Luka yang membawa Cinta

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hana duduk menatap wajah Tanjung. Suaminya tampak tenang dengan mata terpejam meskipun dia terlihat pucat.

Menurut Ube, mereka sedang bermain futsal dan Tanjung mendapat tekel keras dari lawan, akibatnya dia menderita cedera Ligamen ACL atau Anterior Cruciate Ligament. Hasil rontgen menunjukan cederanya hanya mengenai satu struktur saja di lutut, sehingga tak perlu tindakan operasi, hanya menjalani program rehabilitasi selama 3-4 bulan.

Hana menolak untuk pulang, sedang Sawala yang mengantarnya ke RS telah di usirnya. Ube yang sedang mengambil beberapa perlengkapan dengan bu Sarah sempat geleng-geleng kepala dengan kecemburuan Hana.

Hana menyentuh tangan Tanjung dan menjalin jemari mereka lantas menempelkan di pipinya.

''Bangun dong Mas ....'' bisik Hana pelan.

''Aku udah maafin kamu,'' bisiknya lagi.

Hana berdiri dan menunduk, kemudian mendekatkan bibirnya ke bibir Tanjung, mengecupnya perlahan dan lama.

''I love you .... '' Hana membaringkan kepalanya di ranjang dan mengamati wajah Tanjung sampai tak sadar ia sudah ikut terlelap.

*****

Tanjung merasakan badannya susah bergerak, dia ingin mengubah posisi tidurnya. Perlahan dia membuka matanya dan tersenyum bahagia. Hana tertidur di sisinya dan memeluknya erat.

Tanjung menunduk, dengan tangannya yang bebas dia menyingkirkan rambut Hana yang menutupi wajahnya. Istrinya tertidur pulas, napas Hana hangat mengenai cerukan lehernya. Tanjung tersenyum kembali mengingat kejadian semalam.

Alih-alih menyambut kedatangan Hana ketika istrinya dengan perlahan membuka pintu ruangan rawat inapnya, Tanjung malah memejamkan mata pura-pura tertidur. Ia mendengar semua yang Hana ucapkan. Hatinya menghangat, terlebih saat Hana menautkan bibir mereka lama. Sekuat tenaga dia menahan diri untuk tak membalas perlakuan Hana.

Tanjung tak bisa berhenti untuk selalu tersenyum. Dengan lembut disentuhnya pipi Hana. Istrinya menggeliat karena sentuhannya, dan Hana langsung bangun dengan mata masih setengah terpejam. Mata indah Hana mengerjap berkali-kali. Ketika melihat Tanjung tersenyum padanya, Hana langsung sadar sepenuhnya.

''Mas. Kamu bangun?'' ucap Hana.

Tanjung tersenyum. Senyum yang sangat Hana rindukan. ''Aku baik-baik aja, apalagi begitu bangun langsung liat kamu.''

Tanjung menarik Hana agar lebih miring menghadapnya. Dia menggenggam sisi wajah Hana dan menyatukan dahi, menghidu napas Hana yang sudah jadi candunya.

Hana melingkarkan tangannya disekitar leher dan pinggang Tanjung, dan mengatur posisi agar tak menyakiti suaminya.

Tanjung mengusap-usap punggung Hana. ''Sorry aku buat kamu cemas.''

Hana tak mengucapkan apapun, hanya mempererat pelukan.

''Apakah ini artinya kamu memaafkan aku dan mau pulang?'' tanya Tanjung setelah mereka hanya diam saja.

''No!!'' teriak Hana.

''Yess!!'' teriak Tanjung mengikuti Hana. Dia akan memeluk istrinya namun seketika meringis kesakitan karena tanpa sengaja Hana menindih lutut kanannya yang cedera.

Hana menatap dengan cemas. ''Mas baik-baik aja?''

Tanjung masih nampak menahan nyerinya. ''Aku baik asal kamu mau pulang.''

Hening sejenak. Namun kemudian Hana tersenyum dan kembali memeluk leher Tanjung. Tanjung balas tersenyum, dan semakin menenggelamkan Hana dalam pelukannya.

Entah siapa yang memulai ketika mereka sudah terhanyut dalam ciuman yang kuat. Embusan napas Tanjung yang hangat menerpa wajah Hana, sementara napas Hana masih terengah. Tangan Hana mencengkeram erat rambut Tanjung, dan Tanjung mengelus pelan punggung Hana.

Dan entah untuk berapa lama mereka saling berpelukan, saling melepas rindu.

Mendadak pintu terbuka. Bu Sarah, Ube, dan Dokter masuk sambil membahas sesuatu. Namun langkah mereka mendadak terhenti menyadari keadaan di dalam ruangan tersebut. Hana melepaskan pelukannya dan melompat panik dari ranjang dalam keadaan terhuyung dan sedikit shock. Dia membetulkan pakaiannya. Bu Sarah berdehem canggung, sementara Ube hanya menggaruk kepala.

Tanjung menatap Hana yang masih terlihat kaget. ''Tenanglah.''

''Aku malu sama mereka,'' ucap Hana berbisik dengan wajah merah padam.

''Maaf. Sepertinya kita datang di waktu yang salah.'' Ube sengaja menggoda Tanjung.

Hana melangkah mendekati mama mertuanya. Dia mengamati Tanjung yang sedang di periksa oleh dokter.

*****

Hana menyesap lemon tea-nya, dia sudah menghabiskan dua kotak. Setelah sarapan dan minum obat, Tanjung kembali tertidur. Hana memutuskan jalan-jalan ke taman dan sekarang berakhir di kantin.

Hana menatap dua orang yang sedang berdiri di depannya dengan wajah berkerut. Sesaat dia terpaku dengan kedekatan mereka.

''Kamu mau minum apa La?''

''Apa aja. Makasih,'' ucap Sawala tersenyum memandang Annas.

''Kamu mau nambah A- oh, Han?''

Hana menggeleng sambil memandang mereka bergantian. Sawala langsung menoleh ke arah Hana.

''Kalian?'' tanya Hana ragu.

''Apa.'' Sawala menutup matanya, mencoba menetralkan perasaannya. Ada Hana di depannya, wanita yang selalu Annas damba, wanita yang membuat Tanjung hampir gila karena rasa cintanya yang besar, wanita yang beruntung. Dan dia adalah yang bodoh, yang mau saja menerima ajakan Annas untuk membesuk mantannya.

''Kamu ngeliatin Annas terus, jangan bilang kamu naksir dia?'' ucap Hana sedikit memelankan suaranya.

Belum sempat terjawab ketika Annas sudah kembali ke meja mereka. Sawala langsung berdiri mengambil alih jus alpukat yang tampak kerepotan di bawa Annas.

Hana bersedekap. ''Kalian pacaran?''

Sawala tersedak dengan jus alpukatnya. Sementara Annas hanya membisu. Hening yang sangat panjang. Sawala menelan ludahnya dengan susah payah. Mulutnya yang pandai bicara seketika bisu dan kaku untuk sekedar membuka mulut.

''Well. Kok diem-dieman?'' Hana berdiri dan mengambil tasnya. ''Apapun itu, selamat. Balik ke kamar dulu ya, takut suamiku udah bangun.'' Hana melangkah meninggalkan mereka yang masih membisu.

*****

Ketika Hana kembali, Tanjung sedang bersandar sambil memainkan game di ponselnya.

''Udah lama bangun?'' tanya Hana menghampiri Tanjung setelah menaruh tasnya di meja.

''Sejak kamu nutup pintu mau keluar.'' Tanjung meletakkan ponsel di sisinya. ''Dan sejak kapan kamu suka minum lemon tea? Bukannya paling demen ngopi sama milk tea.''

Hana tak acuh, kemudian ikut duduk di sebelah Tanjung.Tanjung langsung mengalungkan lengannya di leher Hana.

''Aku ketemu Sawala sama Annas di kantin.''

''Memangnya kenapa?'' Tanjung mengelus lengan Hana dengan lembut.

''Aneh aja. Jangan-jangan mereka ....''

''Mungkin dua orang yang terluka bisa saling mengobati.'' jawab Tanjung asal.

''Eeh tapi, umur mereka?'' alis Hana berkerut.

''Sudahlah biarkan saja mereka.''

''Aku pengen pulang.'' Hana menyenderkan kepalanya sambil memejamkan matanya.

''Kata dokter 'kan nanti sore.''

''Mas. Aku punya kado spesial.''

''Apa!!''  tanya Tanjung dengan nada antara antusias dan penasaran.

Hana tersenyum menggoda suaminya. ''Ntar aja deh kalau udah di rumah.''

''Hana ....'' Tanjung mengerutkan keningnya.

Hana sengaja mengulur waktu dengan memilin-milin rambutnya. Tanjung mendengus kesal.

''Emm, sebenarnya kadonya hanya bisa dibuka sekitar ... 8 bulan lagi.''

Wajah Tanjung memancarkan ekspresi kebingungan. Hana tersenyum penuh arti dan meraih telapak tangan suaminya dan merentangkan di perutnya. Hening, namun detik berikutnya Tanjung merasa bagai tersengat listrik ribuan volt. Tanjung mengecup Hana berulangkali sebelum memeluknya penuh kebahagiaan.

-------------------------------------------------------------------

8:40 pm
Happy SaturDate, 16 january
Gempas

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro