Cristabel | 6

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mulmed Kenzie

****

Author

"Rescha bangun!!" teriak bunda Rescha yang sedang berada di balik pintu kamar Rescha.

"Rescha udah bangun bun," ucap Rescha.

Rescha melakukan ritual dan bersiap-siap untuk sekolah. Dia berdiri di depan cermin dan berkata.

"Kayanya gue gak harus diem diem deh, tapi gue malu kalo pedekate secara langsung, diem diem aja deh ya, oh ayolah lo harus gentle, mana ada sih cowo pedekate diem-diem, ya kalo ada paling cuma dikit. Oke tenang Res, lo gak boleh diem diem, perjuangin cinta lo. Dan dimulai dengan jemput dia. Susah juga deketin cewe." Rescha pergi ke bawah untuk makan dan langsung berangkat menjemput Abel.

Disisi lain

"Pagi semua," ucap Abel.

"Pagi."

"Hmm mom, aku makan roti aja ya, soalnya sekarang bagian Abel yang piket."

"Terserah kamu sayang, yang penting kamu dapet asupan."

"Abel berangkat duluan ya, bye semua."

"Hati hati dijalan, ya."

"Iya."

Abel

Naik taksi aja deh, males nyetir. Eh tapi tunggu, diluar mobil siapa, hmm mungkin temen kak Bian. Waktu aku keluar aku ngeliat ada kak Rescha, bener kan pasti itu temen kak Bian.

"Eh kakak mau ke kak Bian ya, masuk aja kak," ucapku.

"Enggak gue kesini bukan mau ke Bian, gue kesini mau ngejemput lo."

Apa? Kak Rescha mau jemput aku? Ah gak mungkin pasti dia cuma bercanda.

"E-eh kakak becanda ya?" aku berbicara memastikan.

"Enggak gue serius, gue kesini mau jemput lo."

"Eng-nggak usah kak, aku naik taksi aja."

Ihh mana mungkin seorang nerd bisa bareng sama most wanted sekolah, oh no bisa bisa aku dibully lagi sama kak Cate.

Ya walaupun nerd gegara penyamaran aja sih.

"Gak ada penolakan."

Dia hanya berbicara tegas dan langsung menggenggam tanganku. Duh kenapa jantung aku deg deg-an ya. Kenapa kak Rescha pake maksa lagi, gak malu apa dia bareng sama nerd.

"Dasar pemaksa," gumamku pelan, kulihat kak Rescha hanya terkekeh pelan.

Saat diperjalanan aku hanya memandang jalanan, dan kak Rescha menyetir. Saking asiknya melamun aku hanya mengabaikan suara suara yang terdengar.

"Woy Abel cepet turun udah sampe, lo masih mau berduaan sama gue hah?" ucapan kak Rescha membuat aku tersadar.

"Ehh Eng-nggak kak, makasih."

"Iya sama-sama."

Saat aku turun dari mobil kak Rescha banyak bisik-bisik siswa disini. Aku hanya bisa menunduk.

"Udah jangan didengerin, mereka sirik karena gak bisa jalan bareng sama gue," ucapnya.

"Iya kak."

Aku berjalan ke arah kelasku dan memulai bersih-bersih karena sekarang bagian piketku.

Rescha

Woy semua gue berhasil, ya walaupun cuma ngejemput aja, alangkah senengnya gue bisa berduaan sama Abel.

Mak anakmu ini berhasil memulai pedekate dengan selamat.

Gue yang daritadi cuma senyam senyum mikirin kejadian tadi bikin gue gak sadar kalo gue udah ada di kelas.

"Res lu waras gak sih, pagi pagi udah senyam-senyum gak jelas aja lo, kesambet apaan? Biasanya juga datar kek tembok," tanya Arsha.

"Rencana gue berhasil bro, jadi gue seneng."

"Rencana apaan?"

"Rencana deketin Abel."

"Selamat bro, akhirnya lo udah mulai pedekate sama Abel, inget kata-kata kemarin, kalo dah jadi jangan hancurin hatinya oke?"

"Siap."

Hari ini mood gue lagi baik tapi langsung hancur seketika karena ada mak lampir deket deket sama gue.

"Hai sayang malem ini jalan yuk, mumpung cuaca lagi bagus," ucap Caterine sambil bergelayut di lengan gue.

"Sayang pala lu peang, gue ga akan pernah jalan sama cabe kaya lo, dan satu lagi jangan pernah manggil gue sayang karena gue bukan pacar lo!!"

Caterine pergi dengan air mata buayanya itu, mood gue bener-bener ancur sekarang.

Kring.. Kring..

"Waktu cepet ya, padahal baru tadi gue berangkat bareng Abel, dan sekarang udah masuk," batin gue.

Selang beberapa menit setelah bel berbunyi, seorang guru pun masuk.

"Pagi anak-anak."

"Pagi bu."

"Sekarang kita akan mengadakan ulangan, dan jangan ada yang berani menyontek," ucap bu Dwi.

Mendadak aura di kelas gue langsung dingin. Ketahuilah, jika tes secara dadakan itu bener-bener horror.

"Bu kok dadakan sih?" tanya Gerry selaku ketua kelas disini.

"Ini hanya sekedar tes untuk kalian, apakah kalian sudah memahami pelajaran ini atau belum."

Gue sih gak terlalu permasalahin hal ini, cuma mood gue lagi ancur, malah makin ancur lagi.

Kring.. Kring..

Akhirnya istirahat juga, gue bosen sama tuh pelajaran bikin ngantuk.

Gue langsung melesat ke taman belakang, karena sekarang gue lagi gak mood buat ke kantin.

Saat gue dah sampe di taman gue ngeliat Abel lagi duduk ditengah tengah taman itu sambil merem, gue gatau dia lagi ngapain. Samperin aja lah biar ga kepo.

Dia lagi ngapain sih, gue udah duduk daritadi tapi dia gak nyadar. Karena udah kesel gue mencoba menyadarkan dia.

"Bel, lo kenapa? Lo kerasukan ya sampe gak nyadar kalo gue disini daritadi," ucap gue dan seketika dia sadar.

"Eh kakak ngapain disini?" tanya dia dengan muka polosnya.

"Gue cuma mau disini aja, gak mood ke kantin, oh btw lo dengerin apa sih? Sampe lo gak nyadar gue disini."

"Mm itu kak, lagi dengerin musik."

"Coba sini gue dengerin."

Dia nyerahin headset nya ke gue dan gue langsung memakainya. Ini lagu yang cukup nyaman buat didengerin

"Gimana?" tanya abel bikin gue sadar.

"Lagunya lumayan," jawab gue jujur.

"Lagu ini emang bisa bikin orang nyaman."

****
Kring.. Kring..

Akhirnya bel pulang juga, bosen gue ngedenger celotehan guru killer itu. Saat gue udah beres beres buku ada sebuah pengumuman.

"Untuk semua siswa-siswi ZHS harap berkumpul di lapang sekolah."

Gue dan yang lain pergi ke lapang, dan mendapati siswa-siswi yang sudah berkumpul, beberapa menit kemudian disaat semua sudah berkumpul akhirnya kepala sekolah itu pun mulai bicara.

"Anak-anak besok akan diadakan camping selama tiga hari. Sebelum itu kalian harus membuat kelompok, satu kelompok terdiri tujuh orang, kalian menentukan kelompoknya sendiri, dan besok kalian sudah ada disini jam delapan , setelah di bus nanti kalian bebas ingin duduk dengan siapa. cukup sekian terima kasih."

"Res, tiga lagi siapa?" tanya Kenzie.

"Gatau, suruh Bian sama Arsha aja lah yang nyari males gue," ucap gue.

"Arsha Bian, sini woy."

"Paan?" jawab Bian ketus.

"Kan kita berempat nih, tiga lagi siapa, kan perkelompoknya tujuh orang," tanya Kenzie.

"Gimana kalo Atha, Flo, sama Abel?" saran Arsha.

Lah kenapa daritadi gak kepikiran ya, kan lumayan itung itung pedekate makin lancar

"Gue setuju," ucap gue sumringah.

"Gue juga," ucap Arsha dan Bian bersamaan.

"Yee mentang mentang punya pasangan, trus gue gimana?" tanya Kenzie pasrah.

"Kalo itu sih pikirin sendiri," ucap Bian mengejek.

"Ihh kalian mah gitu, hayati lelah bang, incess marah nih," balas Kenzie lebay.

"Uhh cini cayang, jangan malah dong," ucap Arsha sembari merentangkan tangannya terlihat seperti ingin memeluk.

"Alay lo pada, jijik tau gak?" ucap Bian dengan sinis.

Gue disini cuma ketawa liat kelakuan mereka, walaupun mereka rada-rada tapi mereka selalu ada buat gue, mereka emang sahabat gue yang paling dabest lah pokoknya.

"Udah, udah, sekarang kita samperin mereka," ucap gue memisahkan.

Mereka mengangguk lalu kami mencari mereka dan akhirnya kita ketemu.

"Hey, Atha kesini," panggil Arsha kepada adiknya itu.

"Iya apa kak?" tanya Atha.

"Kamu udah punya kelompok belum?"

"Belum kak."

"Kalo gitu sama kita aja, kebetulan kita kurang tiga orang."

"Aku sih setuju aja, kalian setuju gak?" tanya Atha kepada Flo dan Abel.

"Kalo gue sih terserah Abel."
"Kalo aku sih terserah Flo," ucap Abel dan Flo bersamaan.

"Terserah Flo aja, kalo Flo setuju aku juga setuju," ucap Abel lagi.

"Oke gue setuju."

"Yaudah kalo gitu kita sekelompok, sekarang tinggal milih nih nanti duduknya sama siapa?" tanya arsha.

Semoga mereka ngerti kalo gue pengen duduk sama Abel.

"Cowo aja deh yang milih terus pasangan duduknya mau gak?" ucap gue dan mereka setuju.

"Gue sama Atha, kan kita kapelan jadi harus berdua, kamu setuju gak yang?" ucap Bian sekaligus bertanya ke Atha.

"Aku setuju," ucap Atha.

"Kalo gue sama Flo. Ya, gak, yang?" ucap Arsha sambil menaik turunkan alisnya.

"Yang yang pala lo peang, tapi gapapa deh," ucap Flo.

"Kalo gue sendiri aja dah, takut ada valak makan gue kalo gue duduk sama Abel," ucap Kenzie. Tapi tunggu, yang di maksud valak ditujukan ke pasangan abel, berarti gue dong. Gua langsung natap dia tajam.

"Ya, udah kalo gitu Rescha sama Abel, Abel kamu setuju gak?" tanya Bian.

"Mmm gi-gimana ya?" ucap dia gugup.

"Udah lah lo setuju aja," ucap flo meyakinkan.

"Mmm, ya, udah deh. Aku setuju."

"Kalo gitu sekarang kita pulang kerumah masing masing, siap siap, trus besok kita berangkat bareng, kumpul dirumah Bian jam setengah 8 pagi. Satu lagi jangan ngaret."

"Oke kalo gitu gue sama Atha jalan dulu ya," pamit Bian.

"Gue juga," pamit Arsha, Flo, sama Kenzie.

"Aku juga," ucap Abel.

Sebelum dia menjauh, gue tarik tangannya buat bareng, karena gue inget tadi pagi dia bareng sama gue.

"Ada apa ya kak?" tanya Abel.

"Lo pulang sama gue," ucap gue tegas.

"I-iya kak."

Gue nganterin dia ke rumahnya dengan selamat dan setelah itu gue pulang kerumah gue dan bersiap-siap buat besok lalu istirahat.

*****

Kapelan = Couple-an

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro