dan semakin dekat, hingga Mayu mengambil buku milik Andin. Ia membawanya pergi ke halaman belakang rumah.

"Mayu!!" seru Andin kesal. Ia mulai mengejar Mayu ke halaman belakang rumah. Ia harus mengerjakan tugas itu secepatnya. Andin sudah ada janji dengan Resa dan Fuyu untuk bertemu di salah satu kafe.

Andin menggunakan 'bakat khusus' untuk merubah penampilan menjadi seorang atlet pelari cepat. Pakaian serba ketat berwarna merah menutupi tubuh Andin.

Kemampuan Andin mulai meningkat akhir-akhir ini. Ia berjuang sekuat tenaga untuk tidak tertinggal dengan teman lainnya, apalagi di bidang kemampuan.

"Aku akan mengejarmu!"

Andin mengambil posisi, lalu mulai berlari cepat. Tak harus menunggu lama, Andin sudah berada di belakang Mayu yang melayang.

"Ee-eh!"

Mayu terkejut. Ia merasa bahwa Andin tadi masih berada tertinggal jauh, namun ia sudah berada di belakangnya. Salah satu kaki Mayu tertangkap oleh Andin. Mau tidak mau tubuh Mayu tidak seimbang dan ia terjatuh mencium tanah.

Gubrak!!

Mayu merintih kesakitan. Mayu merasa penyakit encok ya kambuh. Ia terus memegang pinggang kanannya.

"Hahaha... Kena kau," ujar Andin tersenyum penuh kemenangan.

"Aku menyerah! Ini... buku tugasmu aku kembalikan," sahut Mayu. Ia berusaha berdiri namun pinggang kanan masih terasa nyilu. Andin yang tak tega membantu Mayu berdiri, tetapi ia lepaskan lagi hingga tubuh Mayu terjatuh kembali.

"Hahahaha... Aku ambil buku ya dan kamu selamat berjuang," ucap Andin meledek Mayu sambil tertawa keras.

Saat Andin berjalan meninggalkan halaman belakang rumah, Mayu menarik kasar kaki Andin hingga terjatuh. Kali ini Andin harus mencium tanah bekas pupuk kandang yang tak sengaja tertinggal.

"Hahahaha... Rasakan akibatnya," tawa meledak dari Mayu.

Mayu dan Andin akhirnya bergelut di tanah. Mereka tak peduli dengan pakaian dan tubuh yang kotor tercampur bekas pupuk kandang.

@@@@@

Raka dan Ichi tidak sengaja bertemu di supermarket. Keduanya hanya diam dan menjaga jarak.

Raka masih memiliki dendam pribadi dengan Ichi yang awal masuk sekolah ia dikerjai. Kemampuan Ichi termasuk berbahaya untuk membuat keisengan.

"Kau tak perlu menghindariku," ucap Ichi datar. Ia baru saja mengambil sebuah daging sapi, lalu menaruh di keranjang belanjaan.

Kerangan belanja milik Ichi masih terisi sedikit. Hanya ada beberapa sayuran seperti timun, tomat dab sayur bayam. Sisanya daging sapi dan bumbu dapur saja.

"Tidak akan!" tolak Raka mentah-mentah.

Jika saja Raka tidak berada di tempat umum. Raka sudah pasti akan menyerang Ichi dengan api miliknya.

Ichi tersenyum samar. Ia melanjutkan memilih barang belanjaan meninggalkan Raka di belakang sendiri.

Raka masih menatap tajam Ichi. Ia tidak akan melewatkan sedikitpun gerak gerik Ichi yang selalu mencurigakan dan penuh tanda tanya.

Tiba-tiba Raka merasakan tubuhnya kaku. Tangan kanan Raka bergerak dengan sendirinya. Di tangan itu mengeluarkan sebuah api berukuran kecil.

"Sial!" batin Raka geram.

Raka melempar api itu ke arah Ichi. Raka terus bergumam tidak jelas di dalam hati. Api milik Raka membakar sayuran Ichi. Kehebohan di supermarket pun terjadi.

Tubuh Raka sudah tidak kaku lagi. "Ichi!" seru Raka penuh amarah. Barang belanjaan ia biarkan terjatuh. Kedua tangan Raka mengeluarkan api berukuran sedang. Ia mulai berlari cepat menyerang Ichi.

Sebelum Raka menyerang, sebuah bayangan hitam melindungi Ichi. Raka menghentikan aksinya.

"Jangan membuat kekacauan di tempat umum!" seru sosok bayangan hitam. Sosok bayangan itu berubah menjadi seorang Pemuda.

"Fir nii!"

Raka sedikit terkejut dengan kemunculan Fir nii. Fir nii bersikap santai melihat Raka.

"Hahahaha...," tawa Ichi mengejek.

"Aku tidak akan membiarkan dirimu melawan 'teman'ku," ucap Fir nii santai.

Raka mengurangi sifat amarah. Saat ini kondisi Raka tidak menguntungkan. Ketiga murid kelas X-3 saling berhadapan satu sama lain.

@@@@@


Hari masuk sekolah telah datang kembali. Andin berjalan seorang diri menuju kelas. Mengapa ia tidak bersama Mayu? Selama di sekolah ataupun di kelas Mayu dan Andin memiliki satu perjanjian untuk tidak terlalu akrab satu sama lain. Entah apa yang membuat mereka membuat perjanjian seperti itu.

A-qing Andin. Hari ini Andin berpenampilan sederhana. Ia memakai semacam kimono bagian atas saja. Warna cokelat menjadi pilihannya. Rok hijau dan celana bahan panjang berwarna abu-abu menutupi bagian bawah. Sepasang sendal bakiak ia gunakan sebagai alas kaki.

"Aa... Penampilanmu terlihat berbeda," ucap Resa yang terkejut. Ia takut mengira salah melihat.

"Hehehe... Bagaimana penampilanku?" tanya Andin. Ia memutari tubuhnya seperti model.

Resa mengacungkan dua jempol. Ia merasakan aura kharismatik seorang Puteri kerajaan dari diri Andin. Namun, Resa menghapus pikiran itu.

Andin dan Resa berjalan beriringan sampai masuk ke dalam kelas. Mereka di sambit oleh suara yang mengelegar.

"Wah!! Andin kamu berbeda sekali!" seru seorang Pemuda bernada seriosa.

Bugh!

Yuu memukul perut Pemuda itu keras. Ia merasa kesal mendengar suara tersebut. Yuu hampir saja tersedak biji salak.

"Nice Shoot!" kagum Andin mengacungkan jempol.

"Urusan kita belum selesai! Ingat itu!" ancam Yuu menunjuk wajah Rizal.

Yuu menatap Rizal tajam. Ia akan mengurus sisanya saat pulang sekolah. Akan ada kejutan untuk Rizal.

"Punggungku," lirih Rizal kesakitan. Rizal baru saja menabrak papan tulis hingga menimpa dirinya.

Andin sudah duduk manis di bangku. Ia membuka peralatan tulis, lalu menata rapi di atas meja.

Ajaran dari negara asalnya masih ia laksanakan. Andin takkan melupakn hal-hal berharga dalam hidupnya.

"Aku jadi kangen Ibunda," gumam Andin lirih.

Setiap hari Andin dengan Ibunda dan Kakak akan sarapan pagi bersama. Ayahnya sibuk dengan urusan kerajaan. Akhir-akhir sampai tidak memperdulikan mereka.

Andin tak ingin mengenang hal-hal yang membuat ia sedih. Ia harus kuat dan tegar. Jika, Andin sudah merasa kuat ia akan kembali ke negeri asalnya. Mungkin.

"Hai Andin," sapa Resa. Daritadi ia melihat Andin terlihat sedih. Ia peduli dengan sahabatnya termasuk Fuyu.

"Iya Bun," balas Andin tersenyum kecil yang dipaksakan.

Resa bangkit dari bangku. Ia langsung memeluk tubuh Andin. Ia mengelus punggung Andin lembut.

"Keluarkanlah... Apa yang kamu rasakan selama ini," ucap Resa lembut.

Deg!

Hati Andin terasa hangat. Ia seperti merasakan pelukan penuh kasih sayang dari seorang Ibunda. Ia pun mengeluarkan semua tangis yang ia tahan selama ini.

Adegan Andin dan Resa membuat suasana di kelas menjadi terharu. Mereka diam menonton sambil mengambil beberapa gambar, merekam hingga makan popcorn.

#############@@@@@@#############

~Jumat, 28 Agustus 2020~

Next Chapter 16 Bayangan Fir Nii

Andin aka andinXiena
Mayu aka mayshieu
Raka aka Taiki_Huda
Ichi aka Ichi_Nanase
Fir nii aka Kucingrebahan
Resa aka Resaseki12
Yuu aka devu_ina
Rizal aka Rizalraihan24

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro